Menggunakan Kondisi Pasien Campak untuk Mendiagnosis Tanpa Tergantung Pemeriksaan Laboratorium

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

Penyakit campak adalah salah satu penyakit paling berbahaya hingga saat ini, terutama pada anak. Penentu diagnosis yang disarankan World Health Organization (WHO) adalah pemeriksaan antibodi atau kekebalan dalam darah yang disebut IgM anti campak. Pemeriksaan ini relatif sulit didapat dan pada saat ini sangat sedikit daerah di negara berkembang yang memilikinya. Kesulitan tersebut dicoba dikurangi dengan beberapa upaya. Salah satu di antaranya yaitu menggunakan gambaran klinis penderita, terutama yang menyangkut hiperpigmentasi atau munculnya bintik kehitaman di tubuh dan anggota gerak. Evaluasi mengenai gambaran klinis ini belum banyak dipublikasi.

Penelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhadap anak berusia 6-144 bulan yang datang dengan keluhan demam dan bercak merah yang disertai sedikitnya satu dari batuk, pilek, atau konjungtivitis (sakit mata). Anak dengan riwayat imunisasi campak hingga 6 minggu sebelum direkrut tidak diikutkan. Yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah parameter penilaian uji diagnostik yang meliputi sensitifitas, spesifisitas, nilai ramal positif, dan negatif. Uji Kappa dan McNemar digunakan pula untuk validasi hiperpigmentasi. Beberapa kombinasi gejala dan tanda klinis dievaluasi.  Baku emas yang digunakan adalah pemeriksaan IgM anti campak.

Selama penelitian direkrut 82 peserta. Mayoritas subjek berusia 12-72 bulan, berstatus gizi kurang, dan belum pernah menerima imunisasi campak. Sekitar 89% subjek mengalami hiperpigmentasi di akhir sakit.  Seluruh subjek mengalami panas dan bercak merah sesuai kriteria inklusi. Batuk, dan atau pilek dimiliki lebih dari 80% subyek. Dari 10 kombinasi aspek klinis yang diuji coba, didapat hasil terbaik dari paduan demam, bercak merah, dan hiperpigmentasi, dengan sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positif, dan negatif sebesar berturut-turut 90,7%; 28,6%; 93,2%; dan 22%. Hasil uji McNemar dan Kappa menunjukkan nilai p sebesar 0,774 dan 0,119.

Kombinasi demam, bercak merah, dan hiperpigmentasi dapat digunakan sebagai uji tapis diagnosis campak. Batuk, pilek, serta bintik Koplik dapat saja ditambahkan dalam kombinasi ketiga hal di atas namun dengan mengorbankan sedikit nilai sensitivitas uji. Hasil uji tapis jika memungkinkan perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan IgM anti campak namun jika tidak tersedia, setidaknya kombinasi ketiga tanda klinik di atas mampu menunjukkan kemampuan diagnosis. Perlu diperhatikan pula bahwa penyakit yang ditandai dengan demam dan bercak merah sangat banyak jumlahnya. Kemampuan memilih diagnosis terbaik mempunyai peran penting.

Hiperpigmentasi memang baru tampak di akhir sakit dan merupakan hasil perubahan dari bercak yang sebelumnya berwarna merah. Perubahan menjadi hitam ini tidak terlihat dengan baik di sebagian warna kulit. Hiperpigmentasi terbaik adalah pada kulit seperti orang Indonesia atau yang jika dinilai dengan skala Fitzpatrick adalah pada skala 4 dan 5.

Karena kondisi demikian, hiperpigmentasi tidak dapat digunakan sebagai kewaspadaan dini untuk mendiagnosis campak. Itu juga berarti penggunaan kombinasi tanda klinis dalam penelitian ini tidak tepat jika digunakan untuk penderita perorangan. Penggunaan terbaik kombinasi ini adalah dalam skala wabah atau kejadian luar biasa di suatu daerah. Kasus-kasus pertama perlu dinilai dengan kombinasi seperti dalam penelitian ini. Jika memang ada kecurigaan campak, upaya penanganan dan penanggulangan yang berlaku untuk campak dapat segera dijalankan. Tidak lagi ada keharusan memeriksa IgM anti campak dalam banyak kesempatan. Apabila kasus-kasus awal sudah dapat dipotong, tentu saja kemungkinan penyebaran kasus campak dapat diredam.

Penulis: Dominicus Husada. Kusdwijono, Dwiyanti Puspitasari, Leny Kartina, Parwati Setiono Basuki, Ismoedijanto

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://bmcpediatr.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12887-020-1908-6
(An Evaluation of the Clinical Features of Measles Virus Infection for Diagnosis in Children within a Limited Resources Setting)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).