Efek Outbreak Response Immunization di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Makassarinside.com

Sejak tahun 2011 kejadian luar biasa difteri menimpa Jawa Timur. Hingga tahun 2018, masalah difteri belum sepenuhnya terselesaikan. Berbagai upaya telah dijalankan. Salah satu di antara upaya tersebut adalah outbreak response immunization (ORI) pada tahun 2018. Keputusan menjalankan ORI diambil pemerintah pusat pada akhir 2017 setelah melihat peningkatan kasus di berbagai provinsi di Indonesia. Jawa Timur sebagai salah satu provinsi paling terdampak termasuk yang harus melakukan ORI.

Pada tahun 2018 dilakukanlah ORI sebanyak 3 putaran pada bulan Februari, Juni, dan November. Rencana semula pada bulan ke 0-1-6 tidak berhasil karena persoalan logistik dan persiapan lain. ORI dilakukan di 38 daerah tingkat II. Hanya satu provinsi yang melakukan ORI di seluruh kabupaten kota di wilayahnya. Sasarn ORI adalah anak berusia 1 sampai dengan 19 tahun. Pelaksanaan ORI berhasil dengan baik dengan cakupan sebesar 97%, 94%, dan 93% pada putaran pertama, kedua, dan ketiga. Untuk mengevaluasi efek dari ORI diperlukan analisis pada tahun 2019 dengan terutama melihat angka kejadian difteri di wilayah Jawa Timur. Penilaian ini dilakukan pada periode Januari – Juni 2019.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari laporan surveilans yang dikirimkan dari dinas kesehatan kabupaten dan kota, rumah sakit, puskesmas, serta praktik perorangan dokter dan paramedis. Laporan tersebut dibuat harian, mingguan, atau bulanan, tergantung pada jumlah kasus serta kondisi saat itu di daerah tersebut. Seluruh data kemudian dikumpulkan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Data yang dievaluasi mencakup karakter demografi, sarana kesehatan terkait, riwayat imunisasi, keadaan klinis penderita, beberapa hasil pemeriksaan tambahan, serta data mengenai kontak jika memang tersedia. Diagnosis difteri dievaluasi oleh Komite Ahli Difteri tingkat Provinsi Jawa Timur dan tidak dapat diputuskan secara individual.

Selama 6 bulan pengumpulan data didapatkan 97 kasus difteri yang disetujui Komite Ahli. Ada 36 dari 38 daerah tingkat II yang melaporkan adanya kasus. Ada 1 pasien meninggal sehingga angka kematian sebesar 1%. Usia mayoritas penderita adalah di atas 19 tahun serta mereka yang berusia di bawah 19 tahun namun dengan riwayat imunisasi yang tidak atau kurang lengkap. Seluruh pasien di atas 19 tahun adalah sebesar 19%. Dibandingkan jumlah penderita pada tahun 2017 (438 kasus) dan 2018 (310 kasus) jelas didapatkan penurunan cukup besar di tahun 2019. Sekalipun evaluasi hanya mencakup 6 bulan, jika dilipatgandakan, angka yang muncul masih cukup jauh di bawah angka dari periode sebelumnya. Selama 6 bulan hanya didapatkan 4 biakan kuman Corynebacterium diphtheriae yang toksigenik.

Sebenarnya, Jawa Timur telah pernah melakukan ORI pada tahun 2013 dan 2014, namun saat itu ORI tersebut tidak tuntas. Selain jarak waktu yang terlalu panjang karena masalah finansial dan kesiapan sumber daya lain, usia target adalah di bawah 15 tahun. Pelaksanaan ORI 2018 banyak mengandalkan dukungan dana setempat dan bukan bantuan pemerintah pusat. Hasil ORI yang sangat memuaskan tidak terjadi di provinsi lain. Angka yang dicapai terutama di putaran ketiga mengecewakan sehingga dampak lebih jauh dari ORI tersebut dipertanyakan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ORI memang bermanfaat apabila dilakukan dengan baik. Masih adanya kasus yang terjadi pada anak atau orang yang tidak diimunisasi atau yang bukan sasaran ORI mungkin dapat menjadi dasar untuk langkah selanjutnya yang mentargetkan seluruh penduduk di wilayah Negara Republik Indonesia sebagai sasaran. Ketersediaan vaksin dan sumber daya lain adalah isu penting yang harus diamankan sebelum melaksanakan ORI. Kekacauan jadwal dapat mengubah keberhasilan.

Masih ada beberapa upaya lain di bidang imunisasi untuk menutupi kesenjangan akibat adanya kelompok yang belum atau kurang diimunisasi. Menutup adanya kantung yang berisi orang yang tidak kebal serta mempertahankan kekebalan pada wilayah dengan orang yang sudah menerima imunisasi dengan baik adalah target utama. Sebagai kesimpulan, ORI sebagai salah satu upaya imunisasi pada kasus difteri terbukti memberi manfaat yang besar di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Penulis: Dominicus Husada, Dwiyanti Puspitasari, Leny Kartina, Parwati S. Basuki, Ismoedijanto Moedjito, Hugeng Susanto, Suradi Suradi, Wiwien Purwitasari, Gito Hartono

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21645515.2020.1778918
(Impact of a Three-Dose Diphtheria Outbreak Response Immunization in East Java, Indonesia, 6 Months After Completion)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).