Penerapan Model Resiliensi (Ketangguhan) Keluarga dalam Merawat Pasien Skizofrenia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Keberadaan pasien skizofrenia membuat keluarga merasa tertekan atau stres. Situasi keluarga seperti pembagian peran keluarga yang tidak seimbang, kondisi keuangan yang terbatas, dan pemahaman keluarga dalam menerima pasien skizofrenia menyebabkan keluarga merasakan beban yang berat.

Sementara itu, situasi di luar keluarga seperti tingginya stigma (penilaian negatif) dari masyarakat, rendahnya dukungan sosial serta pelayanan kesehatan jiwa yang sulit dijangkau juga menjadi sumber stres keluarga. Stres yang tinggi menurunkan kemampuan keluarga dalam merawat dan dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien skizofrenia.

Stres yang dialami keluarga ditentukan cara pandang keluarga terhadap situasi sulit yang dihadapi. Keluarga membutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan profesional, termasuk perawat. Terutama untuk membantu memodifikasi sudut pandang keluarga terhadap penyebab stres, yang awalnya dianggap sebagai ancaman, dirasakan sangat berat, dan dihadapi sendirian menjadi sebuah tantangan yang membuat keluarga termotivasi secara bersama dengan seluruh anggota keluarga sehingga bertekad menjalani kehidupan untuk merawat pasien Skizofrenia. Stres yang dialami keluarga apabila dapat dikelola dengan baik dapat membantu keluarga menjadi lebih tangguh.

Model resiliensi keluarga yang dikembangkan dalam peneiltian ini melibatkan 137 keluarga dan intervensi berfokus pada memanfaatkan kekuatan yang dimiliki keluarga untuk mengelola stres dan merangsang keluarga untuk menjadi lebih tangguh sehingga mampu merawat pasien dengan lebih baik. Intervensi diawali dengan melakukan analisis kekuatan keluarga, faktor resiko, dan mengukur tingkat stres yang dialami keluarga.

Selanjutnya, keluarga diajarkan tentang menajemen stres keluarga, khususnya dengan merubah sudut pandang keluarga terkait penyebab stres yang dialami. Keluarga dibimbing untuk memahami bahwa merawat anggota keluarga yang sakit skizofrenia merupakan sebuah keharusan, kewajiban, dan kebaikan yang sangat bermakna bagi pasien dan keluarga. Keluarga dibantu untuk beradaptasi dengan situasi tersebut sehingga mampu bangkit dari stres yang dialami melalui model resiliensi keluarga.

Resiliensi keluarga dibangun melalui lima tahap, yaitu bertahan, penyesuaian, penerimaan, tumbuh lebih kuat, dan menolong orang lain. Tahapan bertahan merupakan upaya keluarga untuk bertahan terhadap situasi yang ada, keluarga menetapkan tujuan untuk dapat bertahan hidup dan belum berpikiran untuk melakukan atau mencoba keterampilan baru dalam mendapatkan solusi atas permasalahan yang ada.

Tahap penyesuaian, yaitu situasi di mana keluarga mulai melakukan perubahan pembagian peran dalam keluarga serta kebiasaan sehari-hari sehingga membuat keluarga mampu menghadapi permasalahan. Tahap penyesuaian merupakan awal dari kemampuan keluarga dalam melakukan proses adaptasi, keluarga mulai menerima kenyataan baru bahwa ada anggota keluarga yang sakit skizofrenia. Tahap tumbuh lebih kuat kan dicapai ketika keluarga telah tumbuh lebih baik akibat berbagai permasalahan dan keluarga telah menemukan makna dari perjuangan yang telah dijalani.     

Tahapan menolong orang lain merupakan pertanda bahwa keluarga telah mencapai resiliensi,  di mana keluarga mampu memberikan dukungan kepada sistem di luar keluarga yang memiliki permasalahan serupa. Keluarga mampu secara mandiri dan percaya diri memberikan dukungan kepada keluarga lain. Keluarga akan tumbuh menjadi semakin kuat dan tangguh serta mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien seperti makan, minum, berpakaian, bersih diri, lebih patuh dalam menjalani pengobatan, konsisten melakukan upaya pencegahan kekambuhan dan membantu pasien melakukan interaksi sosial.

Penulis: Rizki Fitryasari

Publikasi penelitian:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/scs.12886

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).