Hubungan Paparan Kebisingan dan Beban Fisik Terhadap Tekanan Darah Pekerja Industri Keramik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kontan.co.id

Kebisingan merupakan masalah utama dalam modernisasi kegiatan industri. Penggunaan mesin-mesin dalam perindustrian dan desain kerja antara manusia dengan mesin yang tidak dapat dipisahkan, mengakibatkan pekerja menerima paparan bising sebagai salah satu bahaya fisik di lingkungan kerja. Kebisingan dapat menimbulkan reaksi fisiologis seperti gangguan tekanan darah sistol dan diastole. Namun, tekanan darah sistol responnya lebih sensitif terhadap perubahan. Tekanan sistolik setelah pembebanan kerja secara normal akan naik (£20 mmHg), selebihnya dianggap tidak normal dan dianggap sebagai salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler.

Tekanan darah merupakan indikator kesehatan yang bersifat multifactor. Selain kebisingan, tekanan darah juga dipengaruhi oleh beban kerja fisik yang diterima pekerja sebagai salah satu faktor pembebanan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan kebisingan dan beban kerja fisik terhadap peningkatan tekanan darah sistol. Penelitian ini memiliki rancang bangun cross sectional dan besifat analitik observasional dengan uji statistika menggunakan spearman. Responden ditentukan melalui teknik simple random sampling sejumlah 36 pekerja industri keramik di bagian line produksi. Hasil menunjukkan nilai hubungan kebisingan (r=0,581) terhadap peningkatan tekanan darah sistol. Beban kerja fisik menunjukkan nilai hubungan sebesar (r=0.666) terhadap peningkatan tekanan darah sistol. Arah hubungan variabel independen dan variabel dependen adalah positif sehingga semakin tinggi tingkat kebisingan dan beban kerja fisik maka semakin tinggi juga kemungkinan risiko terjadinya peningkatan tekanan darah sistol secara tidak normal.

Kebisingan memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap peningkatan sistol daripada diastole, karena tekanan sistol cenderung lebih sensitif terhadap kebisingan daripada tekanan diastole. Bising ditangkap sebagai stressor oleh tubuh yang kemudian mengaktivasi hipotalamus lalu megendalikan sistem endokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada dalam kendali sistem saraf simpatik seperti meningkatkan kecepatan detak jantung merupakan bentuk respon dari sistem saraf simpatik terhadap implus dari hypothalamus. Sistem saraf simpatik juga memberikan impuls ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah, kedua hormon tersebut memberikan efek vasokontriksi pada pembuluh darah sehingga menyebabkan jantung memompa darah lebih kuat dan terjadilah peningkatan tekanan darah pada pekerja. Kedua hormon ini hanya mempengaruhi tekanan darah sistol dan diastole cenderung tetap

Penulis: Erike Anisa Nurshafa dan Noeroel Widajati
Artikel lengkap dapat diakses melalui link berikut: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/3074

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).