Cerita KKN di Kangean, Ajak Anak-Anak Belajar Bahasa Asing

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – “Pendidikan adalah hak setiap warga negara, oleh karenanya penyediaan akses haruslah sejalan dengan tuntutan yang selama ini digemborkan oleh pemerintah. Pemerintah tak boleh menutup mata terhadap anak-anak yang kurang beruntung. Dalam hal ini, penyediaan media pembelajaran daring haruslah difasilitasi sebagaimana mestinya,” ungkap Eko Wahyudi pada Minggu (26/7/2020)

Fakta masih kurang memadainya fasilitas pendidikan di negara ini sebenarnya tak bisa dimungkiri. Itu dapat dijumpai di beberapa daerah terpelosok. Terlebih, saat masa pandemi yang memaksa segala aktivitas dilakukan dari rumah dan secara daring, tak sedikit pihak yang kesulitan.

Merespons hal tersebut, kelompok Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) ke-62 kelompok 306 melangsungkan pengabdian di Desa Angon-Angon, Kecamatan Arjasa, dan Desa Giring, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, pada 8 Juli sampai dengan 25 Juli 2020.

Menurut Eko Wahyudi selaku ketua kelompok, dua desa tersebut dipilih karena potensi dan motivasi warganya yang tinggi dalam menuntut pendidikan lebih tinggi, terlepas dari fasilitas yang kurang memadai. Di sisi lain, Wahyu menaruh keprihatinan terhadap pengenalan bahasa asing yang bisa dibilang terlambat.

“Anak-anak di sini dikenalkan dengan bahasa Inggris saat masuk SMP, hitungannya jelas terlambat. Selain itu, fasilitas pendidikan di Pulau Kangean masih selangkah di belakang fasilitas pendidikan di kabupaten maupun kota besar seperti Surabaya,” terangnya.

Seperti halnya mata pelajaran bahasa Inggris yang tidak di ajarkan sejak bangku Sekolah Dasar (SD). Tidak adanya lembaga bimbingan belajar yang dapat mengisi kekosongan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah juga menjadi kendala bagi penggalian potensi linguistik anak.

Kemirisan tersebut didukung dengan standar biaya hidup masyarakat Kepulauan Kangean. Itu menjadi salah satu alasan orang tua tidak bersedia mencarikan pengajar private untuk anaknya belajar bahasa Inggris.

Karena itu, tim KKN BBM UNAIR Ke-62 kelompok 306 mengadakan program kerja Kursus Bahasa Inggris (KUBIS) untuk siswa-siswi Sekolah Dasar di salah satu desa di Pulau Kangean, yaitu Desa Angon-Angon. Program itu ditujukan untuk meningkatkan minat anak terhadap pelajaran bahasa Inggris serta diharapkan dapat membantu anak memahami dasar-dasar pelajaran bahasa Inggris.

Selain itu, mahasiswa melakukan konsultasi dengan orang tua mengenai bagaimana membantu anak belajar bahasa Inggris di rumah dengan menggunakan media belajar buku maupun media belajar online.

“Kegiatan pendidikan bukanlah suatu kegiatan yang murah, apalagi jika dikaitkan dengan ‘mutu’. Dalam keadaan ekonomi masyarakat yang sedang krisis karena dampak dari pandemi Covid-19 ditambah dengan biaya hidup yang serbamahal, maka dana untuk pendidikan amatlah sulit, apalagi jika harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bimbingan belajar,” jelas Wahyu.

Pesan Wahyu, semoga KKN UNAIR dapat terus menjadi agen perubahan yang mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta mendorong potensi untuk kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa dapat memberikan ide-ide serta menumpahkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan didapatkan di bangku kuliah untuk masyarakat.

“Semoga system pendidikan kedepannya lebih baik dan bersahabat terutamanya dengan rakyat kecil. Pendidikan harus murah dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, terlebih saat krisis dan pandemic,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).