Pemberdayaan Perempuan untuk Meningkatkan Ekonomi Melalui Organisasi Aisyiyah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Matamatapolitik.com

Teknologi informasi memberikan kemudahan kepada publik dalam hal memperoleh informasi untuk mendukung kehidupan sehari-hari mereka. Hampir semua aspek kehidupan dipengaruhi oleh teknologi informasi. Mulai dari peralatan rumah tangga, transportasi, prosa, penjualan, komunikasi dan hingga bersenang-senang dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan mengandung informasi. Dalam proses memperoleh informasi yang baik, membutuhkan keterampilan profesional yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan adalah aspek penting yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat.

Pergerakan perempuan bukan menjadi hal atau fenomena yang baru dewasa ini, jauh dari saat ini, gerakan perempuan telah dimulai sejak tahun 1800-an dikala perempuan menganggap ketertinggalan mereka (kaum perempuan) banyak disebabkan oleh banyaknya perempuan yang masih buta aksara, miskin, minim keahlian atau bahkan tidak memiliki keahlian apapun sehingga mereka merasa jauh banyak tertinggal dan tidak dapat melakukan banyak hal. Menyikapi hal tersebut, Aisyiyah Jawa Timur khususnya Banyuwangi, Malang, dan Sidoarjo telah menyediakan akses bacaan untuk kaum perempuan yang tak lain sebagai wujud perjuangan mencapai kesejahteraan serta kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki.

Feminisme liberal pertama kali digagas oleh Mary Wollstonecraft melalui bukunya A Vindication of the Right of Woman. Wollstonecraft mendorong para perempuan untuk ikut andil dalam tindakan pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijakan yang otonom, hal ini tidak lain dapat ditempuh dengan melalui pendidikan. Menurutnya, perempuan yang sangat terdidik tidak perlu mandiri secara ekonomi ataupun terlibat aktif secara politis untuk menjadi otonom. Feminis liberal memiliki tujuan utama yaitu untuk menciptakan masyarakat yang dan peduli terhadap kebebasan perempuan.

Gerakan feminisme liberal selain mengusung kesempatan atau peluang ekonomi yang sama antara laki laki dan perempuan, aspek pendidikan juga di titik beratkan sebagai awal penyamaan hak antar laki laki dan perempuan tersebut, aspek pendidikan menjadi penentu bahwa perempuan juga makhluk rasional dan logis sehingga secara pendidikan dapat memiliki keahlian, kemampuan atau kompetensi yang sama dengan laki-laki dan dapat mengambil peran atau bagian dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga posisi atau kedudukan perempuan tidak dipandang sebelah mata.

Masyarakat informasi telah disebut oleh Daniel Bell (1973) menggunakan istilah PostIndustrial Society, yakni pergeseran produksi barang-barang ke system pengetahuan, wawasan dan inovasi dalam jasa atau layanan sebagai strategi dan sumber transformasi dalam masyarakat seperti telah banyak dijelaskan diatas. Bell, dalam hipotesis utamanya mengemukakan bahwa dunia barat sedang berada dalam titik transisi (perubahan) dari masyarakat industri menjadi masyarakat pasca – industri atau Post Industrial. Analisa terhadap konsep perubahan tersebut dijabarkan oleh Bell dan dapat dipahami melalui analisa 5 dimensi atau 5 komponen. Salah satu dimensi atau komponen menurut Bell yaitu dalam masyarakat terdapat banyak sekali pergeseran – pergeseran struktural yang mempengaruhi pengetahuan dan teknologi. Bell (1973) menyatakan bahwa saat ini setiap individu yang berada dilingkungan pekerjaan, sekolah, kehidupan bermasyarakat, professional maupun sosial akan saling terhubung.

Bentuk pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Analisis kualtitatif dengan menggunakan data-data deskriptif digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian ini secara deskriptif .Pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan pergerakan perempuan „Aisyiyah Jawa Timur untuk membangun akses bacaan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka sebagai kaum perempuan.

Salah satu indikator yang dapat disimpulkan dari keberhasilan dan dampak atau manfaat Gerakan perempuan Aisyiyah didaerah Banyuwangi, Malang dan Sidoarjo dapat diamati dari keberdayaan perempuan, khususnya kader Aisyiyah pada daerah tersebut. Fungsi pemberayaan sendiri sangat diperlukan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Koentjaraningrat (2009) berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem kebudayaan tertentu dan bersifat kontinyu, yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pemberdayaan masyarakat sendiri banyak dimaknai sebagai suatu usaha pemberian kuasa pada masyarakat untuk aspirasi mereka agar dapat didengar dan berkontribusi terhadap perencanaan dan keputusan yang akan mempengaruhi komunitas atau kelompoknya. Artinya, memberdayakan masyarakat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan harkat kehidupan sehingga meminimalisir berbagai macam ketimpangan yang ada.

Pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dengan cara meningkatkan pendidikan masyarakat itu sendiri. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam masyarakat apalagi dengan adanya perkembangan masyarakat yang mengarah pada masyarakat informasi. Masyarakat informasi menurut Bell, di dalamnya terdapat pergeseran produksi barang menjadi produksi pengetahuan dan wawasan. Masuda (1990) mengatakan bahwa pada masyarakat informasi terjadi transisi dimana output terhadap nilai-nilai informasi memegang kendali terhadap perkembangan masyarakat. Hal itu semakin menunjukkan peran penting pengetahuan dalam kehidupan. Salah satu elemen yang menjadi pokok dari era masyarakat informasi adalah terdapatnya perpustakaan yang berkembang serta minat baca masyarakat yang baik. Upaya-upaya untuk mendapatkan akses terhadap informasi dan pengetahuan untuk memenuhi elemen pokok masyarakat informasi seperti halnya sekolah swadaya, perpustakaan rakyat, taman bacaan masyarakat dan lain sebagainya yang dilakukan swadaya dan mandiri. Upaya tersebut tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh perhimpunan-perhimpunan atau organisasi maupun komunitas yang berasal dari masyarakat itu sendiri, salah satunya yang dilakukan oleh Aisyiyah.

Penulis: Dr. Tri Soesantari , M Si
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://produccioncientificaluz.org/index.php/opcion/article/view/30907%20Women%E2%80%99s%20Efforts%20To%20Improve%20Their%20Economy%20Through%20Reading%20Access%20Among%20Religious%20Women%E2%80%99s%20Organizations.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).