Faktor Persepsi yang Pengaruhi Pria Berkeluarga Lakukan Vasektomi dan Gunakan Kondom

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Dalam teori Health Belief Model perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi keyakinan atau persepsi individu. Termasuk dalam pengambilan keputusan pria dalam melakukan kontrasepsi. Faktor persepsi individu yang mempengaruhi pria dalam pengambilan keputusan untuk melakukan vasektomi dan menggunkan kondom. Di antaranya, persepsi hambatan, persepsi keseriusan, dan persepsi manfaat.

Persepsi hambatan adalah persepsi individu terkait hambatan yang dirasakan untuk mengambil suatu tindakan dapat berkaitan dengan biaya, resiko cidera, kesulitan, dan waktu yang digunakan. Persepsi hambatan yang dirasakan pria dalam mengambil keputusan tidak menggunakan kondom adalah mereka merasakan tidak nyaman menggunakan kondom, ada perasaan malu untuk membeli kondom, serta tidak adanya dukungan dari keluarga dan menganggap bahan dari kondom menyebabkan alergi. Sedangkan, untuk keputusan tidak melakukan vasektomi, mereka beranggapan vasektomi adalah tindakan yang menakutkan karena harus dilakukan di meja operasi, membutuhkan waktu yang lama sehingga mengganggu dalam mencari nafkah, serta menganggap harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk melakukan vasektomi.

Persepsi manfaat merupakan perasaan di mana individu akan mendapat keuntungan dari tindakan yang akan diambil untuk mencegah ancaman dari suatu penyakit. Persepsi manfaat yang dirasakan pria dalam memutuskan melakukan vasektomi adalah dapat mengurangi beban hidup karena sebelumnya telah memiliki tiga atau lebih anak.

Mereka beranggapan bahwa semakin banyak anggota keluarga, kian bertambah pula beban hidup. Metode vasektomi dipilih karena sangat ampuh dalam mencegah kehamilan, dapat membatasi jumlah anak, serta meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga.

Persepsi keseriusan merupakan apa yang dirasakan apabila memilih tindkan kesehatan yang berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan secara serius seperti kesehatan, kematian, dan sosial lingkungan. Persepsi keseriusan yang dirasakan pria, di antaranya, timbul karena mereka memahami jika istrinya yang menggunakan kontrasepsi berdampak terhadap kesehatan istrinya.

Melakukan kontrasepsi vasektomi sangat efektif dan lebih baik dalam mencegah istri memiliki anak secara tidak terencana dibanding metode kontrasepsi lainnya. Dan, selama ini mereka melakukan kontrasepsi karena memiliki penghasilan yang di bawah UMR sehingga mengikuti program pemerintah untuk melakukan vasektomi yang difasilitasi BKKBN.

Ketiga persepsi pria berkeluarga dalam memutuskan menggunakan kontrasepsi jenis vasektomi atau kondom tersebut membutuhkan peran dari pemerintah untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat. Selama ini kegiatannya dilakukan Petugas Lapangan (PLKB) di bawah BKKBN dengan melakukan promosi KB vasektomi dan kondom di setiap kelurahan secara berkala melalui kader KB di kelurahan masing-masing.

Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak setelah China, India dan Amerika Serikat. Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan di Indonesia. Karena itu, pemerintah masih terus menggalakkan Keluarga Berencana (KB) pada setiap pasangan usia subur. Selama ini yang melakukan KB masih didominasi kaum perempuan dan kepesertaan kaum pria masih rendah. Penyebabnya, masih sedikitnya pilihan metode kontrasepsi untuk pria jika dibandingkan dengan jenis kontrasepsi untuk perempuan.

Pemilihan jenis kontrasepsi harus mempertimbangkan keefektifan, efek samping, keuntungan dan kerugian dari metode yang dipilih. Selain itu, ada faktor dari individu dan faktor dari luar yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemilihan jenis kontrasepsi.

Prinsip utama dalam  mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender adalah dengan meningkatkan partisipsi pria sebagai akseptor kontrasepsi. Penelitian sebelumnya oleh Budisantoso menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan pria enggan untuk menggunakan alat kontrasepsia dalah rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang hak-hak reproduksi, keterbatasan alat kontrasepsi pria, kondisi sosial, adanya kebudayaan di suatu daerah, keyakinan, adanya rumor tentang vasektomi, serta penggunaan kondom untuk hal yang bersifat negatif.

Vasektomi atau disebut juga Metode Operatif Pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi dengan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran vas deferent sehingga sel sperma tidak keluar saat senggama. Vasektomi tidak sama dengan kebiri atau kastrasi yang mengangkat buah pelir, bekas operasi hanya berupa satu luka kecil ditengah atau di kanan dan kiri kantong zakar.

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom efektif sebagai alat kontrasepsi jika digunakan dengan baik dan benar. Kondom mudah didapatkan di pasaran tanpa resep dokter, praktis, mudah dipakai sediri, harganya terjangkau, serta dapat mencegah penularan penyakit menular seksual. (*)

Penulis: Aria Aulia Nastiti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Informasi detail tulisan ini dapat dilihat pada tulisan kami di: International Journal of Psychosocial Rehabilitation Volume 24, Issue 7, 2020, Pages 9171-9177

 Lihatdilink berikut:

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85084675765&origin=resultslist&sort=plf-f&src=s&st1=Nastiti&st2=aria&nlo=1&nlr=20&nls=count-f&sid=07e40390274b000e1e9fe1318137b744&sot=anl&sdt=aut&sl=40&s=AU-ID%28%22Nastiti%2c+Aria+Aulia%22+57202996446%29&relpos=3&citeCnt=0&searchTerm=

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).