Aktivitas Seksual Pasien dengan Kanker Serviks

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh lifepack

Seksualitas merupakan bagian penting dari kualitas hidup sehari-hari bagi setiap individu. Seksualitas meliputi seks, identitas gender dan peran, orientasi seksual, erotisme, kesenangan, keintiman, dan reproduksi. Seksualitas dapat diekspresikan dalam pikiran, fantasi, keinginan, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, perilaku, praktik, peran, dan hubungan. Kepuasan seksual merupakan respon yang timbul dari evaluasi subyektif seseorang terhadap dimensi positif dan negatif berkaitan dengan hubungan seksual seseorang. Aktivitas seksual terkait erat dengan kepuasan seksual, pernikahan, dan kepuasan hidup di antara orang dewasa. Pada penderita kanker serviks aktivitas seksual mengalami perubahan baik pada saat sebelum, selama, dan setelah proses perawatan kanker. Diagnosis dan pengobatan kanker serviks menyebabkan perubahan pada fungsi seksual, menghasilkan perubahan dalam aktivitas seksual, dan kepuasan seksual.

Kanker serviks dapat memberikan berdampak negatif pada kualitas hidup wanita. Tidak hanya penyakit itu sendiri, perawatan kanker serviks dan pengobatannya juga dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan fisiologis, yang dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk gangguan seksual. Karena kanker serviks secara langsung mempengaruhi organ seksual, hampir 50% wanita dengan kanker serviks melaporkan disfungsi seksual. Sebuah studi sebelumnya mengungkapkan bahwa disfungsi seksual terkait dengan citra tubuh (seperti rambut rontok, kulit hitam dan keriput), fungsi seksual, dan kemampuan reproduksi. Disfungsi seksual ini dapat dirasakan hanya oleh wanita saja atau wanita dengan pasangannya.

Kanker serviks adalah kanker yang menempati urutan kedua dalam jumlah kasus kanker baru pada wanita berusia antara 15 dan 59 tahun. Pada tahun 2018, menunjukkan bahwa setiap tahun 569.847 kasus kanker serviks dilaporkan di seluruh dunia dan 311.365 meninggal karena penyakit ini. Pada 2018, Riset Kesehatan Dasar Indonesia melaporkan bahwa prevalensi kanker serviks adalah 23,4 per 100.000 populasi dengan kematian rata-rata 13,9 per 100.000 populasi. Prevalensi telah meningkat dari 98.692 kasus pada tahun 2013. Jawa Timur memiliki prevalensi tertinggi kasus kanker serviks di Indonesia (1,1%), dengan perkiraan jumlah mencapai 21.313 kasus. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan untuk 88.135 wanita di Jawa Timur dan 7.013 ditemukan positif.

Fungsi seksual wanita dengan kanker serviks ditemukan lebih rendah daripada wanita normal. Masalah ini dapat terjadi sejak seseorang didiagnosis dan bertahan selama masa hidup mereka. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa banyak wanita dengan kanker serviks dan pasangannya membutuhkan perawatan psikoseksual. Masalah-masalah ini harus didekati dalam struktur perawatan biologis, sosiologis, dan psikologis. Untuk memberikan intervensi yang efektif untuk pasien dengan kanker serviks, informasi tentang aktivitas seksual, kepuasan seksual, dan korelasinya perlu dipahami sepenuhnya.

Banyak penelitian telah mengungkapkan bahwa kanker serviks serta pengobatannya dapat menyebabkan dispareunia, penurunan libido, dan berkurangnya ikatan perkawinan antara suami dan istri. Hasil penelitian terhadap penderita kanker serviks menunjukkan bahwa mereka aktif secara seksual. Meskipun sangat sedikit melakukan hubungan seksual, mereka menggunakan alternatif lain, seperti pergi berkencan dengan suami mereka, berpegangan tangan, mencium dan memeluk untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka. Hasil serupa juga diungkapkan oleh beberapa penelitian tentang efek kanker serviks dan pengobatannya. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada masalah dalam melakukan hubungan seksual, terdapat laporan yang rendah mengenai disfungsi seksual. Pasien kanker serviks sangat mungkin mengalami disfungsi seksual dan perubahan dalam interaksi perkawinan. Namun, beberapa jenis aktivitas seksual memungkinkan berfungsi sebagai alternatif.

Begitu pula dampak dari perawatan kanker, tindakan medis yang dilakukan seperti radioterapi, kemoterapi, dan operasi menyebabkan wanita memiliki masalah dengan hasrat seksual, pemendekan vagina dan penurunan pelumasan vagina, dengan demikian dispareunia sering terjadi. Hal ini tidak menjadi masalah ketika dapat didiskusikan dengan pasangan sehingga dapat saling menerima. Dalam kondisi lain, kanker serviks juga menyebabkan minat seksualitas lelaki menurun terhadap pasangannnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada penderita kanker serviks terhadap hubungan interpersonal dengan suami karena masalah seksual dan ketakutan akan perselingkuhan karena mereka telah mengecewakan pasangannya. Penderita kanker serviks juga mengkhawatirkan akan ditinggalkan oleh pasangannya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual pasangan. Namun dalam hasil penelitian lain, kecenderungan untuk menghindari hubungan seksual disebabkan karena pasangan lebih menjaga perasaan istri yang menderita kanker serviks dan takut menyebabkan istri mereka kesakitan.

Konseling kesehatan terhadap pasangan dengan kanker serviks merupakan salah satu intervensi yang penting untuk mebantu mencegah atau mengatasi akibat dari disfungsi seksual. Tidak ada hubungan antara aktivitas seksual seksual dengan kepuasan seksual pada kanker serviks, karena kehidupan seksual tidak hanya dilihat dari aspek fisik. Aspek lain seperti kualitas hubungan pernikahan, keintiman, komunikasi, dan strategi koping yang dipilih oleh pasien ketika menghadapi disfungsi seksual lebih berkontribusi untuk menentukan tingkat kepuasan seksual.

Penulis: Tiyas Kusumaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep

Informasi detil dari tulisan ini dapat dilihat pada:  International Journal of Psychososial Rehabilitation Vol 24 Issue 9 2020 Pages 823-829. https://www.psychosocial.com/article/PR290100/22782/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).