Manfaat Nutrisi Infus Agresif Dini pada Pola Pertumbuhan Bayi Berat Lahir Rendah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi pemberian nutrisi pada bayi. (Sumber: May Baby)

Saat ini, stunting sudah menjadi isu global. Kurang gizi yang kronis berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari. Intelegensi yang kurang baik akan berdampak pada masalah karir dan pencapain kesuksesan di masa depan. Parahnya lagi adalah anak yang stunting akan cenderung melahirkan generasi yang stunting pula. Bayi berat lahir rendah dan kelahiran premature ditengarai akan sebagai faktor resiko signifikan sebagai penyebab stunting. Apalagi pemberian nutrisi yang tidak adekuat saat lahir akan menyebabkan bayi mengalami hambatan pertumbuhan ekstrauterine yang akan memperparah kondisi malnutrisi pada bayi berat lahir rendah. Untuk itulah berbagai upaya dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengejar pertumbuhan ekstrauterine setara dengan pertumbuhan intra uterine.

Nutrisi yang diberikan secara infus agresif sejak dini telah menunjukkan manfaatnya dalam mencegah hambatan pertumbuhan ekstra-uterine. Namun, dalam praktik sehari-hari, dokter tetap dalam keraguan untuk menerapkannya pada bayi baru lahir dan adanya berbagai kendala dalam pemberiannya karena memerlukan akses pembuluh darah besar dan beresiko terhadap infeksi. Untuk itulah dilakukan penelitian di RSUD Dr Soetomo sebagai RS rujukan nasional untuk wilayah Indonesia bagian timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat nutrisi yang diberikan secara infus agresif sejak dini pada pola kenaikan berat badan bayi prematur.

Penelitian ini membandingkan efek nutrisi agresif melalui infus secara dini dengan nutrisi lewat infus melalui kenaikan yang bertahap. Peneliti mengamati kecepatan kenaikan berat badan (gaining weight velocity/GWV) dan waktu pulihnya berat badan bayi ke berat lahir (return to birthweight/RTBW). Penelitian dilakukan pada 44 bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 33 6/7 minggu, berat lahir bayi yang dteliti berkisar 1000-2500gram dan tidak dapat menerima kebutuhan nutrisi harian melalui mulutnya secara penuh. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa rata-rata RTBW hampir sama antara kedua kelompok.

Kelompok yang mendapatkan nutrisi agresif justru memiliki penurunan berat badan yang lebih tinggi pada hari 1 dan hari 3 dan tidak memiliki perbedaan penurunan berat badan pada hari ke 7, hari 10, dan hari 14 jika dibandingkan dengan nutrisi yang dinaikkan secara bertahap. Hal ini dimungkinkan pola pemantauan berat badan harian hanya akan memberikan representasi keseimbangan cairan dan elektrolit dan tidak menggambarkan pertumbuhan sesungguhnya.

Kedua kelompok memiliki kecepatan kenaikan berat badan lebih cepat pada hari 1 dan 3 tetapi serupa pada hari 14 (masing-masing 18 gram / kg / hari dan 16 gram / kg / hari). Sehingga kami menyimpulkan bahwa nutrisi agresif melalui infus dini tidak memiliki efek signifikan pada pola pertumbuhan bayi berat lahir rendah di awal. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dampak dari nutrisi agresif ini pada pola pertumbuhan jangka panjang dan perkembangan intelegensi bayi prematur. 

Penulis : Mahendra Tri Arif Sampurna

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:

https://doi.org/10.34302/crpjfst/2019.11.5.15

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).