Insomnia pada Klien Hemodialisis Dapat Mengakibatkan Disabilitas Fungsional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penyakit kronik yang harus menjalani terapi hemodialisis dan berpotensi mempengaruhi kehidupan sehari-hari bahkan menyebabkan disabilitas fungsional. Hampir seluruh klien hemodialisis mengalami disabilitas fungsional baik sebagai akibat dari penyakit awal ataupun karena lamanya klien menjalani pengobatan hemodialisis. Disabilitas fungsional dianggap sebagai interaksi dari keterbatasan yang dialami individu dengan lingkungannya. Disabilitas fungsional ini bukan hanya keadaan fisik atau jiwa, namun merupakan fenomena multidimensi yang terdiri dari fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas, hambatan partisipasi sosial dan faktor lingkungan. 

Angka kejadian disabilitas fungsional terus meningkat terutama pada klien hemodialisis. Disabilitas fungsional pada klien hemodialisis dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Klien dengan disabilitas fungsional menunjukkan ketergantungan dalam melaksanakan tugas rumah antara lain mencuci, berbelanja, atau membersihkan rumah. Ketergantungan lain yaitu membutuhkan bantuan dalam hal transportasi, ambulasi, finansial dan pengaturan minum obat. Beberapa pekerjaan lain masih dapat dilakukan sendiri oleh klien hemodialisis seperti makan, mandi, penggunaan telepon dan berjalan. Secara umum klien hemodialisis yang mengalami disabilitas fungsional memerlukan bantuan dalam pemenuhan aktivitas harian. 

Disabilitas fungsional pada klien hemodialisis yang dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan masalah yang lebih serius. Disabilitas fungsional dapat meningkatkan beban keluarga yang merawat bahkan kematian bagi penderitanya. Banyak penelitian yang menganalisis penyebab disabilitas fungsional pada klien hemodialisis. Salah satu faktor yang dianalisis yaitu kondisi insomnia yang terbukti berhubungan dengan disabilitas fungsional yang dialami klien dengan hemodialisis. 

Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur,  sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Sebanyak 55% klien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis mempunyai skor kualitas tidur >5. Gangguan tidur pada klien hemodialisis bersifat multifaktorial yang berasal dari akumulasi racun uremik, prosedur dialisis, masalah medis penyerta, atau adanya masalah psikiatri atau psikososial. 

Insomnia ini berakibat pada penurunan kualitas tidur yang secara signifikan menimbulkan dampak pada kondisi kelelahan dan kelemahan akibat kurangnya istrahat tidur sehingga tubuh tidak kembali refresh atau segar. Sebagian besar klien hemodialisis menyatakan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas tidur. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak bertenaga dalam melakukan aktivitas fisik dan kurang bersemangat dalam beraktivitas. Intervensi yang tepat dalam meningkatkan kualitas tidur pasien dengan hemodialisis sangat diperlukan guna menurunkan kejadian insomnia dan mencegah terjadi disabilitas fungsional.

Penulis: Ika Yuni Widyawati               

Link terkait tulisan di atas:  https://www.psychosocial.com/article/PR290094/22094/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).