Penting Mengoptimalkan Kesehatan sebelum Keberangkatan Haji

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Labbaik id

Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban seumur hidup bagi setiap Muslim yang mampu memenuhinya. Pilar kelima Islam ini memiliki karakteristik khusus yang sebagian besar adalah aktivitas fisik untuk waktu yang lama (38-40 hari) selama bulan Zulhijah di Arab Saudi. Pelaksanaan ibadah haji yang kompleks membutuhkan calon haji haji dalam keadaan sehat. Jemaah haji dituntut memiliki kondisi kesehatan yang baik atau biasa disebut dengan istilah istithaah.

Menurut Permenkes no 15 tahun 2016, Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.  Jemaah Haji harus melaksanakan serangkaian Pemeriksaan Kesehatan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji dalam rangka Istithaah Kesehatan Haji. Dinas kesehatan kabupaten/kota akan membentuk tim penyelenggara kesehatan haji di wilayahnya yang melakukan Pemeriksaan Kesehatan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji di Puskesmas atau Rumah Sakit yang ditunjuk.

Indonesia adalah negara dengan jumlah jamaah haji terbesar di dunia. Pada 2017 jumlah jemaah haji Indonesia berjumlah 221.000 orang. Berdasarkan data penelitian, 46-67% Jemaah haji Indonesia tergolong dalam status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi. Status kesehatan risiko tinggi yang dimaksud adalah berusia 60 tahun atau lebih dan/atau memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji. Angka kematian peziarah haji Indonesia juga relatif tinggi sekitar 200-330 untuk setiap 100.000 peziarah haji.

Analisa hasil penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2018 di Kabupaten Bojonegoro, dimana angka kematian Jemaah haji di Kabupataner Bojonegoro di atas standar indikator umum, menyatakan bahwa risiko individu mengalami kematian selama ziarah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor perawatan kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka membangun dan meningkatkan status kesehatan istithaah jemaah haji di fasilitas kesehatan (Puskesmas) melalui pembinaan kesehatan. Dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa pelaksanaan pembinaan kesehatan di Kabupaten Bojonerogo belum optimal sehingga dapat menjadi salah satu penyebab angka kematian Jemaah haji yang masih tinggi.

Pembinaan Kesehatan dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji. Jenis dan metode Pembinaan Kesehatan meliputi kegiatan penyuluhan, konseling, latihan kebugaran, pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), pemanfaatan media massa, penyebarluasan informasi, kunjungan rumah, dan manasik kesehatan. Pembinaan Istithaah Kesehatan Jemaah haji dilaksanakan selama periode masa tunggu dan periode masa keberangkatan. Berkoordinasi dengan tim penyelenggara haji apabila tidak mendapatkan pemeriksaan dan pembinaan secara berkelanjutan selama masa tunggu dan keberangkat haji sangat dianjurkan, terlebih bagi yang berstatus risiko tinggi. Selain itu, persiapan mental dan fisik secara pribadi juga penting untuk diperhatikan. 

Penulis: Stefanus Supriyanto
Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membacanya artikel Link artikel ini dapat diunduh pada

https://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=8&article=155

Mielka Ratna Kusuma Wardhani, Stefanus Supriyanto, Tira Hamdillah Skripsa, Wiwik Rakhmawaty. 2019. Analysis of Quality Assurance on Health Development of Hajj Pilgrims in Bojonegoro District. Indian Journal of Public Health Research & Development Volume : 10, Issue : 8.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).