Menilik Politik Kebijakan Lingkungan Indonesia Tahun 1990 Hingga 2015

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh balapendidikan.com

Environmentalisme politik memainkan peran penting dalam pengarusutamaan sosial mobilisasi masalah lingkungan di dunia. Penelitian saat ini meneliti dinamika perubahan iklim yang mengarah pada realis tradisi yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri Indonesia pada politik dalam negeri dan berfokus pada perilaku aktor politik dominan. Diskusi argumen ini menggambarkan perjalanan iklim diplomasi dari pemerintahan Suharto ke era reformasi administrasi. Studi ini didasarkan pada konstruktivisme, yang berteori a hubungan antara identitas, legitimasi dan minat dalam kebijakan luar negeri sebagai kerangka teoretisnya. Makalah ini memiliki tiga bagian utama, dan Bagian pertama menjelaskan mengapa konstruktivisme lebih relevan daripada realisme mempelajari kebijakan luar negeri lingkungan Indonesia. Yang kedua dan Bagian ketiga melanjutkan untuk melihat asal dan perkembangan Jakarta diplomasi iklim. Argumennya adalah komitmen Indonesia untuk merangkul agenda perubahan iklim global bertujuan untuk membangun identitas sebagai aktor lingkungan yang sah. Identitas ini merupakan tanggapan pemerintah terhadap tantangan transnasional terhadap negara minat perkembangan Sejak akhir Perang Dingin, masalah lingkungan mulai semakin meningkat perhatian serius dari analis kebijakan luar negeri. Dialog dari subjek ini adalah untuk mendiskusikan perubahan alam — peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan pemanasan global, pengaruh keputusan untuk proses, dan memprakarsai parameter tersebut untuk mengimplementasikan keprihatinan internasional. 

Politik perubahan iklim di negara-negara berkembang terjadi sebagai jenis internasional yang berbeda interaksi aktor di mana norma dan institusi memainkan peran penting dalam menentukan pendekatan negara. Artikel ini berfokus pada perilaku kebijakan luar negeri Indonesia. Indonesia adalah negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim di Asia Tenggara, dan penghasil emisi gas rumah kaca (GHG) terbesar kelima di dunia setelah China, Amerika Serikat, Bahaya lingkungan memiliki konsekuensi internal dan eksternal. Kehancuran dalam satu negara sering melintasi batas yurisdiksi negara. Ini menyebabkan transnasional krisis yang membutuhkan keterlibatan multinasional, seperti ketentuan keuangan dan bantuan teknologi, untuk menyelesaikan masalah. Ini terbukti dalam kasus bencana lingkungan, yang secara rutin terjadi di Indonesia, seperti kabut asap menyelimuti bagian dari negara tetangga di Asia Tenggara. Lain insiden telah melibatkan dampak yang luas, termasuk sengketa air di wilayah luar dan laut konflik sumber daya. Sumber-sumber kepedulian lingkungan domestik ini meningkatkan bentrokan diplomatik dengan negara tetangga. Ini telah mengintensifkan kerentanan wilayah terhadap tantangan ketidakamanan transnasional mulai luas. Artikel ini membahas dinamika politik perubahan iklim yang mendasarinya di Indonesia kebijakan luar negeri.

Beranjak dari tradisi realis yang menghubungkan orang asing dengan Indonesia perilaku kebijakan terhadap dinamika politik domestik dan berfokus pada aktor politik dominan ‘ perilaku, artikel ini mengacu pada konstruktivisme, yang berteori hubungan antara identitas, legitimasi, dan minat dalam kebijakan luar negeri sebagai kerangka teoretisnya. Itu pembahasan penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama menjelaskan alasannya konstruktivisme lebih relevan daripada realisme untuk mempelajari lingkungan asing Indonesia kebijakan. Ini juga memperkenalkan bagaimana konsep dapat digunakan dalam cara berpikir eklektik. Itu bagian kedua dan ketiga melanjutkan untuk melihat asal dan perkembangan iklim Jakarta diplomasi. Argumennya adalah bahwa komitmen Indonesia untuk merangkul iklim global agenda perubahan bertujuan untuk membangun identitas sebagai aktor lingkungan yang sah. Identitas ini merupakan respons pemerintah terhadap tantangan transnasional terhadap perkembangan negara bunga. Pembahasan argumen ini menggambarkan perjalanan diplomasi iklim dari Indonesia Pemerintahan Soeharto ke administrasi era Reformasi. Kesimpulannya menekankan kembali poin penting yang dikemukakan dalam artikel ini.  Artikel ini membangun diskusi besar tentang masalah lingkungan Indonesia pada tahun 1990 – 2015. Jumlah temuan diilustrasikan di berbagai bagian; bagian pertama menyatakan bahwa hubungan antara masalah lingkungan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia, konstruktivisme dalam bentuk eklektiknya, terbukti lebih menonjol daripada teori dominan.

Penulis: Falih Suaedi
Department of Public Administration, Faculty of Social and Political Science, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Link terkait tulisan di atas: International Journal of Innovation, Creativity and Change. Volume 13, Issue 4, 2020 https://www.ijicc.net/images/vol_13/Iss_4/13440_Suaedi_2020_E_R.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).