Pengalaman Hidup Orang yang Hidup dengan HIV/AIDS dalam Menjalani Terapi Antiretroviral

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi terapi antiretroviral orang yang hidup dengan HIV/AIDS. (Sumber: Media Indonesia)

Kepatuhan pasien HIV terhadap terapi antiretroviral (ARV) adalah mekanisme penting untuk mencegah penularan HIV, tetapi orang yang hidup dengan HIV / AIDS sering hilang selama pengobatan berlangsung. Berbagai faktor pencetus yang menyebabkan ketidakpatuhan terhadap terapi antiretroviral, tetapi faktor utama ketidakpatuhan sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Penderita HIV / AIDS meningkat setiap tahun, saat ini lebih dari 36,9 juta orang di seluruh dunia menderita HIV dan Indonesia adalah salah satu negara Asia dengan tingkat infeksi HIV yang berkembang pesat. Jawa Timur menempati posisi pertama di Indonesia dengan jumlah HIV tertinggi pada tahun 2017 diikuti oleh DKI Jakarta dan Jawa Tengah.

Menurut sebuah laporan tentang perawatan HIV dan terapi antiretroviral pada tahun 2017 mencatat bahwa ada sekitar 214.819 orang yang memenuhi syarat untuk ARV, tetapi hanya 180.843 orang telah menerima ARV, dari 180.843 orang yang telah menerima terapi ARV 39.542 orang (21,87%) telah kehilangan tindak lanjut (21,87%) LFU) dan 3,501 (1,93%) berhenti minum ARV. Terapi ARV merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA, masalah kompleks yang terjadi pada ODHA adalah pemicu ketidakpatuhan dalam menjalani terapi ARV.

Quality of Life adalah konsep multi-dimensi dan dinamis, yang mencerminkan perspektif non-biomedis pengobatan HIV, menggabungkan penilaian subyektif yang penting pada berbagai aspek kesejahteraan individu, termasuk kesejahteraan fisik, fungsional, sosial, emosional dan bahkan spiritual. Pengalaman ODHA selama pengobatan ART berubah seiring waktu. ODHA menyatakan bahwa dukungan dari petugas kesehatan atau orang lain sangat memengaruhi kepatuhan mereka terhadap ART. Perawatan sosial, lingkungan rumah, keuangan, kebebasan, dan peluang untuk mendapatkan informasi terkait pengobatan ARV mendapatkan skor terendah yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA.

Alasan ketidakpatuhan ditemukan karena kurangnya informasi yang jelas dari petugas kesehatan, atau kondisi yang tidak siap untuk menerima informasi. Peserta mengatakan mereka mendapat banyak informasi terkait HIV dari rekan ODHA. Dukungan sosial sangat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas hidup terutama bagi orang yang lebih tua dan yang sudah menikah. Hambatan terhadap kualitas hidup pasien HIV menyebabkan ketidakberdayaan, di mana individu secara sosial atau emosional terhambat, kurangnya dukungan terkait dengan gejala yang lebih parah karena HIV.

Pada peserta yang memiliki mitra ODHA mereka mendukung dan mengingatkan satu sama lain dalam minum obat, pada pasien yang orang tuanya mengetahui bahwa mereka memiliki HIV memiliki dukungan untuk selalu minum obat tepat waktu dengan mengingatkan mereka ketika mereka harus minum obat dan jadwal untuk kontrol. Penelitian yang dilakukan dari November 2019 hingga Januari 2020 menemukan banyak ketidakpatuhan karena kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan manajemen penyakit saat menjalani terapi ART dan berdampak pada kualitas hidup, ada penelitian yang menunjukkan bahwa keterampilan perilaku secara langsung mempengaruhi kepatuhan untuk memakai ART.

Pengetahuan atau pemahaman tentang penyakit dan pengobatannya dianggap sangat berpengaruh untuk kepatuhan pasien terhadap pengobatan ART, memberikan informasi yang jelas dan waktu yang tepat mempengaruhi penerimaan informasi hingga baik. Motivasi diri dalam bentuk efek atau manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi narkoba dan orang yang dicintai menjadi kekuatan pendorong pasien HIV untuk menjadi rutin dan mematuhi pengobatan. Dukungan sosial untuk pasien HIV hanya diperoleh dari orang-orang terdekat mereka dan rekan-rekan mereka, karena ketidaksiapan pasien untuk mengungkapkan status mereka membuat hanya sedikit orang yang tahu tentang penyakit ini.

Keterampilan perilaku diperlukan untuk dapat mempertahankan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Kepatuhan dan kualitas hidup saling terkait jika kepatuhan terhadap obat-obatan baik, sehingga kualitas hidup juga baik, tetapi faktor paling penting kepatuhan atau kualitas hidup yang baik tergantung pada keterampilan perilaku dalam menjalani perawatan. Perlunya pemahaman yang baik tentang keterampilan perilaku untuk mendukung kepatuhan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Penulis: RTS Netisa Martawinarti, Nursalam, Andri Setiya Wahyudi

Artikel lengkapnya dapat dilihat melalui link berikut ini:

https://www.psychosocial.com/article/PR270409/15725/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).