Pengungkapan CSR, Penghindaran Pajak dan Praktik Akuntansi Kreatif di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Jurnal.id

Penelitian di bidang keuangan dan akuntansi yang meneliti relevansi nilai-nilai dan informasi kuantitatif telah memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Salah satu kontribusi ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang struktur dan karakteristik pasar keuangan kepada publik, dan untuk meningkatkan kesadaran publik bahwa informasi yang disampaikan oleh faktor-faktor kuantitatif saja tidak cukup untuk menjelaskan perubahan harga saham dan kondisi fundamental perusahaan. .

Di sisi lain, manajer juga dituntut untuk terus mengembangkan bisnis perusahaan yang merupakan tugas yang membutuhkan dana besar untuk menyelesaikannya. Dana besar ini tidak akan mudah diperoleh dengan hanya mengandalkan keuntungan yang dihasilkan dari proses bisnis perusahaan. Manajer dipaksa untuk menemukan lebih banyak sumber daya pendanaan dengan cepat dan yang menyediakan sejumlah besar uang yang biasanya berasal dari pihak luar. Ada dua cara bagi manajer untuk mendapatkan sejumlah besar dana: melalui pasar modal dan kontrak keuangan dengan kreditor atau bank. Namun, itu tidak semudah yang dibayangkan karena pihak-pihak ini membutuhkan beberapa syarat dan ketentuan agar perusahaan dapat memperoleh dana dari mereka.

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan digunakan untuk mengukur keterbacaan laporan tahunan di mana semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak pengungkapan yang akan dihadirkan karena memiliki proses yang lebih kompleks. Perusahaan yang lebih besar akan memiliki operasi yang lebih rumit dan akan memberikan kata-kata yang lebih sulit pada laporan tahunan. Dalam penelitian ini, penulis berharap bahwa ketika perusahaan memiliki ukuran perusahaan yang besar, manajemen mengalami kesulitan dalam menyampaikan proses bisnisnya sehingga laporan tahunan menjadi sulit dipahami.

Penelitian ini juga mengharapkan hal yang sama; yaitu, ketika perusahaan lebih tua, laporan tahunannya akan lebih mudah dipahami karena memiliki lebih banyak pengalaman dalam mengelola sumber daya, sehingga menyampaikan informasi akan lebih mudah. Namun, penelitian ini mencoba mengambil satu langkah lebih jauh dengan mengkorelasikan ukuran perusahaan dan usia perusahaan dengan keterbacaan laporan tahunan. Perusahaan yang lebih besar dan lebih tua akan memiliki tingkat keterbacaan yang rendah, artinya laporan tahunan akan lebih sulit untuk dipahami. Ini mungkin terjadi karena perusahaan dengan ukuran besar dan usia perusahaan yang lebih tua adalah hasil manipulasi dari manajemen yang semakin berpengalaman, sehingga perusahaan memiliki keterampilan yang cukup dalam mengelola isi laporan tahunan sehingga kinerja perusahaan terlihat baik atau memiliki kompleksitas bisnis yang lebih banyak. .

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2014-2016 dengan total 568 perusahaan setelah dikeluarkan dari SIC 6. Data penelitian diperoleh dari ORBIS dan BEI dalam bentuk laporan tahunan. Pemrosesan data dilakukan melalui STATA 14 menggunakan regresi kuadrat terkecil biasa (OLS) setelah sebelumnya diberikan pencegah heteroskedastisitas dan perawatan winorize untuk memastikan hasil regresi adalah estimasi linier tidak bias terbaik (BLUE).

Penelitian ini menemukan bahwa rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSRD). Hal ini menunjukkan bahwa rapat dewan komisaris tidak selalu membahas CSRD dan komisaris tidak memiliki wewenang langsung atas kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan rapat dewan direksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CSRD. Hal ini menunjukkan bahwa dewan direksi mempunyai pandangan bahwa informasi utama yang diinginkan oleh pasar adalah kinerja keuangan perusahaan, bukan tentang informasi yang berkaitan dengan CSRD perusahaan, sehingga semakin tinggi frekuensi rapat dewan direksi, semakin rendah pengungkapan CSR. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa kerugian yang diderita perusahaan tidak memengaruhi CSRD. Namun, kerugian yang diderita perusahaan dapat mengurangi hubungan negatif antara rapat dewan direksi dan CSRD. Hal ini menunjukkan bahwa pada rapat dewan, diskusi terkait CSR menjadi kurang fokus karena ada terlalu banyak masalah yang perlu dibahas seperti kerugian yang ditimbulkan perusahaan.

Penulis: Prof. Dian Agustia, S.E., M.Si.,Ak., CMA., CA

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Agustia, D., Dianawati, Wiwiek, &Lesmana, Mienati S. (2019). CSR Disclosure, Tax Avoidance and Creative Accounting Practice: Evidence from Indonesia. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 9(8), 300-316. https://www.ijicc.net/index.php/ijicc-editions/2019/130-vol-9-iss-8

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).