Mengenal Manajemen Pendapatan, Strategi Bisnis, dan Risiko Kebangkrutan di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh seni berpikir

Memprediksi, mengukur, memitigasi, dan menilai risiko kebangkrutan perusahaan telah menjadi fokus jangka panjang bagi para investor sebelum menginvestasikan modalnya. Ini karena investasi menyediakan sarana untuk mencapai maksimalisasi nilai baik dalam hal capital gain atau pembayaran dividen. Namun demikian, maksimalisasi nilai hanya dapat terjadi jika penyedia modal secara selektif memilih bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan dari mana mereka bisa mendapatkan porsi maksimum dari pendapatan bisnis.

Selain masalah keagenan, terjadinya biaya agensi juga melingkupi hubungan kontraktual dengan agen-agen. Biaya agensi adalah biaya yang timbul karena hubungan prinsipal-agen dalam mengelola bisnis, yang meliputi biaya pemantauan oleh prinsipal, biaya kepatuhan oleh agen, dan  kerugian residual. Biaya agensi berlaku untuk prinsipal dan agen dan dapat membuktikan jika terjadi masalah agensi.

Perusahaan cenderung melaporkan kinerja keuangan yang meningkat karena berbagai alasan, termasuk untuk memenuhi tolok ukur perkiraan (Verbruggen et al., 2008), untuk memenuhi target pendapatan (Haw et al., 2005), atau untuk menyembunyikan kondisi keuangan yang buruk. Sebagai contoh, manajemen laba digunakan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang pada saat kesulitan keuangan, yang memungkinkan akses leverage yang lebih besar. Penggunaan manajemen laba menunjukkan orientasi manajemen terhadap pencapaian jangka pendek (yaitu kepercayaan investor, tinjauan manajerial positif, dll.) Daripada tujuan jangka panjang akuntabilitas, dan transparansi yang dapat mencapai aliran kewajiban atau investasi ekuitas yang berkelanjutan, dan dengan demikian, mengurangi kemampuan going concern perusahaan.

Kerangka kerja strategi kompetitif Porter mengemukakan dua strategi bisnis generik, kepemimpinan biaya dan diferensiasi. Kepemimpinan biaya terutama berfokus pada produktivitas dengan menggunakan efisiensi biaya (meminimalkan biaya untuk menghasilkan tingkat output tertentu) dan kekikiran aset (mengoptimalkan penggunaan aset tetap untuk menghasilkan tingkat output tertentu). Diferensiasi di sisi lain, berkisar pada pengembangan keunikan produk, loyalitas pelanggan, dan saluran distribusi yang unik dengan tujuan menghasilkan margin tinggi.Terlepas dari cara masing-masing strategi dijalankan, kedua strategi ini bertujuan untuk mengungguli pesaing, menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi atau menghasilkan margin keuntungan terbesar, atau, dengan kata lain, memastikan keberlanjutan bisnis untuk bertahan dalam lingkungan yang kompetitif dan meminimalkan risiko keluar dari bisnis.

Dataset tersebut berisi 1.068 pengamatan tahun perusahaan yang berlangsung dari 2014 – 2016 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini terutama menggunakan pengujian hipotesis menggunakan analisis Regresi Linier Berganda untuk menjalankan model penelitian dan membangun hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan alat Stata Corp. STATA MP Versi 14.0.

Kesimpulan dari penelitian ini berkaitan dengan pengaruh manajemen laba dan strategi bisnis terhadap risiko kebangkrutan ada dua. Pertama, tidak ada hubungan antara manajemen laba dan risiko kebangkrutan. Selain itu, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agrawal dan Chatterjee (2015), Wu et al. (2015), dan Aharony et al. (2000) yang menunjukkan bahwa manajemen laba tidak mengekspos perusahaan terhadap risiko kebangkrutan yang lebih besar. Kedua, ada hubungan negatif dan signifikan antara strategi bisnis dan risiko kebangkrutan. Bisnis yang menerapkan salah satu dari dua strategi generik kepemimpinan biaya atau diferensiasi secara signifikan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dan, dengan demikian, risiko kebangkrutan yang lebih rendah. Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Bryan et al. (2013) yang menyarankan strategi bisnis mengurangi risiko kebangkrutan.

Hasil penelitian ini sangat penting bagi para pemangku kepentingan eksternal, seperti investor dan kreditor, untuk menilai risiko kebangkrutan, kemampuan keuangan dan kelayakan kredit perusahaan, sementara strategi bisnis berpengaruh pada risiko kebangkrutan yang menguntungkan pemangku kepentingan internal, seperti manajer, dalam merumuskan strategi untuk berurusan dengan berjalan masalah kekhawatiran, oleh karena itu penelitian ini memberikan bukti empiris terhadap penggunaan strategi bisnis sebagai faktor mitigasi risiko kebangkrutan.

Penulis: Prof. Dian Agustia, S.E., M.Si.,Ak., CMA., CA

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Agustia, D., Muhammad, N. P. A., & Permatasari, Y. (2020). Earnings management, business strategy, and bankruptcy risk: evidence from Indonesia. Heliyon, 6(2), e03317.https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e03317

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).