Alergi pada Anak dan Paparan Alergi Sejak dalam Kandungan, Berhubungankah?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi alergi pada anak. (Sumber: Halodoc)

Alergi adalah penyakit kronis yang dapat mengubah pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tinggi dimana sebesar 5% -15% terjadi pada anak. Di Asia Tenggara, prevalensi alergi pada anak mencapai 3,3%. Saat ini, kejadian alergi diduga berhubungan dengan paparan alergen selama di dalam kandungan. Berbagai upaya pencegahan alergi masih belum optimal dan hingga saat ini proses imunologis pencegahan in utero masih belum bisa dipahami. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kadar immunoglobulin terhadap pemberian paparan protein susu sapi pada tikus hamil.

Sebanyak 15 tikus betina hamil berusia 10 minggu yang diikutkan pada penelitian ini diinduksi allergen protein susu sapi (cow’s milk protein) dosis rendah ( 1 mg CMP/gramBB) dan dosis tinggi (10mg CMP/gramBB). Kelompok kontrol adalah tikus hamil yang tidak mendapatkan induksi CMP. Tikus hamil dengan kelainan bawaan pada janin, didapatkan perbedaan perilaku makan atau yang menunjukkan tanda sakit seperti penurunan berat badan, gangguan pola pernapasan dan diare dikeluarkan dari penelitian. Setelah bayi tikus berusia 2 minggu, serum darah bayi tikus dan tikus betina diambil untuk pemeriksaan IgA, IgE, IgM dan IgG dengan menggunakan metode ELISA.

Kadar IgG-1, IgG-2a, IgG-2b dan IgG-3 pada bayi tikus secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik yang diinduksi dengan CMP dosis rendah maupun dosis tinggi. Peningkatan kadar IgG tersebut juga didapatkan pada tikus betina, kecuali kadar IgG-2a pada tikus yang mendapatkan CMP dosis rendah dan IgG-3 pada tikus yang mendapatkan CMP dosis tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa paparan dosis tinggi dan dosis rendah dari tikus betina dan bayi tikus memberikan respon yang sama yaitu antigen susu sapi dapat ditransfer melalui plasenta ke janin tikus.

Peningkatan IgE secara signifikan juga didapatkan baik pada bayi tikus dan tikus betina yang mendapatkan CMP dosis rendah maupun dosis tinggi sedangkan peningkatan IgA dan IgM hanya terjadi pada tikus yang mendapatkan induksi CMP dosis tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgE adalah parameter alergi yang kuat  pada tikus betina dan bayi tikus. Antibodi IgE spesifik memiliki afinitas yang tinggi pada sel mast, basophil, makrofag dan sel dendritik sehingga apalagi terdapat paparan alergen yang spesifik akan terjadi pelepasan histamin dan menginduksi gejala hipersensitivitas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan alergen protein susu sapi yang diberikan pada tikus selama hamil akan meningkatkan berbagai parameter imunoglobulin tidak hanya pada tikus itu sendiri tetapi juga pada bayi tikus yang lahir. Adanya paparan alergen sejak di dalam kandungan tikus dapat menimbulkan respon pada janin yang dikandung. Penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan agar pencegahan alergi sejak dini dapat dilakukan sejak in utero. (*)

Penulis: Risa Etika

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://chimie-biologie.ubm.ro/carpathian_journal/Papers_11(5)/CJFST11(5)2019_10.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).