Estimasi Usia Seseorang Melalui Methilasi DNA

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi DNA. (Sumber: IDN Times)

Perkiraan umur sangat penting dalam analisis forensik. Umur individu lebih sering diperkirakan dengan menggunakan tulang dan gigi. Akan tetapi, hal ini terbatas hanya pada kasus-kasus tertentu yang berhubungan dengan adanya kerangka manusia. Belum tersedia metode yang paten dalam memperkirakan umur melalui DNA.

Metilasi DNA merupakan salah satu cara dalam memperkirakan umur pada sampel biologis. Metilasi DNA merupakan cara modifikasi epigenetik yang terbaik dalam memperkirakan umur pada sampel biologis pada manusia. Hal ini dikarenakan, DNA pada individu yang mengalami penuaan menyerupai perkembangan yang diatur dalam proses yang dikontrol ketat oleh modifikasi epigenetik khusus.

Metilasi DNA merupakan salah satu cara dalam memperkirakan umur pada sampel biologis. Metilasi DNA merupakan cara modifikasi epigenetik yang terbaik dalam memperkirakan umur pada sampel biologis pada manusia. Hal ini dikarenakan, DNA pada individu yang mengalami penuaan menyerupai perkembangan yang diatur dalam proses yang dikontrol ketat oleh modifikasi epigenetik khusus.Proses modifikasi replikasi ini hanya ditemukan pada posisi 5 cincin pirimidin dari sitosin dalam urutan CpG dinukleotida.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampel dengan variasi umur yang berbeda di setiap jenis kelaminnya. Tahapan-tahapan pada penelitian ini dimulai dari pengambilan sampel darah yang dipastikan sehat, di preparasi kemudian di isolasi dengan menggunakan DNAzol dan kloroform.

Setelah penelitian berakhir dimana jumlah sampel yang terkumpul secara keseluruhan berjumlah 10 sampel, Pada penelitian ini, persen metilasi subyek laki-laki cenderung meningkat selaras dengan kategorisasi usia namun persen metilasi justru menurun pada subyek lansia. Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, lingkungan, dan penyakit yang diderita. Sedangkan pada subyek perempuan persen metilasi secara konsisten mengalami peningkatan sesuai dengan kategorisasi usia, meskipun laju peningkatan tersebut tidak secara konstan dapat diukur.

Antara laki-laki dan perempuan, situs CpG memiliki tingkat metilasi DNA yang berbeda secara signifikan. Situs CpG ini ditempatkan pada kromosom autosomal dengan perbedaan absolut dalam metilasi karena situs CpG terelokasi pada kromosom X sehingga perbedaan metilasi spesifik jenis kelamin pada kromosom X cenderung lebih tidak stabil. Kerentanan perempuan terhadap stress dan penyakit tertentu juga sangat mempengaruhi laju metilasi DNA, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi termetilasinya DNA sangat bervariasi pada masing-masing individu (Davegårdh et al. 2019).

Penyakit-penyakit degeneratif dan sindroma metabolik yang dimiliki oleh masing-masing individu juga sangat mempengaruhi hasil persen DNA yang termetilasi. Proses perjalanan penyakit degeneratif menargetkan elemen-elemen mesin epigenetik seluler, mengubah ekspresi dan aktivitas mesin epigenetik sehingga akan mrmpengaruhi perubahan keadaan epigenetik tiap individu (Neidhart 2016).

Regulator epigenom yang sering diabaikan adalah neuroendokrin, padahal DNA metilasi dapat menjadi proses yang dinamis, dimana keadaan hormonal individu sangat mempengaruhi peran hidroksimetilasi sitosin. Penggunaan obat-obatan tertentu yang bersifat oksidatif maupun antioksidan juga akan memberikan efek terhadap laju modifikasi histon.  Ini dapat terjadi, misalnya, melalui mutasi sitosin dalam kasus mereka dimetilasi dalam sel normal. Tidak adanya sitosin teretilasi dapat menyebabkan modifikasi histone permisif dan memungkinkan gen untuk diekspresikan. Jenis mekanisme ini dapat mengubah fenotip dan perilaku sel (Neidhart 2016).

Penyakit-penyakit neoplastik, degeneratif, metabolik, bahkan inflamasi akan menyebabkan stress oksidatif yang akan mempengaruhi aktivasi dan inaktivasi gen tertentu, serta ketidakstabilan genom, yang terjadi dengan mekanisme epigenetik juga. Tidak seperti mutasi genetik, epimutasi tidak mengubah urutan dasar DNA dan berpotensi reversibel (Neidhart 2016). (*)

Penulis : Ahmad Yudianto

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/1863

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).