Studi Kanker Prostat di Asia : Laporan Pertemuan Ke-3

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kanker prostat. (Sumber: Alodokter)

Studi Asian Prostat Cancer

Studi Asian Prostat Cancer (A-CaP) merupakan sebuah studi mengenai penderita kanker prostat di negara-negara Asia. Studi ini pertama kali diluncurkan di Tokyo pada Desember 2015 dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang penderita kanker prostat. Di dalamnya, terdapat berbagai informasi penting seperti identitas, faktor komorbiditas, perjalanan penyakit, terapi yang sudah dan sedang dijalani, serta hasil dari terapi tersebut. Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi status pasien kanker prostat di Asia dan kemudian membandingkannya dengan kondisi di seluruh dunia.

Pertemuan A-CaP ke-3 digelar di Chiang Mai, Thailand pada Oktober 2017, bersamaan dengan Kongres Perhimpunan Prostat Asia-Pasifik ke-7, setelah sebelumnya pertemuan pertama dan kedua diselenggarakan di Tokyo pada tahun 2015 dan Seoul pada tahun 2016. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari sepuluh negara dan wilayah di Asia yang berpartisipasi dalam studi, yaitu Cina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Turki, dan dua negara kolaborator, yaitu Amerika Serikat dan Australia. Pada pertemuan ini, setiap anggota dari berbagai negara menyampaikan status terkini, menganalisis data yang telah dikumpulkan, dan mendiskusikan kemajuan status registrasi pasien dan cara untuk memanfaatkan data yang terkumpul.

Selain laporan dan diskusi mengenai data A-CaP, beberapa kuliah khusus juga diberikan oleh perwakilan dari Amerika Serikat dan Australia. Para anggota juga mendiskusikan rencana penelitian kolaboratif dan publikasi terhadap data-data yang telah dikumpulkan.

Laporan Negara Anggota Studi A-CaP

Sepuluh negara yang tergabung dalam studi ini melaporkan status terkini mengenai data pasien kanker prostat di masing-masing negara. Kanker prostat merupakan kanker keenam terbanyak di China dan ketiga terbanyak di Singapura dan Malaysia. Jumlah pasien kanker prostat yang terdaftar pada studi ini bervariasi pada tiap negara. Di Jepang, terjadi peningkatan lebih dari 1000 pasien kanker prostat pada 1 tahun terakhir. Begitu pula di Korea, Indonesia, Filipina, dan Turkey, di mana terdapat peningkatan jumlah pasien kanker prostat setiap tahunnya. Rerata usia pasien kanker prostat tidak jauh berbeda antar tiap negara, yaitu sekitar 65-70 tahun.

Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan salah satu pemeriksaan laboratoris yang dapat dilakukan untuk skriningdan diagnostik kanker prostat. Di Malaysia, terdapat perbedaan hasil PSA tiap kelompok etnis, di mana rerata PSA etnis melayu dibandingkan dengan etnis china dan india adalah 58 ng/dl berbanding 25 ng/dl dan 31 ng/dl. Salah satu partisipan berpendapat bahwa penting untuk membedakan pasien dengan perbedaan latar belakang etnis, contohnya etnis asia dan kaukasia.

Selain PSA, terdapat modalitas diagnostik untuk menilai stadium kanker prostat, seperti Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Bone Scan. Di Filipina dan Malaysia, lebih dari 50% modalitas yang digunakan adalah bone scan untuk mendiagnosis stadium kanker prostat. Berbeda dengan kedua negara tersebut, modalitas pemeriksaan yang paling sering digunakan di Indonesia adalah CT atau MRI. Hal tersebut disebabkan oleh fasilitas bone scan yang tidak tersedia di seluruh rumah sakit terutama rumah sakit perifer.

Terdapat perbedaan stadium kanker prostat pada saat pasien pertama kali berobat di masing-masing negara. Di Malaysia, lebih dari 50% penderita kanker prostat sudah terdiagnosis pada stadium IV penyakit. Sedangkan di Singapura terdapat 30% yang sudah mencapai stadium IV. Di Hongkong, Turkey, dan Jepang, angka kejadian kanker prostat yang sudah mestastasis adalah 25%, 15%, dan 10%. Negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Singapura lebih memilih terapi hormonal berupa Androgen Deprivation Therapy (ADT) untuk digunakan sebagai terapi awal, baik dikombinasi dengan kemoterapi, radioterapi, ataupun pembedahan prostat.

Di beberapa negara seperti Turki dan Filipina tampaknya lebih memilih operasi pengangkatan prostat dibandingkan dengan terapi hormonal. Di Jepang sendiri, terdapat penurunan angka pemberian terapi hormonal dari 50% menjadi 34% selama enam tahun terakhir karena mulai dilakukannya pembedahan prostat secara robotik yang saat ini sudah ditanggung oleh sistem asuransi kesehatan nasional. Terdapat perbedaan angka kelangsungan hidup 5 tahun antara Korea dan China, yaitu 93.3% dan 53.8%. Hal ini disebabkan oleh adanya program deteksi dini kanker prostat di Korea yang tidak terdapat di China.

Di Indonesia, terdapat beberapa kendala untuk menyempurnakan pengumpulan data A-CaP seperti adanya resiko lost to follow up terhadap pasien, perbedaan modalitas diagnostik antar rumah sakit, belum adanya pelaporan hasil patologi yang terstandarisasi, dan adanya limitasi pembiayaan dari asuransi kesehatan nasional. Beberapa kendala berupa persetujuan dari pasien dan data sharing antar rumah sakit dan institusi juga terjadi di Singapura. Hal-hal tersebut merupakan tantangan yang di hadapi oleh negara-negara anggota studi A-CaP.

Realisasi Universal Health Coverage bagi Pelayanan Kanker Prostat

Sistem Kesehatan di Amerika Serikat sangat terfragmentasi, baik sektor swasta maupun publik. Di wilayah Asia-Pasifik, biaya dan akses Kesehatan masih menjadi kendala. Saat ini sangat tidak mungkin berkolaborasi dengan perusahaan farmasi besar untuk menambah akses di wilayah Asia-Pasifik, termasuk dalam fasilitas pembedahan secara robotik. Usaha seperti A-CaP akan menciptakan kesempatan untuk menilai pola perawatan dan penelitian.

Tujuan utama pengumpulan data A-CaP adalah untuk melaporkan kinerja dari studi A-CaP melalui publikasi ilmiah. Proposal penelitian yang dibuat merujuk pada pedoman penelitian yang baku. Pada akhirnya, negara anggota yang memiliki ide penelitian berdasarkan data A-CaP dapat menyampaikan pendapatnya dan kemudian akan dilakukan evaluasi untuk kepentingan publikasi pada umumnya, dan kepentingan untuk kesehatan pasien kanker prostat pada khususnya. (*)

Penulis: Lukman Hakim

Informasi lengkap tulisan ini dapat diakses pada laman berikut ini:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6664304/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).