Penanganan Penyakit Parasit Darah Haemobartonellosis pada Anjing

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Haemobartonellosis pada anjing. (Sumber: http://ilmuveteriner.com)

Haemobartonellosis disebabkan oleh Mycoplasmas haemocanis, parasit darah ber-gram positif yang biasanya menyerang sel darah merah / eritrosit. Di dalam sel darah, parasit ini tampak berwana biru kehitamin, berantai filamen dengan ciri khas adanya titik-titik kecil, penyakit ini disebut juga Hemobartellocanis. Mycoplasma haemocanis tidak termasuk golongan bakteria, namun berdasarkan karakter fisiknya diklasifikasikan sebagai mikroorganisme golongan Mycoplasma, yang mana merupakan tipe spora terkecil yang dapat hidup bebas di alam. Mycoplasmas haemocanis dapat menyebabkan gejala klinis penyakit Haemobartonellosis pada anjing yang telah mengalami pemotongan organ limpa (splenectomy) atau pernah mengalami penyakit limpa dan gangguan sistem imun yang menginisiasi anemia hemolitik parah.

Para peneliti dan praktisi Universitas Airlangga melaporkan telah berhasil menangani penyakit ini hingga tingkat kesembuhan optimal pada anjing jenis Pitbull dengan rincian studi kasus sebagai berikut: seekor anjing pitbull jantan berumur 3 tahun datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Universitas Airlangga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, tanpa adanya gejala klinis yang mencolok berdasarkan laporan pemiliknya.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suhu tubuh di bawah normal, pernafasan cepat, detak jantung 102/menit. Dari uji laboratorium tampak adanya anemia yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb), sel darah merah, dan hematokrit (PCV), selain itu pada uji ulas darah ditemukan adanya Mycoplasmas haemocanis, hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa anjing tersebut positif menderita Haemobartonellosis.

Merujuk dari pemeriksaan yang telah dilakukan, anjing pitbull tersebut diterapi menggunakan antibiotik spesifik golongan Doxycycline, dan suplement mineral besi (Fe) untuk meningkatkan kadar Hb dan eritrosit sehingga dapat mengoreksi kondisi anemia hemolitik, setelah dua minggu pengobatan, kondisi anjing berangsur angsur membaik dan performa darah menuju normal. Akan tetapi selang beberapa waktu, pasien tersebut mengalami kesulitian bernafas, diare, muntah, dan lemas.

Terapi Fe diberikan kembali beserta obat-obatan simtomatik untuk meredakan gejala klinis. Kondisi anjingpun kembali membaik secara progressive, dan di hari ke 13 hasil ulas darah menunjukkan hasil negatif, tidak ditemukannya Mycoplasmas haemocanis pada eritrosit pasien.

Antibiotik golongan Doxycycline telah banyak dilaporkan dapat membunuh parasit darah golongan protozoa seperti Babesia sp. melalui efek penghambatan apicoplast dan mencegah perbanyakan jumlah mikroorganisme secara aseksual, sehingga dapat mengurangi jumlah parasit dalam darah (parasitemia). Analogi inilah yang digunakan oleh para praktisi dan peneliti Universitas Airlangga untuk menangani kasus Haemobartonellosis pada anjing, dan terbukti bahwa menejemen terapi ini menurunkan tingkat infeksi Haemobartonellosis dan mengoreksi gejala anamei, anoreksia dan kelesuan yang dialami penderita. (*)

Penulis: Herinda Pertiwi

Artikel lengkapnya dapat diakses melalui laman berikut ini:

https://www.researchgate.net/publication/341091917_Management_of_Haemabartonellosis_in_a_Pitbull_Dog

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).