Efektifitas dan Keamanan Tamsulosin untuk Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak yang Mengalami Gejala Saluran Kemih Bawah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Pembesaran Prostat Jinak atau biasa disebut dengan BPH (Benign Prostate Hyperplasia) adalah keadaan yang sering ditemui pada laki-laki usia diatas 50 tahun. Pembesaran prostat jinak dapat disertai dengan gejala saluran kemih bawah. Penderita gejala saluran kemih bawah yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Pengobatan pada pembesara prostat jinak bertujuan untuk mengurangi keluhan, dan memperlambat perkembangan penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tamsulosin adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan saluran kemih bawah oleh karena pembesaran prostat jinak. Obat ini meningkatkan laju aliran maksimum kencing dan mengurangi keluhan terkait pembesaran prostat jinak.

Tujuan penelitian untuk mengetahui manfaat dan keamanan Tamsulosin untuk pasien dengan pembesaran prostat jinak yang mengalami gangguan saluran kemih bawah setelah 3 bulan pengobatan. 

Pembesaran Prostat Jinak dan Penggunaan Obat Tamsulosin

Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit terbanyak kedua di bidang urologi setelah batu saluran kemih di Indonesia. Angka penderita pembesaran prostat jinak di negara Amerika Serikat sekitar 70%  pada pria di atas 60 tahun dan meningkat menjadi 90% pada pria diatas 80 tahun. Angka kejadian pasti di negara Indonesia masih belum dapat dipastikan. Pembesaran prostat jinak dapat mengakibatkan gejala saluran kemih bagian bawah. Gejala Saluran kemih bagian bawah dinilai dengan menggunakan kuesioner IPSS (International Prostate Symptomp Score) yang terdiri dari 7 pertanyaan mengenai keluhan dan 1 pertanyaan mengenai kualitas hidup penderita. Selain menggunakan IPSS, gangguan saluran kemih bawah dapat dinilai secara obyektif dengan pemeriksaan uroflowmetri untuk menilai pancaran maksimum kemih dan sisa urin setelah berkemih dengan menggunakan usg.

Tamsulosin adalah obat untuk merelaksasi otot polos di leher kandung kemih dan prostat. Mekanisme ini meningkatkan laju aliran maksimum kencing dan mengurangi keluhan terkait pembesaran prostat jinak. Tamsulosin memiliki waktu kerja 48 jam setelah dikonsumsi, dengan efek maksimal pada 4-6 minggu. Efek samping pengobatan tamsulosin adalah disfungsi seksual, gangguan ejakulasi, pusing, kelemahan / kelelahan, dan penglihatan kabur. Tamsulosin dapat diberikan sehari sekali dengan dosis 0,4mg atau dua kali sehari dengan dosis 0,2 mg. Obat ini sering diberikan kepada pasien dengan pembesaran pasien prostat jinak karena sistem polis asuransi kesehatan di Indonesia yang hanya menyediakan beberapa obat sebagai pilihan bagi pasien.

Penelitian ini menggunakan data dari rekam medis 62 pasien pembesran prostat jinak dengan gejala saluran kemih bawah di RSUD dr. Soetomo dari Januari 2014 hingga Oktober 2016 dan Rumah Sakit Universitas Airlangga dari Januari 2015 hingga Oktober 2016. Efektifitas dan efek samping tamsulosin dievaluasi pada bulan pertama, kedua, dan ketiga setelah pengobatan.

Efektifitas obat diukur  berdasarkan perbaikan total skor IPSS, skor kualitas hidup IPSS, skor iritatif IPSS, skor obstruktif IPSS, nilai kecepatan aliran urin maksimal, dan sisa urin setelah berkemih yang dibandingkan dari sebelum pengobatan, setelah 1 bulan pengobatan, 2 bulan setelah pengobatan, dan 3 bulan setelah pengobatan. Efek samping obat yang berupa ejakulasi retrograde, penurunan libido, pusing, kelemahan / kelelahan, dan penglihatan kabur juga didata, serta kejadian yang tidak diharapkan selama pengobatan tamsulosin 0,4mg.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Tamsulosin 0,4 mg secara signifikan menurunkan skor total IPSS, skor kualitas hidup IPSS, skor iritatif IPSS, skor obstruktif IPSS, meningkatkan kecepatan aliran urin maksimal, dan mengurangi sisa urin setelah berkemih. Hasil pengobatan menunjukkan keluhan semakin membaik dari bulan pertama sampai bulan ketiga setelah pengobatan.

Terdapat 6 (9,6%) pasien mengeluh gangguan ejakulasi, 5 (8%) pasien mengeluh tentang penurunan libido, 4 (6,4%) pasien hipotensi postural, 3 (4,8%) pasien mengeluh mual dan muntah, dan 6 pasien (9,6%) mengeluh pusing setelah 1 bulan mengkonsumsi tamsulosin 0,4 mg setiap hari. Keluhan ini dapat ditoleransi sehingga pasien masih patuh melanjutkan pengobatan. Tidak ada kejadian tidak diharapkan atau efek samping yang berat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tamsulosin 0,4 mg sekali sehari bermanfaat dan aman untuk mengurangi gejala saluran kemih bagian bawah pada pasien pembesaran prostat jinak. Diharapkan dengan mengkonsumsi hanya satu kali sehari dapat meningkatkan kepatuhan dan kenyamanan minum obat pada pasien.

Penulis: Lukman Hakim

Informasi detail dari riset ini dapat pada tulisan kami di :

https://ijbs-udayana.org/index.php/ijbs/article/viewFile/214/226

Pramana, I.B.P., Oka, A.A.G., Duarsa, G.W.K., Santosa, K.B., Yudiana, I.W.Y., Tirtayasa, P.M.W., Renaldo, J., Hakim L. The effectiveness of tamsulosin in Benign Prostate Hyperplasia (BPH) patients with Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS): a multi-centre cohort retrospective study. IJBS14(1): 17-20. 2020 DOI:10.15562/ijbs.v14i1.214

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).