Merawat Optimisme di Tengah COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pandemi virus corona (Covid-19) telah melahirkan ketakutan dahsyat secara global. Tidak hanya gangguan kesehatan, pandemi ini telah melumpuhkan berbagai sektor ekonomi, sosial, budaya dan politik.

Untuk itu, masyarakat perlu mempersiapkan diri, bertahan, bangkit serta belajar dari setiap terjadinya serangan pandemi penyakit menular. Pada saat yang sama, sikap dan pandangan optimistik perlu terus dipelihara.

Tantangan ini dijawab langsung oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA dan dr Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU) ahli paliatif RSUD dr Soetomo melalui Webinar (web seminar) pengajian Ramadhan dengan tema “Tetap Sehat dan Optimis di Tengah Pandemi COVID-19” pada Jum’at (15/05/2020).

Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA dalam sambutannya mengatakan bahwa ibadah dalam bulan Ramadhan mendidik untuk tidak tergantung pada siapapun kecuali Allah SWT. Jika manusia bergantung pada Allah maka tidak akan ada lagi rasa kecewa, sedih, putus asa, stress dalam keadaan atau kondisi apapun. Hidup akan terlihat lebih santai, tenang, bahagia, dan optimis.

“Ramadhan akan membuat kita merdeka dari rasa cemas, menjadikan kita pribadi yang merdeka dari kecemasan akan ketergantungan kepada selain Allah. Kita harus optimis bahwa Allah akan memberikan rezeki kepada kita. Semoga Allah memberkahi 10 hari Ramadhan kita dan mempertemukan kita dengan lailatur qadar,” ungkapnya.

Prof Nasih berharap di sisa sepertiga bulan Ramadhan, manusia akan kembali ke fitrah dan termasuk dalam orang-orang beruntung serta terhindar dari siksa dunia dan akhirat. Sehingga diri juga harus mengatur emosi agar tidak cepat marah.

Sementara itu, dr Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU) mengatakan bahwa tetap sehat dan optimis di bulan ramadhan sangatlah penting. Masyarakat harus menjadi pribadi yang bahagia dengan cara beribadah kepada Allah, peduli terhadap diri, kesehatan dan sesama, bisa diajak kerjasama dan dermawan. Dengan peduli sesama, masyarakat akan betul-betul mengikuti aturan dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Bulan puasa tahun ini, menutut masyarakat untuk beraktifitas di rumah aja dam akan berdampak pada rasa sedih yang diungkapkan. Namun, sambungnya, emosi itu wajar dan masyarakat juga haru pintar mengelolanya agar imun tidak menurun di tengah pandemi COVID-19.

“Kita harus bersyukur dan tidak mengeluh, karena orang-orang mengeluh itu akan rugi. Untuk kita harus meningkatkan hormone endorphin untuk melawan stress kita,” ucapnya.  

Selain itu, untuk menghadapi kebosan ditengah COVID-19, masyarakat harus melakukan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Misalnya dengan membuat kue, membuat alat pelindung diri (APD), dan membuat robot untuk meringankan tenaga medis seperti yang sudah dilakukan oleh UNAIR dan ITS. Tidak lupa, inovasi akhirat juga harus dilakukan yaitu membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an.

“Hikmah yang harus kita ambil dari pandemi ini yaitu sabar,dan ikhlas dalam menghadapi virus yang membahayakan. Yang paling penting yaitu tetap sehat, dan optimis. Kuncinya adalah iman dan imun,” tuturnya.

Menurut dr. Agus ada 5 hormon yang berpengaruh terhadap kesehatan yaitu hormon kortisol, endorphin, adrenalin, estrogen, dan testosteron. Namun yang paling penting dari semua hormon tersebut adalah meningkatkan hormon endorphin. Caranya yaitu berkumpul dengan keluarga, meningkatkan rasa bahagia, sholat berjamaah dan mengaji bersama.

“Ramadhan adalah latihan untuk menyucikan hati dari AIDS (angkuh, iri, dengki dan sombong) sehingga perbanyaklah istighfar dan dzikir,” ucapnya.

dr. Agus berharap ibadah di bulan Ramadhan bisa istiqomah hingga tahun selanjutnya. Semoga dengan lulusnya Ramadhan dan COVID-19 masyarakat menjadi semakin tangguh, semangat, peduli terhadap sesama dan menjadi orang yang berkualitas.

Penulis: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).