Gambaran Fotografi tentang Kecemasan Perawatan Gigi Ibu ditinjau dari Tingkat Literasi Kesehatan Mulut di Kota Surabaya, Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Gambaran fotografi tentang kecemasan perawatan gigi ibu. (Foto: Gilang Rasuna Sabdho Wening)

Bertempat di Kota Surabaya, pada medio 2019 yang lalu, terlaksana sebuah penelitian tentang kecemasan tentang perawatan gigi yang dialami oleh para Ibu. Kecemasan tentang perawatan gigi adalah fenomena yang sering muncul pada anak-anak. Peranan seorang Ibu, mampu menjadi pengaruh utama pada perkembangan psikis anak-anak mereka, namun disisi lain pengaruh persepsi Ibu juga dianggap sebagai salah satu penyebab kecemasan tinggi tentang perawatan gigi pada anak.

Perilaku seorang ibu ketika merawat anak-anaknya dianggap sebagai insting alami yang mengarah pada hubungan emosional yang kuat di antara mereka. Namun, koneksi yang kuat ini juga berperan pada pemunculan perasaan negatif pada anak seperti kecemasan. Dokter gigi perlu sepenuhnya memahami kecemasan dan dampaknya pada perilaku anak-anak sebagai dasar untuk membangun kepercayaan pada anak-anak dan orang tua.

Kecemasan perawatan gigi seorang Ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman ibu serta pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola kesehatan gigi dan mulut (kemampuan berliterasi). Individu dengan literasi kesehatan yang tinggi memiliki kontrol kesehatan yang lebih besar pada diri mereka, sehingga mereka dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan dengan baik dan benar. Sedangkan, individu dengan tingkat literasi kesehatan yang rendah biasanya memiliki pengetahuan yang rendah tentang kesehatan, status kesehatan, perilaku kesehatan, dan pemanfaatan layanan pencegahan. Selain itu, orang-orang dengan kemampuan literasi yang rendah, kurang dapat memahami dan mengikuti perawatan yang direkomendasikan dan tidak memiliki kemampuan untuk memutuskan tindakan kesehatan yang sesuai.

Di sisi lain, kecemasan identik dengan perubahan wajah. Pada penelitian ini, tingkat kecemasan gigi ibu akan diuji hubungannya dengan tingkat literasi kesehatan gigi yang dimiliki, lalu dikonfirmasi menggunakan ekspresi wajah dari Ibu tersebut, dalam kajian deskripsi fotografi.

Penelitian ini menitikberatkan pada pencarian hubungan peran literasi kesehatan gigi Ibu, apakah mampu meniadakan atau justru “mengadakan” kecemasan tentang perawatan gigi pada anak-anaknya. Sebagai evidence penguat, penelitian yang dilakukan pada populasi Ibu dari balita di Kota Surabaya ini, dikonfirmasi dengan gambar visual fotografis wajah dari Ibu ketika merespon kuesioner yang menjadi alat ukur kecemasan tentang perawatan gigi.

Dalam studi ini, hubungan antara tingkat literasi kesehatan gigi dan mulut ibu, serta kecemasan gigi yang dialami oleh Ibu, dianalisis untuk mengetahui hubungannya. Sementara itu, kegelisahan yang dirasakan Ibu akan dikonfirmasi (diperjelas) oleh studi fotografi wajah ibu saat mengisi kuesioner MDAS. Teknik validasi ini dilakukan dengan meninjau ekspresi wajah ibu ketika datang ke klinik gigi dan diminta untuk mengisi kuesioner MDAS dan HeLD. Ekspresi ibu dapat diperoleh dalam bentuk potret faktual yang dapat direkam dengan teknik fotografi Human Interest.

Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, di mana total tidak kurang dari 100 Ibu dari anak-anak usia 5-6 tahun dipilih secara acak. Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrument Literasi Kesehatan dalam Kedokteran Gigi (HeLD) & Modified Anxiety Scale (MDAS) untuk menganalisis hubungan literasi kesehatan gigi dengan tingkat kecemasan gigi mereka. Modified Dental Anxiety Scale (MDAS) adalah kuesioner pendek dan sederhana yang akan menganalisis kesan yang dialami ibu ketika pergi ke dokter gigi.

Penelitian ini dilakukan selama beberapa bulan, dari Juni hingga September 2019. Data dikumpulkan dari beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Surabaya ketika para Ibu datang ke klinik gigi. Sampel penelitian ini berjumlah 100, data dikumpulkan secara acak. Populasi penelitian adalah sekelompok ibu dari anak-anak berusia 5-6 tahun, yang mengunjungi klinik gigi dengan kriteria penelitian: 1. Hidup di kota Surabaya sementara penelitian sedang berlangsung; 2. Berada dalam kondisi sehat; dan 3. Bersedia menjadi peserta sampel penelitian. Distribusi & korelasi faktor-faktor risiko peserta dilakukan pengujian sesuai dengan tingkat Literasi Kesehatan Mulut & Tingkat Kecemasan Gigi.

Temuan dari hasil distribusi dan uji korelasi variabel literasi kesehatan mulut ini memiliki perbedaan dengan studi yang sudah ada sebelumnya. Pada penelitian ini, meskipun semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat pengetahuan kesehatan giginya, ternyata pada hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara tingkat literasi kesehatan gigi dan tingkat pendidikan tidak signifikan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, pada penelitian ini, tngkat pendidikan tidak selalu menggambarkan tingkat literasinya.

Pada temuan yang lain, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel faktor risiko antara: Penilaian Kesehatan Diri, Riwayat Keluhan Gigi, Kunjungan Gigi Terkini, Pengalaman Kunjungan Gigi Terkini, dan Perilaku Menunda Kunjungan ke Dokter Gigi, dengan Tingkat Kecemasan Perawatan Gigi yang dialami. Berikut adalah gambaran ilustrasi sebagai contoh yang mewakili wajah-wajah yang ternilai secara visual sebagai wajah yang menggambarkan situasi Kecemasan Tinggi, Kecemasan Rendah, dan Tidak Cemas.

Visualisasi wajah yang menjadi subjek ini difoto ketika mereka diwawancarai menggunakan pedoman wawancara tentang kecemasan penanganan masalah gigi, berdasarkan skala MDAS. Visualisasi mereka tersebut akan dikonfirmasikan ke jawaban MDAS mereka, apakah itu akan menjadi visualisasi yang terkonfirmasi pada tingkat yang sama, atau sedikit berbeda sesuai dengan pedoman wajah MDAS. Foto diambil berdasarkan persetujuan subjek secara candid, menggunakan lensa lensa tele Canon L Series 70-300mm F4 IS USM, dipasang pada Sony A7 mark III Kamera Digital Mirrorless Full Frame oleh Sony E-Mount ke adaptor pemasangan Canon EF. Skor MDAS akan dikonfirmasi dari 5 wajah visualisasi yang telah difoto sebagai perbandingan.

Kecemasan terhadap penanganan masalah kesehatan gigi dan mulut tidak dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya tingkat pendidikan pada penelitian ini. Namun demikian, kecemasan yang dialami para Ibu pada penelitian ini, mampu terekam secara visual dengan baik melalui teknik fotografi Human Interest, dan terkonfirmasi sebagai perwujudan dari simbol kecemasan yang ada pada instrument MDAS. Di sisi lain, perbedaan tingkat literasi kesehatan gigi para Ibu ini, terkonfirmasi sebagai faktor resiko mereka dalam merasakan kecemasan yang berbeda pula pada saat berkunjung atau merencanakan penanganan masalah gigi dan mulutnya.

Penting untuk meningkatkan kemampuan literasi kepada para ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jika hal ini dilakukan, kemampuan literasi Ibu akan dapat mendukung sikap baik ibu yang akan menyebabkan seorang ibu bertindak tepat dalam mengelola kesehatannya gigi dirinya, dan bahkan hingga anak-anaknya.

Penulis: Gilang Rasuna Sabdho Wening

Informasi detail pada penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.ijphrd.com/issues.html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).