Workplace Spirituality dan Job Satisfaction serta Hubungannya dengan Job Performance

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh freepik

Spritualitas di tempat kerja (workplace spirituality) adalah sebuah konsep yang telah dibahas oleh  beberapa peneliti dari abad ke dua puluh satu (Milliman et al., 2003). Mengelola workplace spirituality  dengan baik dapat mengendalikan perilaku individu di tempat kerja. Karena itu, menurut James et al.  dalam Case and Gosling (2010), jika seorang karyawan dapat mengendalikan perilakunya melalui  workplace spirituality, maka ia akan dapat meningkatkan job performance. 

Menurut Judge, et al. (2001), ada studi teoritis dan empiris yang menyatakan bahwa job satisfaction  adalah sumber dari job performance. Seorang karyawan yang puas dengan pekerjaannya akan bekerja dengan baik dan menjadi seorang pekerja yang produktif. Lebih lanjut, dalam sebuah penelitian oleh  Ahmad dan Omar (2014), ditemukan bahwa workplace spirituality dan job satisfaction juga dapat  mengurangi perilaku menyimpang (workplace deviant behaviour) di tempat kerja. 

Pemerintah Surabaya dikenal memiliki komitmen tinggi untuk menjaga performa para pegawainya, salah satunya dengan menegakkan kedisiplinan terhadap para staffnya tanpa terkecuali. Salah satu hal yang dapat menghambat job performance adalah workplace deviant behaviour. Workplace deviant behaviour bisa mengancam moralitas karyawan baik dalam konteks individu ataupun organisasi. Dalam konteks individu, workplace deviant behaviour dapat menurunkan performa, motivasi, komitmen kerja dan juga produktivitas kerja. Sementara di tingkat organisasi, pengaruh workplace deviant behaviour akan jelas terlihat dalam efisiensi, efektivitas, dan produktivitas organisasi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa baik workplace spirituality maupun job satisfaction memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap workplace deviant behaviour. Beberapa contoh workplace deviant behaviour yang telah ditindak tegas oleh pemerintah Surabaya, antara lain: penyalahgunaan jabatan atau tanggung jawab profesional, pencucian uang dan perselingkuhan. Workplace deviant behaviour dianggap sebagai pelanggaran serius karena peraturan pemerintah no. 53 tahun 2010, tugas utama dari staff pemerintah adalah memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat berdasarkan norma sosial dan etika yang berlaku. 

Penelitian ini memilih pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik sampling karena tidak seluruh objek diamati. Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan pengaruh antar variabel atau inter- koneksi antar variable menggunakan pengujian hipotesis. Untuk mencapai tujuan penelitian, instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner yang dibagikan dengan teknik pengambilan sampel aksidental. Populasi dalam penelitian ini adalah 891 pejabat pemerintah di kantor kecamatan di Surabaya. Pada awalnya, jumlah responden adalah 200 orang, namun, setelah revisi sampel, jumlah responden menjadi 198 pejabat pemerintah Surabaya 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik workplace spirituality maupun job satisfaction memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap workplace deviant behaviour. Workplace spirituality harus dikelola dengan benar, karena jika workplace spirituality dikelola dengan benar, ini dapat menjadi cara untuk mengendalikan perilaku individu di tempat kerja. Selain itu, workplace deviant behaviour juga dapat muncul ketika seorang karyawan tidak puas dengan pekerjaan itu. Pengaruh workplace deviant behaviour terhadap job performance, berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini adalah negatif secara signifikan. Karyawan dengan deviant behaviour akan lebih mungkin keluar dari pekerjaan, bermasalah dengan stres, produktivitas menurun, memiliki moralitas rendah, kehilangan jam kerja, memiliki harga diri rendah, memiliki ketakutan, dan juga merasa tidak nyaman di tempat kerja. Peran mediasi workplace passion dalam interaksi antara workplace deviant behaviour dan job performance adalah melemahkan koneksi pengaruh workplace deviant behaviour terhadap job performance. 

Hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi bagi Pemerintah Surabaya dalam mengelola aparat pemerintah kecamatan. Selain memberikan gambaran umum tentang kondisi pejabat pemerintah di Kecamatan Surabaya terutama mengenai workplace spirituality, job satisfaction, workplace deviant behaviour dan juga workplace passion, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat keputusan dalam merespons masalah ini. 

Penulis: Prof. Dr. Anis Eliyana, S.E., M.Si. 
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:  http://growingscience.com/msl/Vol10/Vol10Issue11.html 

Anis Eliyana and Ahmad Rizki Sridadi (2020), Workplace spirituality and job satisfaction toward  job performance: The mediation role of workplace deviant behavior and workplace passion, Management Science Letters: 2507-2520; https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.3.044 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).