Bisnis MRO: Dilihat Dari Sudut Pandang Safety Management

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh industry co id

International Air Transport Association (IATA) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 Indonesia akan menjadi negara nomor 6 di dunia sebagai pasar penumpang udara terbesar. Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan armada tertinggi (7,4%) di antara negara-negara lain. Pemeliharaan berkala dan perbaikan tentunya diperlukan untuk memastikan keselamatan operasional dan pesawat. Untuk melakukan pekerjaan ini, maskapai mempercayakan kepada perusahaan pemeliharaan pesawat, juga dikenal sebagai Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) untuk melakukan perawatan pada pesawat mereka. Kondisi ini menjadikan industri MRO vital dalam bisnis penerbangan. 

Industri MRO menghadapi berbagai tantangan baru dan perlu menemukan cara untuk menghadapinya, supaya industry ini tetap dapat tumbuh dan berkembang. Salah satu tantangannya adalah mengurangi jumlah kecelakaan di tempat kerja yang sering merugikan individu dan perusahaan. Perilaku pekerja adalah topik umum dalam keselamatan perusahaan, karena telah ada bukti bahwa kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh perilaku individu yang mengabaikan nilai-nilai keselamatan kerja. 

Safety leadership adalah perilaku pemimpin tertentu dalam proses pembentukan tim dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tim secara aktif mendorong standar keamanan dan untuk mendukung tim dalam mencapai tujuan keselamatan organisasi. Selain fokus untuk individu dan tim, kepemimpinan semacam ini juga perlu menjaga kualitas mesin dan teknologi untuk terus mengikuti prosedur operasi standar sehingga standar keselamatan yang diinginkan dapat sepenuhnya tercapai. Keberhasilan safety leadership dapat diukur dari jumlah kecelakaan kerja yang berarti bahwa safety leadership akan berusaha meningkatkan safety behaviour karyawan, yang pada akhirnya mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di sebuah perusahaan. Kesediaan karyawan untuk terlibat dalam meningkatkan keselamatan di perusahaan sebagian besar ditentukan oleh peran pemimpin mereka. 

Safety communication adalah aspek sentral dari manajemen untuk membina iklim keselamatan di lokasi konstruksi (Greeff, 2017). Manajemen diharapkan menggunakan berbagai metode komunikasi formal dan informal untuk mendorong dan menyampaikan komitmen keselamatan Safety communication dalam penelitian ini mengacu pada tindakan manajer terkait dengan komunikasi, informasi, umpan balik, dan promosi dalam masalah keselamatan organisasi seperti yang didefinisikan oleh para pekerja. Variabel ini menangkap efektivitas komunikasi yang dibuat oleh manajer dengan pekerja secara formal dan informal. Dengan demikian, akan terlihat bagaimana pola komunikasi terjadi antara manajer dan karyawan terkait dengan keselamatan di lingkungan kerja 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu untuk mengukur dampak safety leadership dan safety communication pada safety behaviour dengan safety climate sebagai variabel moderasi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan mengenai karakteristik responden dan juga kuesioner tentang variable-variabel dalam penelitian ini. Pertanyaan disajikan dalam bentuk pernyataan menggunakan data metrik. Penelitian ini dilakukan dari November 2019 hingga Februari 2020 di PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF) dengan jumlah responden 342 orang dan tersebar di seluruh departemen di GMF. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan faktor kepemimpinan dan komunikasi untuk menyelidiki hubungan antara safety leadership dan safety communication, serta safety climate dan safety behaviour, di antara karyawan. Studi ini memberikan kontribusi unik pada badan riset keselamatan yang ada terutama dalam konteks industri MRO. Hasil menunjukkan bahwa safety leadership dan safety communication memiliki efek langsung pada safety behaviour melalui safety climate. Selain itu, hubungan antara safety leadership dan safety communication dimoderatori oleh tingkat safety climate. Hasil ini dapat berfungsi sebagai referensi yang bermanfaat untuk pengembangan yang akan dilakukan di masa depan. 

Selain itu, upaya yang lebih besar dapat dilakukan oleh organisasi melalui peningkatan safety leadership dan safety communication yang akan mengarah pada safety climate positif di organisasi. Peningkatan ini juga akan membantu menciptakan safety behaviour tingkat tinggi di lingkungan kerja dan mengurangi insiden di tempat kerja. 

Penulis: Prof. Dr. Anis Eliyana, S.E., M.Si. 

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: 

http://www.sysrevpharm.org/?mno=98616

Erman Noor Adi, Anis Eliyana, Hamidah and Aprilia Tri Mardiana (2020), safety Leadership and 

Safety Behaviour in MRO Business: Moderating Role of Safety Climate in Garuda Maintenance 

Facility Indonesia, Systematic Review Pharmacy, 11(4): 151-163;  http://dx.doi.org/10.31838/srp.2020.4.23 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).