Studi Daya Hambat Ekstrak Daun Kersen pada Aeromonas Salmonicida

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh balipuspasnews

Tanaman kersen telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Peru sebagai tanaman obat tradisional. Daun kersen digunakan sebagai obat sakit kepala dan anti radang. Daun kersen (talok) merupakan tumbuhan yang mengandung saponin, tanin, dan flavonoid.Flavonoid umumnya terdapa dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antimikrobia, antivirus, antioksidan dan antihipertensi. Flavonoid bekerja dengan cara mendenaturasi molekul – molekul protein dan asam nukleat yang menyebabkan koagulasi dan pembekuan protein yang nantinya dapat mengganggu proses metabolisme dan fungsi fisiologis bakteri. Metabolisme bakteri yang terganggu dapat mengakibatkan rusaknya sel dan dapat menyebabkan kematian bakteri. Flavonoid dapat menghambat fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolism energi.

Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tannin bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri, sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri dan pada salura npencernaan, tannin diketahui mampu mengeliminasi toksin.Tanin dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga partumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena tannin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tannin antara lain melalui reaksi dengan membrane sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.

Saponin termasuk ke dalam golongang likosida yang terdapat pada tanaman tinggi yang dapat menimbulkan buih bila dikocok, memiliki rasa pahit, dan bersifat antimikroba. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan dindingsel dan apabila berinteraksi dengan dinding bakteri, maka dinding tersebut akan pecah (lisis). Pembentukan busa sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan adanya saponin. Salah satu penyakit yang dapat dihabat dengan ekstrak daun Kersen adalah penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida bersifat carrier (pembawa penyakit) pada ikan yang terinfeksi, sehingga sebagai faktor penyebabpenyakit yang sulit untuk diberantas. Aeromonas salmonicida  mempunyaisifat patogenisitas dan penghambat perkembangan populasi ikan-ikan jenis salmonidyang kemudian menyebar pada ikan – ikan yang hidup di perairan tawar, payau danlaut. Ikan yang terinfeksi Aeromonas salmonicida yaitu adanyahemoragi, nekrosis pada jaringan dan degenerasi pada bagian otot. Aeromonas salmonicida  menginfeksi bagian luar dan dalam tubuh ikan, seperti kulit,pangkal sirip dan insang ikan, bagian dada, perut, saluran pencernaan ikan. Ikan yangterserang penyakit ini akan mengalami pendarahan. Penyakit akibat bakteri ini sangatmudah menular, sehingga ikan yang terserang bakteri cukup parah.Aeromonas salmonicida  adalah bakteri fakultatif anaerob yang dapat hidup dengan adanya oksigen atau pun tidak adanya oksigen. Aeromonas salmonicida  subsp. salmonicida, achromogenes, masoucida dan smithia dapat tumbuh pada suhu 20oC – 37oC. Aeromonas salmonicida  dapat diisolasi langsung dari ginjal atau darah ikan dan darilesi  kulit  ikan  yang  terinfeksi.  Aeromonas salmonicida   dapat  di  biakkan  dengan  baikmenggunakan media Tripticase Soya Agar (TSA), bakteri ini berukuran kecil danberbentuk bulat.

Uji aktivitas antimikrobia merupakan uji kepekaan antibiotik atau bahan antimikroba terhadap mikroba patogen. Zat anti bakteri yang berfungsi menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik dan yang membunuh bakteri disebut bakterisidal. Penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji.Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidaknya zona hambatan yang akan terbentuk di sekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Metode uji antibakteri yang digunakan adalah metode difusi disk.Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Cara pelaksanaannya yaitu menggunakan suatu cakram kertas (paper disk) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas cakram direndam dengan bahan uji selama beberapa menit, kemudian dikering anginkan disuhu ruang selama ± 3 menit hingga kering. Kertascakram yang telah kering diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi selama 18 – 24 jam dengan suhu 28oC. Penghambatan pertumbuhan bakteri akan terlihat sebagai zona jernih di sekitar bulatan kertas saring yang diukur stelah masa inkubasi selama 18 – 24 jam. Pengukuran zona hambat dilakukan dengan mengukur secara garis lurus tengah zona hambat atau diukur dari pinggir kanan sampai pinggir kiri zona hambat yang terbentuk.

Penulis: Sudarno

Department of Fish Health Management and Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Mulyorejo Street, Surabaya 60115, Indonesia

Informasi detail daririsetinidapatdilihatpadatulisan kami di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012044

The effect of kersen (Muntingia calabura L) leaf extract on bacteria Aeromonas salmonicida smithia in vitro

N Kartika, Sudarno and D Handijatno

IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 441

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).