Adherensi Biofilm Streptococcus Mutans Setelah Diinduksi Sukrosa dan Xylitol

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh idn times

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, di Indonesia prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai angka 57,6 % dengan indeks DMF-T sebesar 8,43. Karies merupakan proses demineralisasi gigi yang disebabkan adanya aktivitas metabolik dari biofilm bakteri yang menutupinya. Bakteri yang berperan dalam terjadinya karies bermacam-macam, tetapi bakteri yang paling utama adalah bakteri Streptococcus mutans. Bakteri Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme karbohidrat sebagai makanan utamanya. Hasil metabolisme tersebut adalah asam laktat yang kemudian menyebabkan gigi mengalami demineralisasi dan selanjutnya terjadi karies.

Bakteri Streptococcus mutans akan menghasilkan soluble glucan dan insoluble glucan yang berasal dari metabolisme sukrosa. Hal ini nanti akan berkaitan dengan perlekatan bakteri, pembentukan matriks, dan fermentasi sukrosa menjadi bentuk asam dalam biofilm. Berbagai studi menunjukkan bahwa bakteri penyebab terjadinya karies yaitu Streptococcus mutans mempunyai sifat kariogenik apabila diberi sukrosa. 

Sukrosa merupakan karbohidrat yang terdiri dari dua monoskarida yang juga disebut sebagai disakarida. Dua monosakarida yang menyusun sukrosa adalah glukosa dan fruktosa. Dalam dunia kedokteran gigi, sukrosa merupakan jenis karbohidrat yang mempunyai sifat kariogenik yang paling tinggi. Sukrosa merupakan jenis karbohidrat yang sangat mudah larut dan berdifusi ke dalam biofilm. 

Pencegahan karies sudah dilakukan di seluruh dunia. Salah satu upaya pencegahannya adalah dengan penggunaan gula pengganti atau sering disebut dengan istilah gula artifisial. Gula jenis ini dinilai dapat menekan jumlah kejadian karies . Gula pengganti yang digunakan biasanya merupakan jenis gula alkohol, seperti manitol, sorbitol, dan xylitol. Xylitol dapat menurunkan kejadian karies dengan cara meingkatkan flow saliva, menaikkan pH mulut, menekan jumlah bakteri kariogenik, menurunkan plak gigi.

Penulis: Prawati Nuraini, drg., M Kes., Sp KGA (K)

Link terkait tulisan di atas: http://repository.unair.ac.id/79255/ https://onesearch.id/Record/IOS3215.79255

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).