Ikan Nila Larasati dan Potensinya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh erakini com

Ikan nila dengan nama latin Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan ikan tersebut kaya akan kandungan omega 3 dan protein yang tinggi. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa jumlah omega 3 dari ikan nila mencapai 16,2% atau lebih tinggi 2,5% dari ayam. Kandungan omega-3 dalam nila memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan tubuh manusia, mendorong perkembangan sel otak, dan regulasi lemak. Daging ikan nila juga memiliki kandungan protein sebesar 15,63% di mana protein berfungsi untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan otot serta menjaga kesehatan manusia. Mengkonsumsi ikan di tengah pandemik korona bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tidak hanya kandungannya, ikan nila juga memiliki banyak kelebihan, seperti mudah dibudidayakan, pertumbuhan yang relatif cepat dan tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Karena itulah kegiatan budidaya ikan nila terus dikembangkan hingga sekarang, termasuk aktivitas pembenihannya.

Salah satu aspek pembenihan ikan adalah pemeliharaan benih setelah penetasan telur. Tujuan dari pemeliharaan tersebut adalah untuk menjaga agar benih tidak mengalami kematian dan dapat terus tumbuh hingga ukuran konsumsi. Ketersediaan benih sangatlah penting untuk keberlangsungan siklus akuakultur atau budidaya ikan terus berlanjut. PBIAT (Perbenihan dan Budiaya Ikan Air Tawar) Janti merupakan balai budidaya milik pemerintah yang berpengalaman dalam aktivitas produksi ikan nila, baik pembesaran maupun pembenihan. Kantor Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan bahwa PBIAT Janti pusat pengembangan nila larasati di Indonesia sehingga terkenal akan keahliannya dalam pemeliharaan bibit ikan nila larasati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja teknik pemeliharaan benih ikan nila di PBIAT Janti melalui parameter kelulushidupan (survival rate) dari benih ikan nila. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai teknik pemeliharaan benih ikan nila sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam kegiatan pembenihan nila di tempat lain.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 76.000 bibit ikan nila larasati yang dipelihara di PBIAT Janti, Jawa Tengahdengan ukuran 2-7 cm. Bibit berasal dari induk pandu nila dan kunti nila dengan perbandingan 1: 3 selama 15-18 hari. Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif didukung oleh pengumpulan data primer (wawancara, observasi dan partisipasi aktif) dan sekunder (diperoleh secara tidak langsung). Parameter suksesnya teknik pemeliharaan benih nila ditentukan dari nilai survival rate-nya. Nilai survival rate dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Total ikan pada awal penelitian dikurangi total ikan yang mati selama penelitian dibagi dengan total ikan pada awal penelitian dan hasilnya dikali 100%.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat kelulus hidupan benih ikan pada kegiatan pemeliharaan ikan nila larasati di PBIAT Janti mencapai 89%, bahkan lebih tinggi dari penelitian sebelumnya Dengan nilai 75-88,3%. Hal ini dikarenakan proses persiapan kolam dan antisipasi penyakit telah dilakukan dengan menambahkan kapur dolomit. Kapur berfungsi sebagai desinfektan untuk mencegah penyakit berbahaya yang menyebabkan ikan mati. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan kapur dolomit dapat meningkatkan pH dan nutrisi tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh benih nila untuk mempertahankan metabolisme mereka. Pengapuran juga berfungsi untuk menetralkan keasaman di kolam dan meningkatkan ketersediaan karbon untuk fotosintesis plankton yang digunakan sebagai pakan alami.

Tidak hanya pengapuran, pengeringan kolam yang dilakukan di PBIAT Janti juga mendukung tingkat kelangsungan hidup bibit ikan nila yang tinggi. Pengeringan kolam di PBIAT Janti membutuhkan waktu 3-4 hari dengan menggunakan sinar matahari. Proses ini lebih lama dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kolam pengeringan membutuhkan 2-3 hari untuk membunuh hama dan penyakit di kolam. Tujuan pengeringan kolam adalah untuk mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam tanah menjadi mineral atau nutrisi dan untuk menguapkan racun yang berasal dari sisa-sisa pakan dan feses.

Pakan buatan yang diberikan untuk fingerling tilapia larasati adalah pelet jenis hi-pro-vite 782. Pelet diberikan dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 16.00. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa pemberian pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari untuk mempercepat proses pertumbuhan benih. Dosis pakan yang diberikan adalah 2-3% dari berat biomasa dan hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa jenis pakan yang diberikan untuk benih ikan nila adalah pelet apung dengan dosis 3% dari berat ikan. Pelet digiling agar menjadi bubuk sehingga memudahkan larva untuk mengkonsumsinya karena sesuai dengan bukaan mulut. Pelet yang telah menjadi bubuk kemudian dicampur dengan pakan udang dengan perbandingan pakan udang dengan pelet adalah 1: 2. Penambahan pakan udang dikarenakan pakan udang mengandung banyak protein. Selain itu, pakan udang juga kaya akan sumber karotenoid alami sehingga dapat meningkatkan intensitas warna tubuh ikan. Intensitas warna pada tubuh ikan berfungsi untuk menarik perhatian lawan jenis pada saat pemijahan dan sebagai nilai jual ikan kepada konsumen.

Kontrol kualitas air yang baik juga meningkatkan tingkat kelulus hidupan ikan nila sehingga ikan tidak mudah stres dan terserang penyakit. Kisaran suhu optimal untuk budidaya ikan nila adalah 25-30˚C. Pernyataan ini sesuai dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan suhu 25-32°C. Selain suhu, pH dan oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) juga mempengaruhi kualitas air. Pengukuran pH menghasilkan kolam pembesaran benih ikan nila larasati adalah 7. Pengukuran pH ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa nilai pH untuk media air ikan air tawar media adalah 6.8-8.0. Hasil DO yang diperoleh dari pemeliharaan kolam nila larasati adalah 5,5-7,2 ppm atau sesuai dengan standar hidup ikan nila dengan nilai DO minimal 4 ppm.

Penulis: Muhammad Browijoyo Santanumurti, S.Pi., M.Sc.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012013/pdf

Prasetya, R. V., Sutarno, and Santanumurti, M. B. (2020, March). The larasati tilapia (Oreochromis niloticus) fingerling rearing activity in PBIAT Janti, Klaten, Central Java: its performance through survival rate. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 441, p. 012013). IOP Publishing. IOP Publishing.; https://doi.org/10.1088/1755-1315/441/1/012013

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).