Potensi Kapsul Cangkang Keras Berbasis Rumput Laut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh merdeka.com

Kelompok studi pengembangan Drug Delivery System dari Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga berhasil mengembangkan kapsul cangkang keras berbasis rumput laut Eucheuma cottonii. Kapsul cangkang keras ini diharapkan mampu menjadi alternatif dari kapsul cangkang keras konvensional yang didapat dari ekstrak hewan yang ditakutkan tidak dapat dikonsumsi secara universal.Selain itu, penyakit sapi gila memicu ketegangan sosial terhadap penggunaan gelatin pada produk-produk farmasetika. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif kapsul cangkang keras sebagai pengganti kapsul konvensional yang ada.

Kapsul cangkang keras berbasis karaginan (CRG) berhasil diproduksi dengan melakukan cross-linking antara CRG dan maltodekstrin (MD) dan memplastisasi campuran tersebut dengan sorbitol (SOR). Proses produksi pertama-tama dilakukan denganmengekstrak rumput laut merah (Eucheuma cottonii) menjadi bubuk olahan, dicampur dengan agen crosslinker maltodekstrin. Pembentukan crosslinking ini berguna untuk memperkuat karakteristik pembentukan film dari karaginan itu sendiri. Selain itu, substitusi maltodekstrin berguna untuk menurunkan harga produksi dari karaginan. Kemudian, air yang mengandung sorbitol ditambahkan ke dalam kedua campuran bubuk hingga membentuk cairan gel untuk kemudian dipanaskan pada suhu 70oC selama kurang lebih 3 jam. Pemanasan ini berguna agar dibentuk cairan kental yang lebih merata (homogen). Setelah larutan terlihat tampak merata, pencetakan dilakukan dengan menuangkan larutan ke dalam wadah yang terbuat dari stainless steel dan dilanjutkan dengan pencelupan pencetak berbentuk kapsul ke dalam wadah tersebut. Terakhir, kapsul yang tercetak basah dikeringkan dalam suhu ruang selama kurang lebih 6 jam.

Tidak mudah mengembangkan kapsul-kapsul tersebut karena pada dasarnya, rumput laut lebih banyak digunakan dalam bidang industri makanan dan kosmetik sehingga tim harus menggabungkan konsep pembuatan makanan dan konsep pembuatan sediaan obat. Hal tersebut dilakukan agar didapatkan kapsul yang aman untuk dikonsumsi dan juga aman untuk digunakan sebagai suatu sediaan obat.

Karakterisasi kapsul dilakukan secara mekanis maupun kimia. Secara mekanis, kapsul tersebut dilihat dari tingkat kekerasan dan elastisitasnya. Karakterisasi lainnya yang dilakukan pada kapsul CRG-MD/SOR ini dilakukan melalui analisis derajat swelling, FTIR dan SEM. Profil disintegrasi dan disolusi release parasetamol dari kapsul cangkang keras CRG-MD/SOR dilakukan di dalam tiga medium dengan nilai pH yang berbeda berguna untuk mengetahui kualitas kapsul sebagai penghantar obat.

Derajat swelling dari kapsul CRG-MD/SOR didapatkan sebesar 529,23 ± 128,10%. Kemudian, pita utama yang terbentuk pada spektrum FTIR kapsul tersebut terdapat pada bilangan gelombang 1248, 930, 847, dan 805 cm−1yang menunjukkan gugus ester sulfat, 3,6-anhidrogalaktosa, galaktosa-4-sulfat, dan 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat secara berturut-turut. Analisis SEM menunjukkan pori-pori yang tidak kasat mata bahkan hingga perbesaran 5000 kali pada permukaan film CRG dan CRG-MD/SOR. Kapsul CRG-MD/SOR membutuhkan 18,47 ± 0.11 menituntukmengalamidisintegrasi. Disolusi CRG-MD/SOR optimal pada keadaan asam lemah (pH 4,5) dibandingkan pada asam kuat (pH 1,2) danmendekati netral (pH 6,8). Berdasarkan hasil yang didapatkan tersebut, kapsul CRG-MD/SOR memiliki potensial sebagai pengganti kapsul cangkang keras konvensional sehingga perlu untuk dilanjutkan ke tahap komersialisasi.

Penulis: Prof. PratiwiPudjiastuti, M,Si

Link terkait tulisan di atas:

https://www.researchgate.net/publication/339892738_Characterization_Disintegration_and_Dissolution_Analyses_of_Carrageenan-Based_Hard-Shell_Capsules_Cross-Linked_with_Maltodextrin_as_a_Potential_Alternative_Drug_Delivery_System

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).