Gangguan Gizi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Biru dan Tidak Biru, Seberapa Parahkah ?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh cnnindonesia.com

Gangguan  gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) tidak biru ataupun biru  sering terjadi yang dapat disebabkan oleh penyakit jantungnya sendiri atau karena asupan zat gizi yang kurang. Kesulitan makan, kebutuhan kalori yang meningkat, gangguan penyerapan sari makanan dalam usus, sering dijumpai pada anak dengan PJB. Gangguan gizi pada anak dengan PJB membawa akibat sering sakit karena daya tahan tubuh yang turun dan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi jantung di kemudian hari. Permasalahan yang menjadi pertanyaan adalah seberapa parahkah gangguan gizi pada anak yang menderita penyakit jantung bawaan?

Penelitian ini dilakukan pada anak dengan PJB biru dan tidak biru usia 3 bulan sampai 5 tahun yang dilakukan di Poliklinik Jantung Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya. Terhadap anak – anak tersebut dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, ketebalan lipatan kulit, dan lingkar lengan atas. Penentuan keparahan gangguan gizi ditentukan dengan mencocokkan data – data tersebut dengan tabel standar penentuan status gizi pada anak sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya. Penelitian melibatkan 66 anak dengan PJB, terdiri dari PJB biru 26 anak dan PJB tidak biru 40 anak dengan rata – rata umur sekitar 28 bulan. Penyakit jantung bawaan biru yang terbanyak didapatkan adalah Tetralogy of Fallot (lubang sekat antara bilik jantung, nadi besar (aorta) yang bergeser ke kanan, dan penyempitan saluran darah yang ke paru – paru). PJB tidak biru yang terbanyak didapatkan adalah Defek Septum Ventrikel (lubang sekat antara bilik jantung). 

Anak dengan PJB biru yang mengalami gangguan gizi buruk sebanyak 11/26(42,3%) dan gangguan gizi kurang 9/26(34,6%). Stunting berat 7/26(26,9%) dan stunting ringan 7/26(26,9%).  Lebih dari ¾ dari anak dengan PJB biru mengalami gangguan gizi buruk maupun gizi kurang dan lebih dari ½ nya mengalami stunting. Pada anak dengan PJB tidak biru yang mengalami gangguan gizi buruk sebanyak 17/40(42,5%) dan gangguan gizi kurang 10/40(25%), stunting berat 14/40(35%), stunting ringan 7/40(17,5). Lebih dari 2/3 anak dengan PJB tidak biru mengalami gangguan gizi buruk maupun gizi kurang dan lebih dari ½ nya mengalami stunting. 

Gangguan gizi terjadi pada kedua kelompok PJB dan angka kejadiannya tidak ada perbedaan bermakna. Gangguan gizi pada anak dengan PJB dapat disebabkan oleh penyakit jantungnya sendiri, dapat pula karena asupan gizi yang memang kurang. Pada masyarakat dengan status ekonomi bawah gangguan gizi tersebut dapat disebabkan oleh gabungan kedua faktor tersebut. Gangguan gizi karena PJB disebabkan kebutuhan energi meningkat, jantung bekerja lebih berat untuk memenuhi kebutuhan organ – organ tubuh. Keadaan gagal jantung, kurang darah (anemia) dan kekurangan oksigen yang berkepanjangan menyebabkan nafsu makan menurun, menyebabkan proses pengolahan zat nutrisi tidak efisien yang akhirnya menyebabkan gangguan gizi. Faktor lain yang menyebabkan gangguan gizi pada anak dengan PJB adalah ketidak cukupan kandungan gizi dalam makanan sehari – hari, kurangnya suplementasi makanan, dan adanya gangguan penyerapan sari makanan oleh usus, serta adanya infeksi saluran pernapasan yang berulang. 

Gangguan gizi pada anak dengan PJB berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan dan kematian (yang diketahui dari seringnya masuk rumah sakit, hasil operasi yang tidak bagus, dan gangguan pertumbuhan yang menetap), pertumbuhan yang buruk, keterlambatan perkembangan mental, prestasi di sekolah yang buruk dan kapasitas kecerdasan yang kurang.  Optimalisasi pemberian makanan yang lebih agresif dan  percepatan tindakan koreksi/operasi jantung adalah upaya yang  perlu dikerjakan bersama – sama dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah gangguan gizi pada anak dengan PJB (biru maupun tidak biru) cukup parah yang selama ini belum mendapat perhatian serius.  Masalah ini memerlukan perhatian yang lebih besar dari tenaga medis, ahli gizi anak, orang tua maupun aparat pemerintah serta semua pihak yang terkait untuk memberikan solusi terbaik disamping memikirkan solusi untuk PJB itu sendiri. Perbaikan gizi anak dengan PJB dapat mencegah/menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimal,dan memberikan angka keberhasilan  operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kwalitas fisik dan mental yang optimal dimasa yang akan datang.

Penulis : Dr.Mahrus Abdur Rahman,dr.,SpA(K).

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di : Rahman et al. Media Gizi Indonesia. 2020.15(1): 01–06 / https://doi.org/10.204736/mgi.v15i1.01–06

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).