Mengenal Profil Pasien Batu Saluran Kemih

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh media konsumen
Ilustrasi oleh media konsumen

Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis merupakan keadaan patologis yang sering dipermasalahkan dari segi kejadian (insidens), etiologi, patogenesis dan segi pengobatan. Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal pada zaman Babilonia dan zaman Mesir Kuno. Salah satu buktinya telah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit tersebut dapat menyerang di mana saja, termasuk Indonesia. Negara berkembang banyak ditemukan kasus penyakit batu buli-buli bahkan di negara maju lebih banyak kasus penyakit batu saluran kemih atas. Hal tersebut diakibatkan oleh pengaruh status gizi, aktivitas fisik, dan olahraga yang dilakukan oleh mayarakat.

Pembentukan batu saluran kemih diduga disebabkan oleh infeksi, obstruksi, dehidrasi, gangguan saluran kemih, kongenital, penyakit metabolik, dan keadaan yang belum terungkap (idiopatik). Salah satu penyakit terkait saluran kemih adalah batu saluran kemih. Di Indonesia, pasien BSK masih banyak, tetapi data lengkap mengenai profil pasien BSK masih belum banyak dilaporkan. Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang menderita batu ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk.

Batu saluran kemih merupakan penyakit nomor tiga terbesar di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna. Secara epidemiologis terdapat dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempermudah terbentuknya batu saluran kemih. Faktor intrinsik tersebut adalah keturunan (herediter), umur, dan jenis kelamin. Keturunan (herediter) yaitu penyakit ini bisa diturunkan dari orang tuanya dan bisa memiliki resiko terbesar untuk bisa terkena penyakit ini. Usia pasien sekitar 30-50 tahun merupakan pasien mayoritas terkena penyakit batu saluran kemih dan jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dari perempuan karena uretra laki-laki yang lebih panjang daripada perempuan. Faktor ekstrinsik adalah geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet, dan pekerjaan. Beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki kepulauan yang kandungan garam tinggi dan kapur tinggi.

Sistem perkemihan (sistem urinalisis) terdiri dari filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. Filtrasi merupakan proses penyaringan darah di glomerulus khususnya nefron sehingga zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dapat dibuang. Reabsorbsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan di dalam urin primer yang terjadi di Tubulus Kontortus Proksimal (TKP). Augmentasi merupakan proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di Tubulus Kontortus Distal (TKD). Urin bermula dari tubulus-tubulus ginjal selanjutnya ke ureter dan sampai ke kandung kemih. Jika kandung kemih telah terisi penuh, maka dinding kandung kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil (miksi) dan urin keluar melalui uretra. Komposisi urin terdiri dari air, garam, urea, dan sisa substansi lain, misal zat pigmen empedu bilirubin yang berfungsi memberi warna dan bau.

Sistem perkemihan mempelajari organ-organ ekskresi yang terdiri dua ginjal yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria, satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra yang merupakan urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Penelitian ini adalah dekriptif retrospektif yang dilakukan di SMF Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Data didapatkan dari rekam medis pada Bulan Januari 2016 – Desember 2016 yang didiagnosis batu saluran kemih, dengan jumlah 62 rekam medis. Usia, jenis kelamin, keluhan utama, jenis batu saluran kemih, lokasi batu saluran kemih dimasukkan sebagai variabel. Pada hasil penelitian ini, yaitu:perbandingan laki-laki dengan perempuan pasien BSK yaitu 33:29. Sedangkan, pasien BSK terbanyak adalah kelompok usia 46-60 tahun (52%); nyeri pinggang (79%); uric acid atau asam urat (48%); lokasi batu di ginjal (65%).

Batu Saluran Kemih sering dijumpai di Indonesia. Gejalanya bisa berupa nyeri pinggang atau bahkan sampai terjadi kolik. Selain itu, biasanya disertai anyang-anyangan, hematuria, demam. Bahkan, kebayakan dari kita tidak menyadari bahwa gejala seperti itu bisa mengarah ke batu saluran kemih. Faktor usia, jenis kelamin, keluhan utama, jenis batu saluran kemih, dan lokasi batu saluran kemih menjadi variabel yang bisa mendukung ke diagnosis batu saluran kemih. Selain  itu, perlu juga dilakukannya pemeriksaan penunjang agar mengetahui faal ginjal, lokasi batu, urinalisis, dan bisa dilakukan kultur urin jika ada tanda-tanda infeksi. 

Penulis: Reza Kurniawan, Tarmono Djojodimedjo, Anny Setijo Rahaju

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:http://juri.urologi.or.id/juri/article/view/506

Kurniawan, R., Djojodimedjo, T., Rahaju, S. 2020. Profile of Patients with Urinary Tract Stone at Urology Department of Soetomo General Hospital Surabaya in January 2016-December 2016. Indonesian Journal of Urology, 27(1). https://doi.org/10.32421/juri.v27i1.506

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).