Cerita Marsya Martia, Founder Kolom Bahagia yang Rintis Project Sekolah Angkasa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam fase kehidupan manusia. Bagi suatu negara, mutu sistem pendidikan turut berkontribusi dalam pembentukan kualitas generasi penerus bangsa. Berbagai program bernapaskan nilai-nilai edukasi pun lahir sebagai respons dan kepedulian masyarakat terhadap nasib pendidikan anak bangsa. Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Kolom Bahagia di Surabaya. Komunitas yang didirikan oleh mahasiswa Ilmu Politik UNAIR 2017 tersebut merintis project baru bertajuk Sekolah Angkasa.

Marsya Martia, founder atau pendiri Komunitas Kolom Bahagia menjelaskan bahwa Sekolah Angkasa merupakan program yang bertujuan untuk membentuk karakter dan pengembangan diri anak-anak sebagai tunas generasi emas pada masa mendatang. Nama Sekolah Angkasa dipilih dengan harapan anak-anak dapat meraih asa dan cita-cita setinggi mungkin. Sebagaimana tagline-nya yang berbunyi, “Sekolah Angkasa, Mearih Asa, Setinggi Angkasa.”

“Sebagai founder, aku pingin banget bikin project yang bertemakan pendidikan. Karena aku melihat masih banyak ketimpangan di bidang pendidikan. Walaupun surabaya termasuk kota maju, tapi kalau kita telusuri lebih jauh, masih banyak adik-adik yang tidak mendapatkan pendidikan yang berkualitas khususnya ke dalam bidang pendidikan yang membentuk pribadi adik-adik,” terang dia.

Marsya menambahkan inisiatif tersebut merujuk pada visi Indonesia Emas 2045. Sehingga dirinya berkeinginan untuk membuat program yang dapat mempersiapkan pribadi-pribadi unggul sejak dini. Anak-anak tersebut, lanjutnya, akan diajari menjadi pribadi yang berani menghadapi perubahan tanpa melupakan nilai-nilai kebermanfaatan di kehidupan sekitar.

Fokus pada Pendidikan Karakter

Berbeda dengan komunitas mengajar lain, Sekolah Angkasa lebih menekankan konsep fun learning yang berfokus pada pengembangan softskill dan hardskill. Sekolah Angkasa terbagi menjadi tiga sesi sekolah, yaitu Sekolah Kepemimpinan, Sekolah Lingkungan, dan Sekolah Toleransi. Tema-tema tersebut akan berganti setiap pertemuan Sekolah Angkasa.

Tema kepemimpinan dipilih sebab Marsya menilai penanaman karakter calon pemimpin harus dimulai sejak dini. Anak-anak diharapkan dapat tumbuh menjadi sosok yang berani dan mampu memimpin diri sendiri. Penanaman nilai kepemimpinan dalam Sekolah Angkasa diwujudkan melalui kegiatan pembuatan pohon cita-cita.

Selanjutnya adalah Sekolah Lingkungan. Sekolah Lingkungan dimaksudkan untuk mengenalkan anak-anak pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar. Mengingat hingga saat kesadaran menjaga kebersihan lingkungan belum sepenuhnya dilaksanakan oleh setiap individu. Tim relawan memberikan materi terkait sampah serta mengajak anak-anak membuat dan menghias tempat sampah organik dan anorganik.

Ketiga, adalah Sekolah Toleransi. Sekolah Toleransi mengajarkan anak-anak mengenai sikap tenggang rasa dan keberagaman. Hal itu bertujuan untuk membangun rasa menghargai satu sama lain dengan perbedaan suku, ras, agama, dan budaya yang ada di Indonesia. Pembelajaran dilakukan melalui penayangan video animasi bertema toleransi.

Tim Sekolah Angkasa berfoto bersama dengan anak-anak di Kawasan Surabaya. (Foto: Istimewa)

Impian Marsya dan kawan-kawan komunitas akhirnya berbuah manis. Pada 6-7 Maret 2020 lalu, Kolom Bahagia sukses menggelar Sekolah Angkasa untuk kali pertama. Bertempat di Taman Baca Masyarakat (TBM) RW 3 Gubeng Surabaya, Sekolah Angkasa turut menggandeng mahasiswa di luar UNAIR sebagai relawan pengajar, yakni dari Universitas Islam Negeri Surabaya dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Kegiatan Sekolah Angkasa bahkan mendapat respons yang sangat baik dari warga dan anak-anak yang terlibat. Marsya berharap seusai kegiatan pembelajaran, anak-anak yang mengikuti kegiatan Sekolah Angkasa dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami pun berharap bahwasanya dengan adanya komunitas kolom bahagia ini, ada peningkatan rasa simpati dan empati generasi muda terhadap kondisi masyarakat sekitar. Hal ini bisa menjadi acuan para generasi muda untuk turut membantu masyarakat secara nyata melalui ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan,” ungkap Marsya. (*)


Penulis: Zanna Afia

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).