Kabinet Baru FK 2020 Usung Visi Aktualisasi Program dan Fungsi Regulator

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

“Kami ingin mulai beradaptasi dan membentuk event yang lebih aktual mengikuti sistem kurikulum, tidak hanya untuk menjaga performa kepanitiaan di event, tapi juga performa akademik,”

UNAIR NEWS – Menjadi mahasiwa Fakultas Kedokteran (FK) bukanlah perkara yang mudah. Selain harus menempuh pendidikan yang tidak sebentar, mahasiswa FK dituntut untuk selalu menguasai segala aspek materi terkait kedokteran dengan sempurna. Hal tersebut yang seolah tersirat dalam bincang singkat dengan Januar Rizqi Kusuma Putra selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK UNAIR di Café Museum FK UNAIR.

Mengepalai Kabinet Metamorfosa bersama Rafid Rabbani, Januar menilai bahwa banyak tantangan berorganisasi yang harus dihadapi oleh BEM FK ke depan. Mengusung efektivitas, aktualisasi, dan fungsi regulator sebagai visi utama, tantangan pertama Kabinet Metamorfosa hadir melalui iklim akademik yang terbilang rumit.

“FK tiga tahun belakangan menggunakan sistem blok. Artinya, tiap bulan bahkan tiap tiga minggu kita selalu ada ujian. Hal tersebut yang selalu jadi penghalang dalam keorganisasian dan event. Makanya, kami mengusung visi efektivitas dan aktualisasi,” ungkap Januar pada sela-sela wawancara seusai rapat kerja bersama anggota kabinetnya.

Dalam BEM FK sendiri, ada tiga acara tahunan terbesar yang selalu diusung. Yakni, Medspin, Dekan Cup, serta Bakti Sosial Angkatan. Selain tiga acara tersebut, umumnya terdapat acara-acara minor lain yang dibawahi oleh departemen-departemen BEM FK. Januar mengungkapkan bahwa kabinetnya akan mulai menyusun strategi untuk memampatkan event-event serupa menjadi satu event yang lebih efektif.

“Kami ingin mulai beradaptasi dan membentuk event yang lebih aktual mengikuti sistem kurikulum, tidak hanya untuk menjaga performa kepanitiaan di event, tapi juga performa akademik,” kata Januar.

Visi besar lain yang ingin Kabinet Metamorfosa raih adalah fungsi regulator bagi mahasiswa FK UNAIR. Januar mengungkapkan bahwa Kabinet Metamorfosa tahun ini ingin mulai memfasilitasi bakat dan hobi mahasiswa, tidak hanya dalam bidang akademik, tapi juga bidang-bidang lain.

BEM FK sendiri memiliki Medspin atau olimpiade sains tingkat internasional yang setiap tahunnya mendatangkan peserta tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga lintas negara seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sementara pada aspek keolahragaan dan pengabdian masyarakat, BEM FK memiliki Dekan Cup dan Baksos Angkatan.

“Lebih jauh, jika ada yang suka menulis dan jurnalistik, ada pers Lingua yang siap untuk bekerja sama dengan media penerbitan. Jika suka penelitian, kita mulai bangun kerja sama penelitian dengan RSUD Dr. Soetomo, untuk magang dan lain sebagainya. Sementara dari segi pengmas, ormawa-ormawa kami banyak yang mengadakannya untuk pemberdayaan penduduk sekitar,” ungkapnya.

Agenda lain yang diusung oleh Januar dan Kabinet adalah peningkatan performa keorganisasian anggota BEM FK. Seperti yang diketahui, FK sendiri kebanyakan diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang memprioritaskan ‘akademis’. Januar bahkan menyebut bahwa mahasiswa FK yang mau terjun berorganisasi maupun mengurus BEM patut diberi apresiasi yang setinggi-tingginya.

“Makanya kami ingin menerapkan sistem reward yang real untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa FK di event-event non-akademik,” ungkapnya.

Januar menyebut bahwa mahasiswa kini adalah tipikal generasi Gen-Z yang aktual dan hanya melakukan apa yang mereka percaya. Sehingga mahasiswa FK saat ini terbilang tidak ‘mempan’ jika hanya diiming-imingi dengan SKP maupun softskill saja. Bagi anggota yang aktif dalam keorganisasi BEM sendiri akan mendapat privilege tertentu seperti magang, relasi dengan departemen, hingga hadiah free simposium.

“Anak FK hanya mempan dipancing dengan hal-hal keilmuan semacam itu,” ungkapnya sambil bergurau.

Pada akhir wawancara, Januar berharap bahwa Kabinet Metamorfosa bisa mengembalikan fungsi regulator yang beberapa tahun sempat menurun karena transisi iklim. Selain itu, aktualisasi program yang dibangun harapannya juga mampu memaksimalkan tujuan inti yang dibawa. Sementara pada tingkat fakultas, Januar hanya berharap agar muncul sinergitas dalam menyusun agenda program BEM.

“Selain masalah jadwal akademik, fakultas sebenarnya sangat mendukung kegiatan kami. Para dosen sendiri sadar, bahwa untuk membentuk dokter dan bidan yang baik yang dibutuhkan tidak hanya textbook, tapi juga pengalaman di masyarakat,” pungkasnya. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).