Perilaku Ibu pada Pertumbuhan – Perkembangan Gigi dan Rongga Mulut Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh detikhealth

Ibu khususnya adalah model utama untuk mengembangkan perilaku, selama tahun awal kehidupan anak akan mendapat rutinitas dan kebiasaan masa kecil, oleh karena itu, penting memulai kebiasaan kesehatan gigi dan  mulut yang baik. Kesadaran tentang kesehatan gigi memiliki dampak penting pada perilaku kesehatan gigi dan rongga mulut anak-anak mereka. Promosi untuk meningkatkan  kesehatan gigi yang efektif harus didasarkan pada pemahaman ibu tentang hal tersebut.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan anak Indonesia usia 12 tahun bebas karies (gigi berlubang) di tahun 2030 mendatang. Keputusan ini mendapat dukungan dari pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat. Langkah awal untuk mewujudkan Indonesia bebas karies tahun 2030 adalah dengan melakukan tindakan pencegahan gigi berlubang kepada anak. Orang tua seharusnya lebih memerhatikan kesehatan gigi dan gusi anak sejak bayi dan balita, jangan sampai terlambat. Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa hanya sedikit masyarakat yang memerhatikan kesehatan gigi mereka. Salah satunya adalah minimnya tingkat pendidikan, dan faktor ekonomi atau finansial dalam masyarakat, keterlambatan pasien memeriksa kondisi kesehatan gigi dan mulut mereka yang sudah parah adalah bukti minimnya sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kondisi yang parah bisa dicegah dengan memeriksakan gigi secara rutin paling tidak 6 bulan sekali. 

Ibu sebagai ujung tombak dan khususnya untuk kesehatan gigi anak untuk menuju pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rongga mulut pada anak, karena secara sosial ibu yang paling dekat dan mencegah tentang keluarga. Pembentukan gigi yang dimulai sejak tri mester pertama ibu hamil, tetapi pengetahuan tersebut belum tersosialisasi dengan maksimal bagi ibu hamil/ibu dengan usia produktif. Dengan meningkatkan pengetahuan ibu diharapkan ibu – ibu pada saat hamil sudah memikirkan gizi sehingga gigi anak lebih kuat. Pada masyarakat miskin informasi tersebut masih kurang tersosialisasi.

Program – program pemerintah tentang kesehatan melalui, misalnya: Puskesmas, Posyandu sudah sangat membantu tetapi hasilnya tidak maksimal. Pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Indonesia merupakan layanan kesehatan masyarakat yang sudah prima dimasyarakat. Sumber daya manusia yang menangani kesehatan khususnya kesehatan gigi anak sudah tersusun yaitu dokter gigi yang bertugas di Puskesmas untuk mengelola kesehatan gigi. Ada pula Kader kesehatan bisa menjadi sumber informasi yang siap mensosialisasi tentang kesehatan gigi anak. Tetapi hal tersebut belum dapat dijalankan secara tuntas.

Pada ketiga daerah miskin pada penelitian ini yaitu Desa Temoran, Kecamatan Omben,  Kabupaten Sampang, Desa Purworejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Biltar dan Kelurahan Sidotopo Lor, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Perilaku ibu terhadap gigi dan rongga mulut  kesehatan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu : predisposing factors, enabling factors dan Reinforcing. Predisposing faktor adalah  meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan kepercayaan,  Enabling Factors merupakan faktor disekitar ibu yang mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, antara lain : Gaji, Tingkat Sosial Ekonomi, sarana dan prasarana dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut (sikat dan pasta gigi, kondisi Sikat gigi), Reinforcing Factors : Faktorterkaitpelayanan Puskesmas terhadap kesehatan gigi dan mulut ibu dan balita dan  jarak rumah ke penyedia pelayanan kesehatan.  Pada penelitian perilaku ibu pada kesehatan gigi anak pada ketiga daerah penelitian tersebut diatas menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :  Masyarakat mengerti tentang cara menyikat gigi demi kesehatan anak,  tetapi merasa kurang memahami tentang kesehatan gigi ibu dan anak saat kehamilan,  Tumbuh kembang gigi anak pada masa kehamilan belum tersosialisasi dengan baik, Masyarakat mengerti tentang layanan kesehatan tetapi memerlukan informasi dan sosialisasi yang lebih efektif. Disarankan sosialisasi program kesehatan gigi anak untuk ibu hamil dan ibu balita yang berwawasan gender, bahkan diharapkan pengertian tentang tumbuh kembang gigi anak sudah dimulai sejak ibu hamil bahkan remaja.

Penulis: Satiti Kuntari, Udijanto Tedjosasongko, Seno Pradopo

Link terkait tulisan di atas: https://vc.bridgew.edu/jiws/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).