Pentingnya Medication Safety, Dosen Farmasi: Ayo Mulai Cerdas jadi Pasien!

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Elida Zairina, MPH, Ph.D., Apt saat mengisi seri diskusi Gedung C Sekretariat Bersama Pusat Studi FH UNAIR Kampus B pada tanggal 24 Januari 2020. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Seri diskusi yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum Kesehatan dan Pusat Studi Hukum HAM Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (UNAIR) memasuki hari terakhir pada Jum’at (24/1/2020). Elida Zairina, MPH, Ph.D., Apt selaku pemateri mengisi seri diskusi dengan memberikan materi yang bertajuk madication safety untuk masyarakat awam, yang disampaikan di Gedung C Sekretariat Bersama Pusat Studi FH UNAIR Kampus B.

Elida mengawali diskusi dengan memaparkan banyaknya kasus di masyarakat yang berkaitan dengan kesalahan penggunaan pada obat (medication eror) yang mana hal ini merupakan jenis medical eror yang sangat sering terjadi. Dengan banyaknya kasus medication eror ini dapat merugikan pasien, baik fisik maupun ekonomi.

“Setiap obat punya manfaat, namun juga mempunyai efek samping yang merugikan, tetapi hal ini dapat dicegah selama dalam penanganan tenaga kesehatan dan juga penggunaan obat sesuai dengan aturan pakai,” terang dosen Fakultas Farmasi UNAIR tersebut.

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya medication eror. Elida menyebutkan bahwa terdapat beberapa fase yang dapat menyebabkan terjadinya medication eror antara lain kesalahan peresepan (prescribing), kesalahan penerjemahan resep (transcribing), kesalahan menyiapkan dan meracik resep (dispensing), serta kesalahan penyerahan obat (administration).

“Hal yang harus dilakukan agar dapat meciptakan medication safety harus ada tim kolaborasi antara dokter, apoteker, dan perawat. Dokter pasti pengetahuan tentang obat tidak sebanyak apoteker. Sedangkan apoteker tidak bisa mendiagnosa tetapi hanya me-review obat tersebut cocok atau tidak untuk pasien. Kemudian perawat yang akan memberikan obat tersebut kepada pasien,” ujarnya.

Menurut Elida, tidak semuanya medication eror dapat menyalahkan tenaga medis. Karena pada saat ini obat bisa dibeli dimanapun tidak harus di apotek, sehingga sebagai seorang pasien harus bertindak sebagai pasien yang cerdas, dengan bertindak cerdas maka medication eror dapat diminimalkan.

“Sudah banyak dikampanyekan oleh BPOM bahwa paling tidak kita sebagai pasien mengetahui jenis obat apa yang akan kita beli dan logo yang tertera pada obat yang berwana hijau, biru, atau merah,” jelasnya.

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum membeli sebuah obat. Elida menyebutkan kurang lebih ada delapan hal yang harus diperhatikan yakni nama obat dan zat aktif, logo obat, nomor izin edar (NIE), batas kadaluwarsa, kemasan obat, nama dan alamat industri farmasi, indikasi, serta efek samping.

Diakhir diskusi, Elida menyampaikan tips untuk menjadi pasien yan cerdas untuk menghindari terjadinya medication eror.

“Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat cara untuk menjadi pasien yang cerdas dengan cara, dapatkan obat di tempat yang benar dan tepat, gunakan obat sesuai dosis, simpan obat di tempat yang aman, buang obat yang telah kadaluarsa dengan cara yang tepat,” tutupnya. (*)

Penulis: Febrian Tito Zakaria Muchtar

Editor: Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).