Manfaatkan Teknologi untuk Perawatan Maloklusi, Antarkan Prof. Ida Bagus Narmada menjadi Guru Besar UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Ida Bagus Narmada, drg., Sp.Ort(K)., saat menyampaikan orasi. (Foto: M. Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Maloklusi yang parah dapat menyebabkan kesulitan untuk menggerakkan rahang dan dapat menyebabkan gangguan fonetik, jika hal tersebut mengalami kecacatan atau kerusakan fungsional yang kemudian akan menghambat fungsi sehingga memerlukan perawatan. Secara psikis, maloklusi juga dapat mempengaruhi estetik dentofasial dan penampilan seseorang.

Dalam orasinya pada acara pengukuhan guru besar Universitas Airlangga (UNAIR) yang diselenggarakan pada Kamis (19/12/2019) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus C UNAIR Prof. Dr. Ida Bagus Narmada, drg., Sp.Ort(K) menguraikan risetnya mengenai perawatan maloklusi era milenial.

Menurut Prof. Ida Bagus, salah satu etiologi maloklusi adalah genetik atau herediter. Faktor inilah yang mengakibatkan maloklusi menjadi tumbuh dan berkembang yang dapat diturunkan. Seperti halnya di Indonesia yang memiliki keragaman suku dan ras sehingga variasi tumbuh-kembang individu tidak terbatas.

“Hal ini menyebabkan maloklusi akan selalu ada dalam masyarakat, sehingga harus terus beradaptasi dan berinovasi dalam melakukan perawatan untuk mengikuti perkembangan zaman,” ungkap Guru besar Bidang Ilmu Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi tersebut.

Dengan adanya fakta tersebut, Prof. Ida Bagus mengungkapkan di era milenial ini, terdapat pemeriksaan pendukung perawatan yang memiliki banyak jenis baru seperti Cone Beam Computed Tomography (CBCT) hingga 3D intra oral scanner, yang akan membantu menetukan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti saat ini. Adanya teknologi terbaru pada bidang ortodonti memungkinkan efisiensi dan akurasi dalam melakukan perawatan molaklusi.

Kemudian, banyak dari pasien di era milenial yang sedang melakukan perawatan maloklusi sering didapatkan kehilangan tulang marginal. Sehingga menurut Prof. Ida Bagus, ketika merencanakan terapi untuk masing-masing pasien harus mempertimbangkan jaringan periodontal.

“Sehingga, para peneliti memperkenalkan metode untuk mempercepat pergerakkan gigi ordonti. Percepatan gigi ordonti ini dapat memungkinkan dengan stimulus mekanoterapi, terapi bedah, serta menggunakan terapi farmakologis meupun herbal,” tuturnya.

Selain itu, perawatan maloklusi di era milenial dengan menggunakan Temporary Anchorage Device (TAD) yang berfungsi mempercepat perawatan. Menurut Prof. Ida Bagus, berbagai jenis peranti perekat cekat ortodonti juga mulai muncul untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanan pasien.

“Salah satu contohnya, perawatan dengan aligner, dengan mulai pencetakan model gigi dengan 3D Intra Oral Scanner dan 3D Printing, yang akan membantu mendapatkan hasil yang lebih detail dan akurat, lebih cepat dan lebih nyaman bagi pasien,” ujarnya.

Prof. Ida Bagus juga menyampaikan tentang profesi kesehatan jarak jauh (telehealth) yang mempelajari penerapan teknologi telekomunikasi dan informasi untuk praktik ortodonti dengan tele-orthodontic. Dengan adanya tele-orthodontic memiliki potensi untuk menjembatani akses, konsultasi spesialis, untuk melewati hambatan geografis untuk perawatan pasien didearah yang memiliki kesulitan dalam akses transportasi. (*)

Penulis: Febrian Tito Zakaria Muchtar

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).