Leukemia Megakarioblastik Akut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Leukemia megakarioblastik/megakariositik akut (AMegL) merupakan subtipe leukemia mieloid akut (AML) yang muncul dari megakariosit. Leukemia megakarioblastik akut adalah leukemia yang mengancam jiwa di mana megakarioblasganas berkembang biak secara tidak normal dan melukai berbagai jaringan.

AMegL pertama kali dijelaskan pada tahun 1931 oleh Von Boros, tetapi jarang dilaporkan pada tahun-tahun berikutnya karena kriteria diagnostik yang minimal. Data Kementerian Kesehatan RI (2018) menunjukkan prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4% dengan jumlah total penderita 347.792. AMegL memiliki distribusi usia bimodal dengan puncak pada anak-anak usia 1–3 tahun dan dewasa di usia 50-60 tahun. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker yang paling banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma.

Megakarioblas adalah sel prekursor paling muda yang membentuk trombosit. Bentuk yang lebih matang disebut promegakariosit dan pada akhirnya menjadi megakariosit yang akan melepaskan partikel yang tertutup membran yaitu trombosit ke dalam sirkulasi. Trombosit sangat penting untuk pembekuan darah yang normal. Megakarioblas ganas merupakan sel-sel yang berproliferasi dan merusak jaringan.

AMegL muncul dari megakarioblast primitif dan terdiri dari megakariosit pada tingkat pematangan yang berbeda. Leukemogenesis AMegL bersifat kompleks dan heterogen pada orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa, AMegL bisa de novo atau sekunder sebagai bentuk transformasi leukemia dari gangguan hematologi sebelumnya. AMegL sekunder sering dilaporkan dari transformasi leukemia mieloid kronik (CML), polisitemia vera (PV), trombositosis esensial (ET), atau mielofibrosis primer.

Leukemia megakarioblastik dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan patofiosiologi, usia, respons terhadap terapi dan prognosis. Kelompok tersebut adalah AMegL yang terjadi pada anak dengan Sindrom Down (DS-AMegL), AMegL yang terjadi pada anak tanpa Sindrom Down (non-DS-AMegL) dan AMegL pada orang dewasa non-DS (AMegL dewasa). Kelainan genetik yang ditemukan pada DS-AMegL terkait dengan trisomi 21 yang mengalami mutasi GATA1 dan mutasi somatik lainnya.

AMegL pada anak tanpa Sindrom Down disebut juga leukemia megakarioblastik pediatrik akut atau AMegL anak. AMegL terjadi hingga 500 kali lipat lebih banyak pada anak-anak sindrom Down daripada pada anak-anak tanpa sindrom Down.

DS AMegL sangat erat hubungannya dengan Transient Myeloproliferatif Disorder (TMD), salah satu kelainan hematologi pada bayi. Populasi klonal megakarioblas terakumulasi pada darah perifer pada kelainan ini. Mayoritas kasus TMD akan mengalami remisi spontan dalam 3 bulan walau tanpa terapi. Sekitar 20% kasus TMD akan berkembang menjadi Myelodysplasia Syndrome (MDS) dan atau AMegL.

Penyusunan ulang gen yang menghasilkan ‘chimeric oncogens’ teridentifikasi pada non-DS AMegL. Fusi gen yang ditemukan pada non-DS AmegL yakni CBFA2T3-GLIS2 (18.6%) KMT2A (17.4%), NUP98-KDM5A(11.6%) dan fusi RBM15-MKL1(10.5%).

Diagnosis AMegL atau AML M7 menurut kriteria French-American-British (FAB) cooperative group ditegakkan menggunakan aspirasi sumsum tulang yang menunjukkan adanya sel lini megakariosit > 30% dari seluruh sel. Mielofibrosis akibat peningkatan retikulin sering terjadi pada pasien AMegL, sehingga pengambilan sampel yang adekuat dari sumsum tulang sukar diperoleh.

Penghitungan jumlah blast bisa dilakukan bila didapatkan hasil biopsi sumsum tulang yang memadai. Kejadian fibrosis sumsum tulang pada kasus AMegL menyebabkan temuan sitologi tidak bermakna, sehingga pemeriksaan apusan darah tepi harus dilakukan. 

Keberadaan lini megakariosit dapat diketahui dengan jelas menggunakan teknik  imunologi (immunophenotyping) dari spesimen darah tepi atau sumsum tulang. Megakarioblas mengekspresikan glikoprotein platelet CD41 (glikoprotein IIb), CD42b (glikoprotein Ib) dan CD61 (glikoprotein IIIa). Ekspresi CD41 atau CD61 dari sitoplasma lebih spesifik dan sensitif daripada pengecatan permukaan sel.

Diagnosis banding AMegL meliputi AML diferensiasi minimal, AML-MRC(AML with myelodisplasia related change), APMF (acute panmyelosis with myelofibrosis), leukemia limfoblastik, leukemia eritroid, transformasi blastik CML (chronic myeloid leukemia) dan fase blastik dari keganasan myeloproliferatif (MPN, myeloproliferative neoplasm).

Regimen kemoterapi yang digunakan untuk semua jenis AMegL sama dengan yang digunakan untuk AML. Uji pengobatan fase 3 pada DS-AMegL menyebutkan bahwa angka kelangsungan hidup dalam 5 tahun adalah 79%, kelangsungan hidup bebas penyakit adalah 89%, sedangkan  tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah 84%.

Prognosis AMegL pada pasien dewasa yang diobati jauh di bawah bentuk AMegL lainnya. Waktu kelangsungan hidup rata-rata hanya 18 hingga 41 minggu dengan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun hanya 10-11 persen. Perbaikan besar dalam statistik ini kemungkinan akan membutuhkan pendekatan pengobatan baru yang diarahkan pada mekanisme yang mendasari penyakit ini.

Penulis: Yulia Nadar Indrasari, dr, SpPK

Informasi detail dari tinjauan pustaka ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/view/1503/pdf

Ana Murtasyidah dan Yulia Nadar Indrasari (2019). Acute Megakaryoblastic Leukemia. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory 25(3):364-371.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).