Divisi Metabolik Endokrinologi FK UNAIR Teliti Kadar Plasma Hemoglobin pada Diabetes Melitus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang angkanya terus meningkat di seluruh dunia, baik tingkat kesakitan hingga kematiannya. Hal ini mendorong dr. Soebagijo Adi, MD., Ph.D bersama Divisi Metabolik Endokrinologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga melakukan studi bertajuk “HbA1c and Plasma Transforming Growth Factor-Beta 1 in Type-2 Diabetes Mellitus Patie” yang juga dipublikasikan dalam jurnal Internasional New Armenian.

Ada dua penyebab kesakitan dan kematian yang ditemukan tinggi dari pasian DM yakni mikrovaskuler dan makrovaskular. Mikrovaskuler meliputi kerusakan sistem saraf, ginjal, mata, dan berhubungan dengan proses peradangan bertahun-tahun serta beberapa faktor pertumbuhan lainnya. Sementara makrovaskular meliputi komplikasi jantung, stroke, pembuluh darah yang mana kontrol kadar gula darah berperan penting dalam mencegahnya.

“Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c) adalah pemeriksaan standar yang digunakan di seluruh dunia sebagai alat diagnostik diabetes serta memantau kondisi kadar gula darah tinggi yang kronis. Tingkat HbA1c dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,” jelas Soebagijo. 

Faktor-faktor tersebut, ungkapnya lebih lanjut, di antaranya adalah faktor kondisi seperti anemia, tingkat usia, kehamilan, penyakit ginjal kronis, konsumsi alkohol berlebihan, perdarahan saluran cerna, penyakit hati dan infeksi HIV.

Dilakukan di Poliklinik Metabolik Endokrinologi dan Diabetes, Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya Indonesia, tujuan utama dari penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan antara kadar plasma HbA1c dan TGFβ-1 pada penderita  diabetes mellitus  tipe 2 (DMT2). Adapun subjek penelitian ini adalah 30 orang penderita DMT2 yang memenuhi kriteria, baik inklusi maupun eksklusi yang sudah ditetapkan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan komplikasi mikrovaskuler diabetik dikaitkan dengan proses peradangan menahun yang diperankan oleh TGFβ-1. Perkembangan mikrovaskuler diabetes dipengaruhi oleh kadar gula darah tinggi yang kronis. Gangguan metabolisme kadar gula darah dan nilai abnormalitas yang saling berhubungan satu sama lain dan menghasilkan peningkatan kadar TGFβ di bawah kondisi kadar gula berlebih yang menahun menjadi penyebab dari perkembangan ini.

“Kesimpulan dari penelitian ini, terdapat hubungan yang kuat antara kadar plasma HbA1c dan TGFβ-1 pada penderita DMT2. Ada kecenderungan peningkatan TGFβ-1 seiring dengan kadar plasma HbA1c yang tinggi pada penderita. Sehingga, kadar HbA1c meningkat perlu dianggap sebagai penanda meningkatnya plasma TGFβ-1,” pungkasnya menyimpulkan.

Penulis: Tsania Ysnaini Mawardi

Editor: Nuri Hermawan

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal berikut https://ysmu.am/website/documentation/files/38fce58d.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).