Sel Pertahanan Tubuh dalam Air Liur Cegah Gigi Berlubang Pada Balita

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Di Indonesia, angka gigi berlubang pada usia 3-5 tahun terus meningkat. Pada tahun 2001, anak usia 3-5 tahun di Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta adalah 81,2 persen. Di Surabaya, anak usia 6 bulan-3 tahun adalah 30,8 persen. Sedangkan angka kejadian gigi berlubang yang parah adalah 29,2 persen. Proses kejadiannya adalah hasil dari perubahan bertahap dan konsisten dalam keseimbangan proses pengerusakan  dan perbaikan enamel gigi yang secara langsung dipengaruhi oleh kuman S.mutans yang merupakan salah satu penyebab paling penting sebagai penyebab gigi berlubang.

Sistem pertahanan tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh manusia dari serangan kuman yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi, penuaan, alergi, gangguan berbagai organ dan penyakit lain seperti kanker dan auto defisiensi sindrom (AIDS). Peran sistem pertahanan tubuh menjadi semakin penting dalam memahami mekanisme pencegahan penyakit. Fungsi efektif sistem kekebalan tubuh adalah untuk segera membasmi kuman penyebab kerusakan pada bagian tubuh. Hal ini dilakukan oleh tindakan sistem yang saling interaktif, yaitu sistem pertahanan bawaan (sangat spesifik) cepat tetapi tidak spesifik dan system pertahanan yang didapat akibat adanya serangan dari kuman.

Kekebalan dalam rongga mulut adalah sistem yang membuat keseimbangan dengan mengendalikan berbagai macam kuman yang terkandung dalam rongga mulut yang selalu berubah. Berbagai pencegahan terjadinya gigi berlubang telah dilakukan, misalnya dengan menyikat gigi yang benar, memberikan fluor dengan aplikasi topikal, dan pembuatan vaksin yang belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko karies gigi dari aspek pertahanan tubuh yanga ada pada air liur dalam mencegah gigi berlubang

Sel pertahanan tubuh dalam saliva diambil dengan cara menyuruh anak balita untuk berkumur dengan 10 ml larutan garam fisiologis steril 1,5% selama 30 detik, kemudian dibuang ke dalam gelas steril. Prosedur ini diulang 4 kali. kemudian dilakukan sentrifugai pada 450g selama 15 menit, pada suhu 4oC. Setelah dicampur dengan 2 ml RPMI disaring secara berurutan dengan 20 dan 11 μm filter nilon dan hasilnya berupa suspensi sel yang kemudian dihitung menggunakan hemositometer.

Uji MTT adalah standar yang digunakan untuk mengukur sel yang hidup. Ini adalah tes kolorimetri yang mengukur proliferasi sel. Uji MTT didasarkan pada reduksi senyawa tetrazolium kuning, 3- (4,5-dimethy thiazol-2) -2,5-difenil tetrazolium bromida (MTT) oleh mitochondria succinic dehydrogenase. MTT memasuki sel dan memasuki mitokondria dan direduksi menjadi larutan kristal formazan (warna ungu tua). Sel-sel ini kemudian dilarutkan dengan pelarut organik, reagen formazane diukur menggunakan spektrofotometer.  Analisis ekspresi IFN-¡ ditentukan menggunakan flow cytometry.

Hasil penelitian pada kelompok anak yang tidak memiliki gigi berlubang menunjukkan bahwa ada peningkatan proliferasi sel limfosit pada inkubasi hingga 4 jam kemudian penurunan proliferasi limfosit pada inkubasi 6 jam. Sedangkan pada kelompok anak dengan gigi berlubang yang parah terjadi penurunan proliferasi sel limfosit dalam inkubasi 4 jam meningkat lagi setelah 6 jam inkubasi. Hasil penelitian pada kelompok anak yang tidak memiliki gigi berlubang menunjukkan bahwa ada peningkatan IFN-¡ pada inkubasi hingga 4 jam kemudian penurunan proliferasi limfosit pada inkubasi 6 jam, sedangkan pada kelompok anak dengan gigi berlubang yang parah terjadi peningkatan IFN-¡  sampai pada inkubasi 6 jam.

Karies gigi terjadi oleh pergeseran mikrobiologis dalam biofilm. Pergeseran flora biofilm yang disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk, faktor genetik, dan perubahan kekebalan jangka panjang dapat meningkatkan kuman Streptococcus mutans yang menghasilkan penurunan pH dan demineralisasi pada permukaan gigi. Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh manusia dari serangan kuman. Kekebalan tubuh  bawaan menyediakan jaringan sinyal untuk mengatur respon molekuler dan seluler terhadap infeksi, termasuk aktivitas antimikroba langsung dan segera. Respon kekebalan tubuh bawaan dapat menyebabkan respon molekuler dan seluler akibat infeksi. IFN-γ adalah sitokin proinflamasi yang dapat berperan sebagai imunitas seluler yang dikeluarkan dari sel imun bawaan dan adaptif karena efek sitokin seperti IL-12 dan IL-18.  IFN-γ pertama kali dideskripsikan untuk aktivitas antivirus  tetapi saat ini diketahui dapat melindungi terhadap infeksi mikroba dan tikus yang kekurangan reseptor IFN-γ dapat menyebabkan infeksi oleh mikroba. Peningkatan proliferasi sel limfosit dan Ekspresi IFN-γ hingga 6 jam dapat digunakan sebagai indikator penanda deteksi dini karies dini dini yang parah.

Penulis: Dr. Muhammad luthfi, drg., M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://medic.upm.edu.my/our_journal/malaysian_journal_of_medicine_and_health_sciences_mjmhs/mjmhs_vol15_supplement_3_august_2019-51211

Muhammad Luthfi, Aqsa Sjuhada Oki, Retno Indrawati, Nadhia S Latuamury (2019). Analysis of Lymphocyte Cell Proliferation and IFN-γ Expression In Saliva of Severe Early Childhood Caries and Caries-Free in Surabaya. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences Vol.15 Supp 3, Aug 2019 (eISSN 2636-9346)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).