Khasiat Ekstrak Propolis dari Jatim Sebagai Pengobatan Periodontitis Apikalis Kronis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Infeksi persisten yang terjadi setelah saluran akar gigi dibersihkan dan dibentuk adalah prnyebab utama dari kegagalan perawatan saluran akar. Bakteri Enterococcus faecalis adalah spesies yang paling umum ditemukan dalam kegagalan perawatan saluran akar. Prevalensi E. faecalis dalam perawatan ulang saluran akar adalah 89,9 persen.

Peradangan kronis di daerah ujung akar gigi (periapical) dikenal sebagai Periodontitis Apikal Kronis.  Jika periodontitis apikal kronis dapat dicegah, kegagalan perawatan saluran akar dapat dihindari.

Propolis adalah obat alami yang populer di banyak negara-negara Asia dan memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang luas, termasuk antibiotik, antijamur, antiinflamasi, dan efek antikanker. Asam caffeic phenethyl ester (CAPE) adalah komponen aktif (lebih dari 50 persen) terdapat didalam propolis. CAPE potensial untuk mencegah aktifitas NFkB (adalah protein compleks yang mengontrol transkripsi DNA, produksi sitokin and kehidupan sel). 

dan mengurangi ekspresi COX-2 (adalah enzyme dalam tubuh manusia yang dikode oleh gen  PTGS2). Tujuan untuk menganalisis ekstrak propolis Jawa Timur sebagai obat intracanal yang potensial pada periodontitis apikal kronis (lesi periapical) yang disebabkan oleh infeksi bakteri E. faecalis.

Penelitian ini menggunakan 30 tikus Wistar dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok I,

gigi sehat digunakan untuk kelompok kontrol negatif. Pada kelompok II, saluran akar gigi yang telah disiapkan, dan 10 ml cairan BHIB yang mengandung E. faecalis 106 CFU disuntikkan ke dalam saluran akar (untuk menimbulkan periodontitis apikalis kronis) dan ditambal dengan semen glass-ionomer (GIC). Kelompok III, setelah saluran akar disiapkan, kemudian disuntikkan E. faecalis 106 CFU dan diaplikasikan 10 μl propolis dan gigi ditambal dengan GIC. Memerlukan waktu 21 hari agar terjadi lesi periapikal.

Tikus-tikus tersebut kemudian dimatikan untuk dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengukur ekspresi RANKL dan NFATc1 yaitu ekspresi untuk menunjukkan bahwa pemberian ekstra propolis bisa menghambat terjadinya lesi periapikal oleh bakteri e.faecalis. Karena RANKL dan NFATc1 adalah protein pencegah osteoclastogenesis yang akan menyebabkan terjadi resorbsi tulang. Puncak ekspresi RANKL terjadi pada minggu ke 3 dan menurun pada minggu ke 4.

NFATc1 merupakan faktor penting pada deferensiasi osteoklas dan resorbsi tulang. Aktivasi dari NFATc1 akan memicu terbentuknya osteoklas aktif. Makin tinggi produksi aosteoklas aktif maka makin banyak terjadi resorbsi tulang.  Hasil penelitian ini: Rata-rata ekspresi RANKL dan NFATc1 pada kelompok III secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok I dan II (P <0,05).

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak propolis Jawa Timur merupakan obat potensial intrakanal melalui penelitian periodontitis apikal kronis yang diinduksi yang disebabkan oleh infeksi E. faecalis pada tikus Wistar. (*)

Penulis: Tamara Yuanita

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Tamara Yuanita, Sri Kunarti, Nanik Zubaidah

http://www.ijdr.in/article.asp?issn=0970-9290;year=2019;volume=30;issue=3;spage=342;epage=346;aulast=Yuanita

Tamara Yuanita, Sri Kunarti, Nanik Zubaidah (2019). East java extract propolis as potential intracanal medicament in experimentally induced chronic apical periodontitis. International Indian Journal of Dental Research, 30(3): 342-346; DOI: 10.4103/ijdr.IJDR_236_17 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).