Keterlibatan Kaum Pria Berfungsi Cegah Kanker Serviks pada Perempuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Pencegahan dini kanker serviks sangat dimungkinkan untuk dilakukan, karena awal dari penyakit kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang tidak ditangani denganserius. Upaya pencegahan kanker serviks bervariasi seperti meningkatkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker serviks dan deteksi dini seperti tes IVA atau Pap Smear dapat menekan insiden kanker serviks.

Menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2015, kanker serviks menempati posisi tertinggi di Indonesia tahun 2013 yaitu sebesar 0,8% dengan estimasi jumlah penderita kanker serviks sebesar 98.692 wanita. Provinsi Jawa Timur menempati posisi tertinggi ketiga di Indonesia dengan jumlah kanker serviks yaitu sebesar 21.313 penduduk.

Di Indonesia, pemerintah menerapkan upaya pencegahan dengan deteksi dini tes IVA dan Pap Smear. Upaya yang sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk wanita yang sudah menikah adalah dengan memberikan penyuluhan tentang kanker serviks dan mempermudah fasilitas untuk pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Terdapat berbagai faktor yang menghambat pemeriksaan deteksi dini kanker serviks pada wanita seperti rasa malu dan takut, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, pengalaman dan motivasi, serta dukungan sosial khususnya suami sebagai orang terdekat wanita dalam berperilaku sehat dan peran suami sebagai pengambil keputusan dalam keluarga.

Perilaku sehat seorang wanita dapat muncul ketika mendapatkan dukungan dari orang terdekat, salah satunya adalah dukungan suami. Dukungan suami menjadi penentu karena akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan pencegahan termasuk deteksi dini kanker serviks. Dukungan suami menjadi faktor dominan dalam upaya pencegahan kanker serviks namun beberapa dari ibu-ibu yang mendapat dukungan dari suami tidak melakukan upaya tersebut. Penting  untuk mendapatkan gambaran perilaku dukungan  suami sebagai pasangan hidup  terhadap  pencegahan  kanker serviks untuk menguatkan motivasi istri untuk melakukan upaya pencegahan.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian  687 pria pasangan usia subur di Kelurahan Kauman Nganjuk. Responden penelitian 102 pria selaku  suami yang dipilih  dengan teknik  cluster sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan  Juli 2017 di Kelurahan Kauman Nganjuk. Alat ukur variabel penelitian berupa kuesioner  yang terdiri  dari sikap, norma subjektif, persepsi kontrol, intensi dan perilaku dengan  skala likert.

Niat suami dalam memberikan dukungan pencegahan kanker serviks pada istrinya berhubungan dengan sikap dan kontrol persepsi namun tidak ada hubungan dengan  norma  subjektif. Sikap suami lebih mengarah pada perasaan suami untuk mendukung atau tidak mendukung perilaku pencegahan kanker serviks serta keyakinan suami untuk memenuhi harapan istri sebagai pasangan hidup yang dianggap penting.

Ada  hubungan bermakna antara intensi (niat) dengan perilaku dukungan suami dalam mencegah kanker serviks. Jika suami memiliki intensi yang tinggi, maka perilaku dukungan yang ditampilkan oleh suami dalam pencegahan kanker serviks juga semakin baik. Mayoritas suami dengan intensi tinggi menunjukkan keinginan serta dorongan  kuat untuk mendukung istrinya  dalam pencegahan kanker serviks.  Intensi yang kurang dapat menunjukan jika suami sebenarnya sudah memiliki keinginan untuk memberikan dukungan, namun dorongan yang kuat belum dimunculkan dari dirinya.

Keyakinan ini didukung pengalaman kaum pria selaku suami mendapatkan informasi langsung maupun tidak langsung. Intensi seseorang dikatakan tinggi karena kuatnya keyakinan individu untuk mencoba suatu perilaku. Sebagian besar menujukkan niat yang tinggi untuk mendukung pencegahan kanker serviks sehingga terwujud perilaku dukungan yang baik.

Niat umumnya sebanding dengan perilaku yang ditampilkan, meskipun ada juga yang niatnya sudah ada tetapi belum  bertindak  langsung. Adanya faktor tidak langsung lainnya  yang mempengaruhi perilaku yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol. Sumber daya yang dimiliki suami juga mempengaruhi dukungan suami kepada pasangannya dapat   berupa waktu, tenaga, material dan fasilitas yang disediakan. Pria dengan intensi tinggi sebagian besar   pada usia 36-45 tahun terkait  kematangan emosional yang lebih stabil. Namun perilaku dukungan baik  dari pria, rentang usia dominan adalah 26-35 tahun. Pada usia yang relatif muda, seseorang  lebih update karenamendapatkan informasi melalui  internet dan televisi.  

Pada  rentang usia yang lebih dewasa  kemungkinan kurang terpapar informasi tentang kanker serviks karena kesibukan sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Pendidikan yang dominan memiliki intensi tinggi dan perilaku baik adalah pada jenjang SMA. Jenjang pendidikan yang tinggi memungkinkan seseorang  mendapatkan akses informasi yang lebih mudah. Hendaknya program yang dikembangkan selanjutnya  yang dapat meningkatkan partisipasi  pria khususnya suami   dalam memberikan dukungan deteksi dini kanker serviks.

Penulis : Ni Ketut  Alit Armini

Informasi detail dari  artikel  ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.researchgate.net/publication/336063096_Theory_of_Planned_Behaviour_for_Cervical_Cancer_Prevention-View_of_Husband_Support

Ni Ketut Alit Armini, Tiyas Kusumaningrum. 2019. Theory of Planned Behaviour for Cervical Cancer Prevention-View of Husband Support. Indian Journal of Public Health Research and Development 10(8):2553.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).