FKH UNAIR Ikut Berperan Selamatkan Penyu di Pulai Lusi, Sidoarjo

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
FORCE Feeding penyu hijau dengan ikan pindang yang sudah dipotong kecil-kecil. (Foto: Dimar Herfano)

UNAIR NEWS ­– Masyarakat Pulau Lusi, Sidoarjo, menemukan seekor penyu pada Senin (0/11/2019). Sadar bahwa penyu merupakan hewan akuatik yang dilindungi di Indonesia, masyarakat lantas meminta bantuan kepada Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) untuk merawat penyu tersebut.

Penyu hijau tersebut ditemukan mengapung di pesisir saat warga setempat mencari kepiting pada sore hari pukul 15.00 WIB. Penyu yang berkelamin betina itu lantas dibawa oleh tim FKH UNAIR dan dirawat di Rumah Sakit Hewan FKH UNAIR.

Berdasarkan data yang dihimoun dari wwf.id, Indonesia menempati negara yang memiliki 6 dari 7 spesies penyu di dunia. Namun, populasi 6 spesies penyu laut tercantum sebagai yang rentan, terancam, atau sangat terancam menurut IUCN Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam Menurut IUCN, Red).

Penyu laut tersebut saat dibawa ke Rumah Sakit Hewan FKH kondisi kepala bagian atas terluka dekat Supra Orbital dexter, serta keempat flipper tepat di ujungnya berlubang seperti bekas pasung. Sebenarnya penyu tersebut sudah ditemukan tiga minggu yang lalu. Dua minggu tinggal di bak kamar mandi menggunakan air tawar, dan satu minggu di Pulau Lusi.

Dokter hewan yang menangani penyu tersebut adalah drh. Bilqisthi Ari Putra dan drh. Fajar Dany Prabayuda., M. Si. “Penanganan penyu ini waktunya tentatif, distabilkan terlebih dahulu penyu tersebut dengan ditaruh di kolam treatment berisi air laut,” ucap drh. Bilqis.

“Setelah stabil, penyu di ronsen menggunakan X-Ray. Tujuannya untuk mengetahui kerusakaan tulang kepalanya. Setelah keluar hasil, baru menentukan apakah perlu di operasi atau tidak,” tambahnya.

Sementara drh. Fajar menuturkan, untuk makanan penyu tersebut masih berupa ikan-ikan kecil, dan masih di force feeding (dipaksa makan, Red). “Untuk makanan aslinya di habitat rumput laut, ini dari kita sudah bawakan rumput laut dari Sidoarjo,” imbuhnya.

Terdapat dua kemungkinan kepala penyu tersebut pecah. Yang pertama adalah kepala penyu dipukul oleh benda tumpul. Yang kedua adalah penyu tersebut bertabrakan dengan baling-baling perahu.

Menurut drh. Fajar, penyu masih dimanfaatkan untuk upacara adat Bali serta dimanfaatkan konsumsi oleh warga lokal. “Saya sendiri tidak percaya kalau penyu tersebut ditemukan terapung di Pulau Lusi. Mungkin penyu tersebut terlalu berisik dengan penyu yang lainnya,” ujar drh. Fajar.

Pada Selasa (12/10/2019) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengunjungi RS FKH UNAIR guna memonitor perkembangan penyu tersebut. (*)

Penulis : R. Dimar Herfano Akbar

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).