Dosen FK UNAIR Tekankan Hand Hygiene Untuk Atasi Tinea Kapitis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Dosen Dermatology Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, Evy Ervianti dr.,SpKK(K),FAADVi baru-baru ini melakukan penelitian mengenai Tinea kapitis. Tinea kapitis adalah sebutan untuk penyakit jamur dari jenis dermatofit yang menginfeksi batang rambut dan kulit kepala, terutama pada area yang berkeringat dan lembab. 

Evy menuturkan Tinea kapitis kebanyakan mengenai anak-anak usia prapubertas. Pada anak-anak prapubertas belum diproduksi asam lemak bebas pada kulit kepala yang bermanfaat sebagai ‘fungistatik’ atau menghambat pertumbuhan jamur dermatofit, sehingga tinea kapitis banyak ditemukan pada usia prapubertas. 

“Perlu diketahui bahwa  penyakit ini telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan kasus tine kapitis di RSUD Dr. Sutomo pada 2014 – 2016 ditemukan 42 kasus baru dengan kelompok umur paling banyak antara 5 – 14 tahun. Tinea kapitis sangat mudah menyebar melalui perantara benda seperti sisir yang sudah terpajan oleh jamur dermatofit, atau bisa juga akibat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau dari hewan peliharaan seperti kucing.

Evy mengungkapkan tinea kapitis terbagi menjadi tiga jenis. Pertama adalah gray patch dengan ciri berupa warna keabu-abuan pada kulit kepala berupa sisik halus disertai kebotakan atau pitak setempat akibat rambut rontok terinfeksi oleh jamur dermatofit. Jenis kedua disebut ‘black dot’ dengan ciri berupa titik-titik hitam akibat rambut yang terpotong tepat pada bagian muara rambut tumbuh karena jamur dermatofit yang menginfeksi sampai ke dalam bagian batang rambut. Jenis ketiga disebut sebagai ‘kerion celsi’ adalah jenis infeksi yang paling beradang dan basah berupa tonjolan bernanah dan kerak kulit yang melingkar berwarna kuning disertai bau tidak sedap.

 “Tinea kapitis juga menyebabkan timbulnya pembesaran kelenjar getah bening di area leher bagian belakang dan demam yang ringan,” ujarnya.

Pengobatan tinea kapitis membutuhkan waktu lama. Waktu yang dibutuhkan dapat sekitar satu bulan. Hal itu dikarenakan rata-rata obat antijamur yang diberikan bersifat fungistatik atau mengahambat jamur tumbuh. 

Untuk itu, pencegahan tinea kapitis dapat dilakukan untuk mencegah risiko penularan dengan cara menerapkan budaya hand hygiene. Hand hygiene atau mencuci rambut secara teratur dan berkala dua hari sekali dengan menggunakan shampo yang mengandung antiseptik dapat dilakukan. Selain itu, tidak menggunakan barang-barang orang lain seperti sisir, topi, kerudung, handuk, baju dan menghindari hewan yang terinfeksi jamur.

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Nuri Hermawan

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8042

Siti Amira Venitarani, Samsriyaningsih Handayani, Evy Ervianti. 2019. Profile of patients with tinea capitis, Dermatology Reports 2019; volume 11(s1):8042

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).