Ketahui Bahaya Polutan Udara Dalam Ruangan Bagi Anak-Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Bahaya paparan benzene kini juga perlu diperhatikan oleh orang tua. Pasalnya, berdasarkan penelitian kolaboratif dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR Dr. Abdul Rohim Tualeka Drs., M.Kes., diketahui bahwa anak-anak yang berada di lingkungan indoor lebih rentan terpapar benzene. “Anak-anak banyak menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam ruangan seperti di pusat penitipan anak, preschool dan sekolah. Sehingga lebih berisiko terpapar polutan udara dalam ruangan,” ungkapnya. 

Abdul Rohim Tualeka mengungkapkan bahwa tingkat benzena tertinggi ditemukan di preschool dengan angka 143,0 μg/m3. Dengan kata lain, beberapa lingkungan preschool mungkin menjadi sumber paparan benzena yang signifikan. Dia menjelaskan, paparan benzena pada anak-anak akan berdampak bagi kesehatan, seperti leukemia; asma; dan kanker.

“Hal tersebut lantaran anak-anak masih dalam proses perkembangan. Tubuh dan paru-paru mereka menghirup lebih banyak udara,” paparnya. 

Lebih parah, paparan benzene pada bayi dan anak-anak antara 3,4 μg/mhingga 5,7 μg/m3 secara terus menerus akan berisiko menderita leukemia. Abdul Rohim Tualeka menyebutkan anak-anak yang terpapar benzena pada kadar ≥20 μg/m3 delapan kali lebih berisiko menderita asma. 

Meskipun begitu, tidak ada Nilai Ambang Batas (NAB) paparan yang diketahui untuk risiko paparan benzena. Selama 15 tahun terakhir, belum ada peraturan dan standar khusus untuk kualitas udara dalam ruangan. “Belum adanya pendekatan standar pengumpulan data, metode pengambilan sampel dan cara pelaporan data membuat kami kesulitan membandingkan temuan dengan penelitian lain,” kata dia. 

Menurutnya, beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat paparan benzene dalam ruangan. Di antaranya, meminimalisir aktivitas di dalam ruangan yang mungkin menghasilkan dan menggunakan benzena, seperti menggunakan bahan bangunan yang mengandung bensin. Selain itu, perlu ventilasi yang memadai di gedung-gedung terutama yang terletak di dekat lalu lintas padat atau sumber benzene lainnya. 

Pada akhir, Abdul Rohim Tualeka menyebutkan, polutan udara dalam ruangan harus mendapat perhatian yang lebih besar. Selain itu, dia juga menyarankan pengembangan sistem follow-up pada polusi kesehatan dan lingkungan di setiap negara untuk memantau dan mengidentifikasi sumber dan efek kesehatan dari polusi udara.

“Studi kualitas udara dalam ruangan yang terkait dengan polusi udara seperti benzena seringkali tidak mendapat perhatian. Padahal orang tua dan anak-anak rentan terhadap hal ini,” pungkas dia. (*)

Penulis : Erika Eight Novanty

Editor : Nuri Hermawan 

Reference : E. Syazween Junaidi, J. Jalaludin dan T. Abdul Rohim. (2019). A Review on the Exposure to Benzene among Children in Schools, Preschools and Daycare Centres. Asian Journal of Atmospheric Environment – Vol. 13, No. 3, pp.151-160. DOI: https://doi.org/10.5572/ajae.2019.13.3.151 

Link : http://asianjae.org/_common/do.php?a=full&b=12&bidx=1694&aidx=21027

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).