Ilmuan UNAIR Temukan Senyawa Baru Anti Kanker dari Tumbuhan Bintangor

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Ilmuan Universitas Airlangga tidak henti melahirkan banyak hasil riset yang bermanfaat. Kali ini Dr. Mulyadi Tanjung, MS., yang berhasil menemukan senyawa baru anti kanker dari tumbuhan bintangor. 

Menurutnya, bintangor merupakan tanaman endemik Indonesia. Bintangor, jelasnya, merupakan tumbuhan tinggi yang banyak tumbuh di wilayah Kalimantan, Batam, Bangka Belitung, Papua.

“Tanaman ini dikenal dengan nama yang berbeda pada setiap daerah. Beberapa daerah mengenal tanaman bintangor dengan nama mentangor, aci, betur,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa bintangor banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Sebagian masyarakat, imbuhnya, menggunakan bintangor sebagai obat kanker dan HiV.

“Bahkan salah satu jenis bintangor, yaitu Calophyllum tetrapterum terbukti mengandung senyawa yang aktif sebagai anti kanker.  Tanaman bintangor termasuk dalam genus besar Calophyllum dari keluarga Guttiferae,” tuturnya.  

Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa dalam penelitian ilmiah yang ia dan tim lakukan terhadap bintangor dari Kalimantan dari jenis Calophyllum tetrapterum, berhasil ditemukan senyawa aktif baru Calotetrapterin A, Calotetrapterin B dan Calotetrapterin C. Senyawa baru tersebut, sambungnya, diujikan pada sel kanker leukimia (sel murin leukemia P 388) dan menunjukkan kekuatan yang sangat aktif. 

“Hasil penelitian memberikan prospek yang sangat bagus bagi dunia kesehatan dalam upaya penemuan obat anti kanker yang berbasis pada bahan alam yang lebih aman. Penemuan senyawa Calotetrapterin A-C ini telah dipublikasikan pada jurnal Natural Product Research Tahun 2019,” ujarnya. 

Pada akhir, ia juga mengatakan, bagian tanaman yang diteliti adalah kulit batang, bagian yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai ramuan obat tradisonal. Kulit batang dipeoleh dari daerah sungai Mendawak, Kalimantan Timur. Selain itu, jelasnya, bagian kulit batang merupakan bagian tanaman yang banyak tersimpan metabolit sekunder daripada bagian lain.

“Pada penelitian selanjutnya akan difokuskan pada eksplorasi Calophyllum lainnya dari berbagai wilayah Indonesia, sehingga dapat dipetakan jenis-jenis Calophyllum Indonesia yang dapat dijadikan sebagai sumber obat kanker,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Khefti Al Mawalia

Referensi:

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14786419.2019.1634714

Mulyadi Tanjung, Tjitjik Srie Tjahjandarie, Ratih Dewi Saputri, Baharrani Dwi Kurnia, Muhammad Faisal Rachman & Yana Maolana Syah, 2019, Calotetrapterins A-C, three new pyranoxanthones and their cytotoxicity from the stem bark of Calophyllum tetrapterum Miq, Natural Product Research.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).