Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Data badan kesehatan dunia (WHO) menunjukkan pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, pada tahun 2002 PPOK menempati urutan ke-5 sebagai penyebab utama kematian di dunia dan diperkirakan tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian ke-3 di seluruh dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Dalam penatalaksanaan penderita PPOK, disamping pemberian terapi secara farmakologis dan penghentian merokok juga diperlukan terapi non-farmakologis yakni rehabilitasi paru. Tujuan utama rehabilitasi paru adalah untuk mengurangi keluhan, meningkatkan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari, memperbaiki emosi, dan meningkatkan kualitas hidup. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, program rehabilitasi paru harus mencakup perhatian terhadap masalah-masalah non pulmoner yang tidak dapat diterapi secara adekuat dengan terapi biasa.
Terapi Yoga sebagai Rehabilitasi Paru
Rehabilitasi paru merupakan intervensi yang komprehensif yang meliputi olahraga, pendidikan, dan modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan kondisi fisik dan psikologis pasien dengan PPOK. Beberapa jenis latihan olah raga sebagai bagian dari rehabilitasi paru bertujuan untuk mengurangi sesak dan kelelahan, serta meningkatkan kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan dan kemampuan pada individu dengan PPOK. Penelitian telah menunjukkan bahwa berbagai latihan seperti latihan ekstremitas atas, Tai Chi dan yoga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.
Yoga telah dimasukkan sebagai komponen latihan yang dianjurkan untuk program rehabilitasi paru dan sebagai tambahan pengobatan terapi fisik pada program rehabilitasi dan terbukti meningkatkan koordinasi pikiran dan tubuh. Yoga merupakan olah raga ‘low impact’ yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan para praktisinya sehingga sesuai bagi siapapun termasuk para penderita PPOK melalui asana (postur yoga) dan pranayama (teknik pernapasan). Studi jangka pendek pada praktek yoga telah melaporkan adanya peningkatan parameter fungsi paru, peningkatan kapasitas difusi, menurunkan angka stres akibat sesak dan meningkatkan kualitas hidup. Yoga memberikan efek menguntungkan pada berbagai cabang kesehatan termasuk muskuloskeletal, kardiopulmoner melalui latihan asana dan pranayama serta kesehatan mental, yang dikenal untuk meningkatkan koordinasi tubuh dan pikiran. Yoga secara lanjut digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), namun belum ada penelitian yang menilai pengaruh yoga terhadap pasien PPOK di Indonesia.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain penelitian Randomized controlled trial pre- and post-test control group design. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mengikuti yoga selama 1 jam, 2 kali seminggu selama 12 minggu dan kelompok kontrol yang tidak mengikuti yoga diberikan brosur rehabilitasi paru, menilai secara prospektif efek latihan yoga terhadap parameter fungsi paru (FEV1), 6-Minute Walk Distance (6-MWD) dan kualitas hidup menggunakan kuesioner SGRQ pada pasien PPOK Kelompok B.
Terdapat 33 pasien PPOK kelompok B yang masuk kriteria inklusi, dari jumlah tersebut 30 pasien menyelesaikan penelitian ini. Perbedaan antara pre-yoga dan post-yoga antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dievaluasi menggunakan analisis statistik. Hasil analisis statistik membuktikan terdapat peningkatan FEV1, 6-MWD dan kualitas hidup berdasarkan kuesioner SGRQ secara bermakna setelah dilakukan yoga selama 12 minggu (p < 0,05) dan adanya perubahan FEV1, 6-MWD dan kualitas hidup secara bermakna pada kelompok perlakuan (p < 0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol (p > 0,05).
Penelitian ini membuktikan bahwa yoga memiliki efek yang menguntungkan pada FEV1, 6-MWD dan kualitas hidup pada pasien PPOK Kelompok B. Oleh karena itu, yoga dapat digunakan sebagai pilihan untuk rehabilitasi paru pada pasien dengan PPOK kategori B. Latihan yoga meningkatkan kerja dari sistem tubuh, yaitu sistem saraf dan seluruh organ tubuh. Hal tersebut berpengaruh di aspek psikologis dan aspek spiritual. Latihan yoga merupakan proses penyatuan aspek dalam diri, yaitu fisik, psikologis dan spiritual. Proses penyatuan yang optimal dapat memudahkan seseorang mencapai kualitas hidup sesperti harapan. Kondisi tubuh yang sehat ditunjukkan dari meningkatnya kesejahteraan secara psikologis (meningkatkan kondisi psikologis yang positif seperti meningkatnya mood, bahagia, gembira serta menurunkan gejala psikologi negatif seperti stres, cemas, depresi). Program rehabilitasi paru dengan yoga ini harus diberikan secara terus menerus pada pasien dengan PPOK. Namun, rehabilitasi paru perlu dilakukan bersama dengan instruktur dalam jadwal latihan yang ditetapkan untuk mencapai gerakan yang tepat yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Penulis: Resti Yudhawati, dr., Sp.P(K) dan Mariani Rasjid Hs, dr., Sp.P
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://journals.viamedica.pl/advances_in_respiratory_medicine/article/view/ARM.2019.0047
Resti Yudhawati and Mariani Rasjid Hs (2019). Effect of yoga on FEV1, 6-minute walk distance
(6-MWD) and quality of life in patients with COPD group B. Advance in Respiratory Medicine, 87(5): 261–268