Dosen FKH UNAIR Teliti Penggunaan Isolat Lokal sebagai Seed Vaksin Rabies

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Penyakit rabiesmerupakan penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) yang belum dapat ditanggulangi hingga saat ini. Hal itu diduga karena seed vaksin rabies yang selama ini digunakan tidak sesuai dengan sirkulasi virus rabies di Indonesia. Kondisi tersebut mengakibatkanantibodi penetralisir virus tidak terbentuk dengan sempurna.Berbagai penelitian molekuler tentang virus rabies (RABV) di Indonesia rupanya belum mampu memberikan informasi yang jelas tentang karakteristik molekul isolat RABV sebelumnya di Indonesia.

Dr. Jola Rahmahani M.Kes., drh., dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga melakukan penelitian  untuk mengetahui karakteristik sirkulasi RABV guna menentukan metode yang tepat untuk mengendalikan penyebaran RABV di Indonesia.

Jolamenjelaskan, sampel yamg digunakan berupa otak dari anjing yang terinfeksi virus rabies dari Sumatera (Balai Penelitian dan Penyidikan Veteriner Regional II Bukittinggi-Sumatera), Kalimantan (Balai Penelitian dan Penyidikan Veteriner Regional V Banjarbaru-Kalimantan), Sulawesi (Balai Besar Veteriner Maros-Sulawesi), dan Bali (Balai Besar Veteriner Denpasar).

“Sebanyak 12 sampel di isolasi dari keempat pulau tersebut. Masing-masing sampel dibuat suspensi dengan konsentrasi 10 persen,” sebutnya.

Dirinya lalu melakukan analisis homologi dan filogenetik dengan membandingkan sampel dengan virus rabies yang berada di negara Asia lainnya seperti Indonesia, Cina, Thailand, India, Korea dan virus seed vaksin (Pasteur). Analisis dari sampel dilakukan guna mengetahui kemungkinan adanya mutasi.

Hasil deteksi molekuler menunjukkan bahwa semua sampel yang diisolasi adalah Virus Rabies. Hasil analisis homologi antara sampel dengan virus rabies di Indonesia adalah 98-99%. Hal itu menunjukkan bahwa virus yang diisolasi tidak mengalami banyak perubahan dibandingkan virus rabies yang sudah diisolasi sebelumnya.

Homology score antara sampel dengan virus rabies dari Cina adalah 92-93 persen. Analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus rabies yang diisolasi di Indonesia dengan virus rabies yang diisolasi di Cina berbagi leluhur yang sama,” papar Jola.

Hal itu, lanjutnya, menyebabkan homology score antara isolat virus rabies di Indonesia dan virus rabies di Cina tinggi. Sementara itu homology score antara isolate virus rabies Indonesia dan virus Pasteur cukup rendah karena tidak berbagi leluhur yang sama.

“Perbedaan pada homology score diduga karena rapid mutation dan lack of proofreading pada replikasi virus RNA,” imbuhnya

Dari penelitian tersebut Jola menyimpulkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit rabies adalah penggunaan isolat lokal sebagai seed vaksin. Sebab antibodi yang dihasilkan isolat lokal mampu menetralisir infeksi virus rabies lebih optimal. (*)

Penulis: Zanna Afia Deswari

Editor: Nuri Hermawan

Referensi:

Rahmahani, Jola et al. 2019. Antigenic site of nucleoprotein gene from Indonesian rabies virus isolates. Veterinary World.  Vol 12(5): p. 724–728

Untuk mengakses informasi lengkap terkait dengan artikel ini dapat lihat di link https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6584851/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).