Peran Koneksi Politik Pada Kinerja Perusahaan Keluarga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Selama tiga dekade terakhir, perusahaan keluarga merupakan topik yang menarik perhatian para peneliti internasional. Claessens et al. (2000) menemukan bahwa 68 persen perusahaan di Indonesia merupakan perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga didefinisikan dengan posisi direktur atau komisaris yang dipegang oleh lebih dari satu anggota yang sama (ditandai dengan nama keluarga yang sama) dan dengan memiliki kepemilikan setidaknya 5% saham (Zhou et al., 2017). Mengacu pada peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, perusahaan publik di Indonesia wajib untuk mengungkapkan hubungan yang berafiliasi antara direktur dan komisaris perusahaan dalam laporan tahunan mereka.

Dalam dunia bisnis, Indonesia adalah negara dengan pengaruh politik yang tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Harymawan dan Nowland pada penelitiannya di tahun 2016. Sehingga muncullah istilah koneksi politik dalam dunia bisnis. Koneksi politik dapat diketahui melalui komisaris dan direktur perusahaan yang saat ini atau sebelumnya merupakan anggota parlemen, menteri, kepala negara, atau mereka yang memiliki hubungan dekat dengan politisi dan / atau partai (Faccio 2006). Selain itu, harus memenuhi kriteria PEP (politically exposed person) sesuai dengan penjelasan Bank Indonesia No. 12/3/ PBI/2010 pasal 11.

Perusahaan Keluarga dan Kinerja Perusahaan

Penelitian terdahulu telah meneliti hubungan perusahaan keluarga dan kinerja perusahaan. Namun terdapat perbedaan argumen atas hasil yang ditemukan. Jara Bertin dan Iturriaga (2014) menemukan bahwa kontrol yang lebih tinggi dari pemegang saham dominan (yaitu: anggota keluarga) menghasilkan pendapatan yang lebih rendah. Anderson dan Reeb (2003) menemukan bukti bahwa perusahaan keluarga berkinerja lebih baik daripada perusahaan non-keluarga, terutama ketika anggota keluarga bertindak sebagai CEO perusahaan. Sebaliknya beberapa peneliti menemukan hubungan negatif antara perusahaan keluarga dan kinerja perusahaan. Perusahaan keluarga berpotensi menghadapi beberapa masalah yang dapat mengurangi kinerja perusahaannya. Konflik internal keluarga dapat menyebabkan hubungan yang tidak harmonis dalam perusahaan dan hal ini sering berakhir dengan perpecahan. Selain itu, penerus atau generasi berikutnya cenderung menghilangkan nilai asli dari perusahaan tersebut.

Koneksi Politik dan Kinerja Perusahaan Keluarga

Fisman (2001) menyelidiki hubungan perusahaan yang terhubung secara politis di Indonesia dan reaksi pasar harga saham. Ia menemukan bahwa harga saham perusahaan – perusahaan yang memiliki koneksi politik di Indonesia turun secara signifikan ketika ada berita buruk tentang kesehatan Soeharto, harga saham naik secara signifikan.

Perusahaan dengan koneksi politik memiliki beberapa manfaat, diantaranya pajak yang lebih rendah, lisensi, biaya hutang yang lebih rendah, serta berbagai manfaat yang dapat mendukung kinerja perusahaan mereka. Harymawan dan Nowland (2016) mengungkapkan bahwa perusahaan yang terhubung di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan stabilitas politik dan efektivitas pemerintah. Berdasarkan beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan secara politis, diharapkan dengan adanya koneksi politik dapat membantu perusahaan yang terhubung untuk meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Secara khusus, perusahaan yang terhubung secara politis memberikan kualitas laba yang berbeda tergantung pada tingkat stabilitas politik dan efektivitas pemerintah. Hal ini menjadikan koneksi politik di Indonesia memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan bisnis. Timbul sebuah pertanyaan, bagaimana pengaruh perusahaan keluarga dengan koneksi politik terhadap kinerja perusahaan?.

Metode dan Hasil

Harymawan, Nasih, Madyan, dan Sucahyati melakukan riset di tahun 2019 yang berjudul Peran Koneksi Politik pada Kinerja Perusahaan Keluarga dengan melibatkan 933 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2014 – 2016. Riset ini menggunakan data yang diperoleh dari dua sumber. Set data pertama yaitu data keuangan, diperoleh dari database ORBIS. Sedangkan set data kedua yaitu data non-keuangan, diperoleh dari laporan tahunan, laporan keuangan, dan ringkasan kinerja perusahaan yang tersedia dari situs web BEI dan data ICMD (Direktori Pasar Modal Indonesia).

Hasil analisis telah mengungkapkan bukti bahwa perusahaan tanpa kepemilikan keluarga (perusahaan non-keluarga) memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan keluarga (perusahaan keluarga) di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki pengaruh politik yang signifikan dalam pengambilan keputusan bisnis, kinerja perusahaan keluarga meningkat secara signifikan ketika perusahaan-perusahaan tersebut terkait dengan koneksi politik. Sehingga membangun koneksi politik untuk perusahaan keluarga di Indonesia akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Penulis: Iman Harymawan, Ph.D.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.mdpi.com/2227-7072/7/4/55

Harymawan, I., Nasih, M., Madyan, M., & Sucahyati, D. (2019). The Role of Political Connections on Family Firms’ Performance: Evidence from Indonesia. International Journal of Financial Studies, 7(4), 55.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).