Wagub Jatim Tanggapi Relasi Praktik Politik-Teknologi dalam Pemerintahan dan Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Hadirnya teknologi dalam kehidupan manusia telah membawa banyak pengaruh dan perubahan pada berbagai aspek. Mulai aspek ekonomi, sosial-budaya, hingga politik. Meski diartikan sebagai dua hal yang berbeda, hubungan antara politik dan teknologi saat ini rupanya tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dikatakan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Emil E. Dardak, M. Sc. dalam Talkshow Airpol 4.0: Politik dan Teknologi, Nyambung atau Buntung, Sabtu (9/11/2019).

Emil menyebutkan, perkembangan teknologi informasi tak ubahnya dua sisi mata uang. Di mana terdapat sisi baik dan juga sisi buruk apabila tidak dimanfaatkan dengan benar.

“Dari sisi baiknya, sekarang informasi bisa lebih mudah diakses boleh siapapun. Ada informasi yang melalui proses editorial di media online, ada yang tidak melalui proses editorial. Informasi banyak, tapi kualitas dari informasi tidak terjamin, karena tidak ada proses editorial,” paparnya.

Hari ini, lanjut Emil, masyarakat tengah disuguhi fenomena overload of information. Banyaknya informasi yang beredar mengakibatkan munculnya berita-berita yang belum terjamin kebenaran dan kualitasnya. Ia menyayangkan masih ada oknum wartawan yang tidak memperhatikan keakuratan hasil wawancara dengan tulisan artikel yang diunggah.

“Di sisi lain, sebenarnya kalau masyarakat sudah kita asumsikan sudah kritis, cerdas, kita tidak perlu under estimate bahwa mereka sudah memiliki kemampuan editorial sendiri untuk memilah dan memilih informasi,” terang Emil.

Hingga saat ini istilah bad news is good news, good news is not interesting masih menjadi indikator bagi media mainstream mempublikasikan berita, terutama berita soal pemerintah. Bahkan masyarakat juga masih menaruh perhatian lebih pada berita atau isu miring di pemerintahan. Sebaliknya, lanjut Emil, berita-berita positif pemerintahan justru jarang direspons.

“Teknologi memperparah atau memperbaiki kondisi, itu yang menarik untuk kita diskusikan. Apakah adanya free access of information itu mempermudah atau mempersulit. Saya berharap masukan dari narasumber (pembicara talkshow, Red) untuk membangun ekosistem politik yang baik,” ujarnya.

Acara yang berlangsung di Aula Kahuripan Kantor Manajemen UNAIR tersebut juga mengundang Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa sebagai keynote speaker, namun berhalangan hadir. Selain Emil, hadir Direktur Indonesia Indikator Rustika Herlambang; tenaga ahli utama direktur program dan berita TVRI Riga Danniswara; serta pakar kemaritiman dan akademisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Prof. Daniel M. Rosyid, PhD, M.RINA sebagai pembicara. (*)

Penulis: Zanna Afia

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).