Dosen UNAIR Temukan Metode Pengolahan Air Limbah Laundry

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria R

UNAIR NEWS – Tak dapat dipungkiri, air limbah masih menjadi persoalan yang kerap terjadi di Indonesia. Khususnya di kota besar seperti Surabaya, pengelolaan air limbah baik dari rumah tangga maupun usaha laundry belum maaksimal. Padahal, kandungan fosfat penyusun detergent pada air limbah laundry sangat berbahaya bagi lingkungan.

Beberapa potensi dampak limbah laundry diantaranya adalah penyuburan badan air (eutrofikasi) yang ditandai d munculnya banyak tanaman air seperti eceng gondok maupun alga di sungai-sungai sekitar. Pertumbuhan tanaman yang tidak terkendali itu akan menimbulkan masalah baru seperti kematian ikan, bau tidak sedap, bahkan meningkatkan potensi banjir karena saluran air tersumbat. Sehingga diperlukan upaya pengolahan air limbah dengan mengurangi kandungan fosfat sebelum dibuang guna meminimalisir dampak negatif yang ada.

Dosen Fakultas Sains dan Teknologi, Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T., menemukan metode pengolahan limbah air laundry yang murah dan mudah dilakukan. “Salah satu alternatif pengolahan air limbah yang dapat diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode Constructed Wetlands,” papar dia. 

Metode itu, lanjut dia, memang sedikit asing ketika dikaitkan dengan pengolahan air limbah. Tetapi melalui penelitian yang telah dia lakukan, metode itu terbukti efisien. “Metode ini cukup mudah dilakukan, yaitu membuat pengolahan air limbah seperti membuat taman buatan dan memanfaatkan tanaman sebagai agen pengolah air limbah,” jelasnya.

Metode constructedwetlands memanfaatkan tanaman bambu air sebagai agen pengolah air limbah. Pennelitian itu dilakukan dengan menanam bambu air pada pot dengan media tanah kemudian disiram dengan air limbah laundry.

Secara berkala, air limbah laundry dikeluarkan dari saluran pada dasar pot yang sudah disiapkan. Air tersebut merupakan air limbah yang telah terolah. “Hasil analisis kandungan fosfat pada air yang telah diolah menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan fosfat menjadi kurang dari 0,5 mg/L atau efisiensi pengolahan mencapai lebih dari 95 persen,” ungkapnya.

Fosfat dimanfaatkan oleh bambu air dalam proses pertumbuhannya. Berdasarkan hasil penelitian, terlihatkonsentrasi kandungan unsur fosfor pada batang dan akar bambu air semakin tinggi. “Akumulasi unsur fosfor pada batang bambu air meningkat dari 38,81 mg/kg menjadi 44,73 mg/kg berat kering. Sedangkan pada akar bambu air meningkat dari 220,98 mg/kg menjadi 241,37 mg/kg berat kering,” kata dia.

Tidak hanya itu, peningkatan unsur fosfor juga terjadi pada tanah sebagai media tanam. Berdasarkan analisis selama penelitian,proses penyisihan yang terjadi, selain bersifat fisik (sedimentasi, Red) juga besifat kimia. Hal itu ditandai dengan adanya reaksi antara unsur yang terkandung di dalam media tanam dengan fosfat ataupun absorbsi oleh tanaman. Selain itu, hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengolahan air limbah laundry dengan metode constructed wetlands bambu air mampu digunakan sebagai alternatif pengolahan air limbah laundry guna menurunkan kandungan fosfat.

“Jika ditinjau dari segi ekonomi, pembuatan instalasi ini tidak membutuhkan biaya cukup besar. Selain itu, pengolahan air limbah menggunakan metode constructed wetlandsdengan bambu air memberikan manfaat ekologis dan keindahan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor:Nuri Hermawan

Reference : Febri Eko Wahyudianto, Nur Indradewi Oktavitri, Sucipto Hariyanto (2019). Kinetics of Phosporus Removal from Laundry Wastewater in Constructed Wetlands with Equisetum hymaleJournal of Ecological Engineering. 20(6): 60-65.

Link: http://www.jeeng.net/Kinetics-of-Phosporus-Removal-From-Laundry-Wastewater-in-Constructed-Wetlands-with,108919,0,2.html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).