UNAIR NEWS – Berawal dari tugas mata kuliah Dasar Media dalam Kesehatan Masyarakat 1, alumni prodi Kesehatan Masyarakat PSDKU UNAIR di Banyuwangi yang terdiri oleh Inriza Yuliandari, Chintya Devi, Apik Mila Sari, Dian Nindya, dan Saiful Azis Setyawan, ciptakan Gen Mutan ID.
Dijelaskan oleh Inriza Wulandari, saat ditemui UNAIR NEWS pada Senin (21/10), bahwa tujuan mata kuliah Dasar Media yaitu untuk membuat sebuah inovasi program mengenai suatu masalah seputar kesehatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah.
“Setelah kami riset, kebetulan desa Segobang (Banyuwangi) ini tingkat pernikahan dininya lumayan tinggi, hingga masuk 10 besar desa dengan pernikahan dininya,” jelas Alumni angkatan 2015 tersebut.
Setelah mendapat dukungan dari pihak tenaga kesehatan desa Segobang dalam hal pelaksanaan inovasi kesehatan, akhirnya mereka menetapkan desa tersebut sebagai target realisasi inovasi mereka, yaitu Gen Mutan ID.
Gen Mutan ID atau “Generasi Muda Tanpa Nikah Dini” merupakan sebuah inovasi dalam hal pelaksanaan kesehatan masyarakat, dimana targetnya yaitu siswa-siswa sekolah dasar beserta wali murid di desa Segobang-Banyuwangi dengan tujuan mensosialisasikan kekurangan dalam pernikahan di usia dini.
“Inovasi dari kami yaitu agar dibentuk duta Gen Mutan ID saja, agar lebih sustain programnya. Karena kan kita tahu, anak anak kalo cuman diberikan penyuluhan pasti langsung hilang ilmunya. Tapi, kalo ada duta kemunginan mereka akan lebih aware dan mereka akan berusaha untuk menjadi duta juga,” ujarnya.
Sebelum keenam alumni tersebut turut terjun dalam upaya pencegahan pernikahan dini di desa Segobang, sebetulnya program semacam penyuluhan terkait bahaya atau kekurangan pernikahan dini sudah dilaksanakan oleh pihak kesehatan setempat, hanya saja output yang mereka dapatkan dirasa kurang maksimal. Sehingga keenam alumni asal FKM UNAIR Banyuwangi tersebut turut terjun untuk memaksimalkan program yang ada.
“Alhamdulillah-nya, program tersebut masih berlanjut hingga sekarang, serta telah dilaksanakan di seluruh SD di desa Segobang, bedanya kita kemarin menentukan duta Gen Mutan ID dari hasil pretest dan posttest, namun kini pihak Puskesmas setempat telah memiliki instrumennya sendiri dalam memilih duta,” imbuh Renza.
Menurut Renza, terdapat hal menarik dalam inovasi yang disusulkan bersama kawan-kawanya tersebut, yaitu lolos dalam perlombaan inovasi kesehatan tingkat kabupaten hingga finalis di tingkat nasional, dimana yang mengusungkan inovasi tersebut dalam perlombaan yaitu pihak Puskesmas desa Segobang.
Ia juga menambahkan, bahwa ia bersama kelima temannya sempat meninggalkan sebuah video tentang Gen Mutan ID sebelum menyelesaikan tugas di desa Segobang, dan video tersebut turut dilibatkan oleh Puskesmas desa Segobang pada saat mengusung inovasi Gen Mutan ID di berbagai perlombaan, hingga menjadi sebuah nilai plus untuk inovasi tersebut.
“Kami berharap, agar program yang ada tidak stuck saat pelaksanaan lomba saja, tapi dapat berlanjut kegiatannya. Lalu, program tersebut juga turut disampaikan ke daerah lain dengan tingkat pernikahan dini yang tinggi pula, agar bisa mengurangi tingkat pernikahan dini di Indonesia,” pungkasnya. (*)
Penulis: Bastian Ragas
Editor: Nuri Hermawan